Bab 7
Baru saja Retha turun dari panggung, ia sudah di serbu oleh para penonton laki-laki yang tadi meneriakinya. Mereka bukan anak SMA Golden, karena mereka berani mendekati Retha, mereka belum tau cowoknya Retha.
"Hai, Retha, boleh minta foto bareng?" tanya seorang cowok yang menggunakan kemeja kotak-kotak.
Di belakang cowok itu, masih terdapat sekitar enam atau tujuh orang lelaki lagi yang seperti nya berniat sama, ingin meminta foto bersama.
Retha tersenyum ramah, takut kalau di cap sombong oleh anak dari sekolah sebelah ini.
"Boleh, bentar, ya?" ucap Retha lembut.
Langsung saja, respon positif dari Retha itu semakin membuat mereka berani. Selama janur kuning belum melengkung, boleh lah.
"Sekalian minta id LINE, boleh dong?" celetuk seseorang dari belakang.
Retha hanya menanggapi itu dengan senyuman, ia kemudian berdiri di tengah-tengah para lelaki yang ingin meminta foto dengannya.
Setelah berfoto sebanyak-banyaknya, sesuai permintaan mereka, saatnya mereka meminta id line Retha, ya hampir saja mereka mendapatkannya kalau saja seorang yang mereka kenal tidak menghentikan.
"Nyari mati, ya?"
Sontak saja, delapan cowok yang rata-rata ganteng itu menoleh ke belakang. Di sana, Farrel sedang berdiri menatap lurus ke arah mereka dengan tatapan mematikan.
"Farrel?" panggil salah seorang dari delapan cowok itu.
Farrel mengalihkan tatapannya, teralih pada sosok cowok yang barusan memanggilnya. Farrel tersenyum miring saat mengetahui siapa cowok itu, dia adalah Andra, musuh Farrel di luar sekolah.
"Udah, foto-fotonya?" tanya Farrel pada Retha.
Retha mengangguk, kemudian berjalan ke arah Farrel. "Udah, tapi tadi katanya mereka ada yang mau minta id aku." ucap Retha dengan polosnya.
"Nggak usah di kasih." ucap Farrel sembari menatap Andra dan teman-temannya dengan tajam. "Kamu, jalan duluan ke mobil. Tungguin aku, jangan kemana-mana."
"Kamu mau ngapain?" tanya Retha bingung.
"Urusan cowok," balas Farrel dengan senyumnya. Setelah menepuk kepala Retha dua kali tentunya dengan lembut, Retha menuruti ucapan Farrel untuk menunggu cowok itu di mobil.
"Jangan lama, ya. Cape." ucap Retha sbelum akhirnya ia meninggalkan Farrel.
Farrel mengalihkan tatapannya pada Andra dan geng-nya yang sepertinya takut melihat Farrel. Tentu saja, siapa sih yang tidak tau Farrel?
Orang yang di keroyok sepuluh preman skaligus tapi masih bisa bangkit, mana premannya di bales sampe semuanya pingsan. Gila, nggak tuh? Belum lagi isunya Farrel bawa body guard kemana-mana, terus katanya cowok itu ahli bela diri, pokoknya nyeremin, deh.
Kalau itu masih cerita kecil. Yang terbaru, Farrel baru saja membuat satu perusahaan bangkrut. Kenapa? Gara-gara anak dari perusahaan itu berani menantang Farrel.
Tentunya semua itu hanya isu, bukan fakta.
"Ngapain, deket-deket cewek gue?" tanya Farrel datar.
"So-sorry, Rel. Kita nggak tau kalau da cewek lo, beneran Rel, suer." celetuk salah seorang teman Andra.
Farrel meregangkan otot-otot jarinya, kemudian beralih pada lehernya, membat bunyi gemeretuk.
"Hapus foto kalian sama cewek gue, kalau mau aman." titah Farrel datar.
Mereka semua mengangguk, kecuali Andra. Meraih ponsel masing-masing dan menghapus foto mereka bersama Retha. Sebenarnya, sayang, udah cape-cape ngejar Retha sampe ke belakang panggung, udah baper gara-gara respon positif Retha, eh ternyata udah ada setan-nya.
"U-udah, Rel. Jangan apa-apain kita, ya?" ucap teman Andra yang bernama Bisma.
Farrel menyunggingkan senyuman miringnya. "Slow, don't panic."
Setelah itu, Farrel langsung meninggalkan mereka. Sembari bersiul-siul santai mengingat kebodohan delapan cowok itu, mau saja mereka bodohi dengan ancaman receh Farrel.
Farrel berjalan dengan santai menuju mobilnya. Sampai, Farrel langsung masuk dan dahinya mengernyit saat melihat Retha yang tidak ada di kursi penumpang.
Farrel medesah kesal, kemana sih cewek ini? Sudah di peringati untuk menunggu di mobil, tapi sekarang malah menghilang entah ke mana.
Dengan kesal, Farrel merogoh saku celananya, mengambil benda pipih berwarna jet black miliknya. Setelah mengutak-atik ponsel itu sebentar, Farrel menempelkan benda pipih itu di telinganya.
Baby nal toejil gotcheoreom anajwo
Geuman saenggakhae mwoga geuri eoryowo
Goetjimalchoreom kiss haejwo
Naego noege majimak sarangin geotcheroem
Farrel langsung menoleh ke belakang. Dan, matanya terbelalak mendapati Retha sedang tertidur di sana.
Gadis itu tertidur dengan posisi tubuhnya di rebahkan, kaki di lipat dan tangan yang ia jadikan bantal. Ponselnya terjatuh ke bawah karena ia menaruhnya terlalu pinggir.
Farrel menghela nafasnnya lega, ternyata Retha menuruti perkataannya. Menunggu di mobil sampai gadis itu terlelap, saking lelahnya.
Farrel melirik jam yang melingkar di tangannya, pukul 22.13, cukup malam dan memang sudah saatnya untuk seorang Retha tidur.
Setelahnya, Farrel menyalakan mesin mobil dan melajukannya menuju rumah Retha.
***
R
etha menggeliat, tubuhnya terasa sangat lelah. Kemudian ia tersadar, gadis itu terperanjak kaget dan terduduk.
Retha melihat ke sekelilingnya. Ini, kamarnya? Perasaan tadi malam ia masih berada di mobil Farrel, menunggu cowok itu sampai ia tertidur karena bosan dan mengantuk.
Lalu, sekarang ia sudah berada di kamarnya, dengan pakaian manggungnya yang masih utuh dan make up tipis yang sudah mulai luntur di wajahnya.
Retha mengerjap-ngerjapkan matanya. Lantas melirik jam yang terletak di atas nakas, kemudian ia mengusap wajahnya dengan kasar.
Lelah dan sakit melanda tubuh Retha. Tadi malam ia begitu sibuk, dan tampil di depan orang banyak cukup menguras energinya.
Dengan malas, Retha beranjak dari kasur dan berjalan lunglai menuju kamar mandi. Lima belas menit kemudian, Retha keluar dengan handuk yang melilit di tubuhnya.
Berjalan ke arah lemari, Retha mengambil seragamnya. Setelah selesai berpakaian, Retha mendudukan diri di depan meja riasnnya.
Mengambil kapas dan susu pembersih wajah, Retha menuangkan sedikit ke atas kapas dan mulai mengusapkannya ke seluruh wajahnya.
Sudah, Retha mengambil day cream nya yang di peruntukan untuk melindungi wajahnya agar tidak terlalu hitam saat terkena sinar matahari secara langsung.
Selesai, Retha kemudian memoleskan tipis lip balm ke bibirnya agar tidak kering seharian berada di sekolah. Tidak menimbulkan warna, karena memang Retha membeli yang khusus untuk melembabkan.
Terakhir, Retha menyisir rambut cokelatnya yang panjang. Setelah selesai merias dirinya, Retha berjalan menuju meja belajarnya, menyiapkan buku sesuai mata pelajaran hari ini.
Dan, ritual paginya sebelum berangkat sekolah telah selesai. Retha tinggal turun ke bawah, menunggu Farrel menjemputnya dan berangkat ke sekolah bersama.
***
Baru saja Retha turun dari mobil Farrel, ia sudah menjadi objek gosip pagi hari. Sudah biasa, apa lagi semalam dirinya menjadi Ratu sejagad pasti lah gosipnya semakin panas.
Eh, ternyata kak Retha itu nggak kalem-kalem amat, loh.
Tadi malem, kak Andra yang hitz SMA Ashton itu sampe ngajakin foto!
Ya ampun, udah cantik, pacar ganteng, yang ngejar juga banyak. Hidup kak Retha perfect banget, ya.
Pengen deh, jadi kak Retha
Abis ini, pasti kak Retha langsung famous, deh. Eh, tapi emang udah famous sih
Begitulah beberapa gosip yang sampai ke telinga Retha, mendengar semua itu hanya bikin Retha..menghela nafas.
Kita cuman punya dua tangan, tidak cukup untuk menutup semua mukut yang membicarakan kita. Lebih baik, gunakan dua tangan itu untuk menutup kedua telinga kita, agar kita tidak bisa mendengarkan gosip-gosip yang kurang sedap.
"Kak," panggil seorang adik kelas.
Retha menoleh ke belakang, menatap adik kelasnya itu dengan bingung, lalu setelahnya tersenyum.
"Ada apa, ya?" tanya Retha dengan lembut.
Yoan, adik kelas yang tadi memanggil Retha langsung klepek-klepek. Di hadapannya, berdiri kakak kelas yang tadi malam menjadi hot topic di grup angkatan khusus cowok milik mereka.
"Em, aku boleh minta follback di Instagram nggak, kak?" tanyanya dengan ragu.
Retha sempat terkejut. Minta follback? Kenapa tidak komen atau dirrect message saja, adik kelas ini terlalu berani menghampiri dirinya hanya untuk minta follback di saat ia sedang berada di dekat Farrel.
"Nyari mati?" celetuk Farrel seraya menatap Yoan dengan wajah sangar.
Yoan seketika kicep, saat melihat Farrel yang berdiri di samping Retha sembari menatapnnya tajam. Tadi, saat Yoan di paksa teman-temannya untuk menghampiri Retha, ia sama sekali tidak melihat Farrel, yang tentu saja membuatnya berani menghampiri Retha dengan modus minta follback.
"Bu-bukan gitu, kak. Sa-saya cu-cuman di suruh," ucap Yoan gagap.
"Siapa yang nyuruh?!" tanya Farrel dengan nada yang..tidak bersahabat.
Tubuh Yoan bergetar. Ya Tuhan, ia telah menjebloskan dirinya ke kandang singa, dan sekarang singa itu akan mengamuk.
Dengan lemas, Yoan menoleh ke balakang. Matanya tertuju pada gerombolan anak lelaki kelas sebelas yang sedang menonton aksi minta follback yang sedang di lakukan Yoan.
Di sana, tepat di bawah tangga, mereka sedang berkumpul seraya menatap objek yang sama. Retha, Farrel dan Yoan, tentu saja.
"Di-di sa-sana, kak." Yoan menunjuk ke arah gerombolan cowok anak kelas sebelas itu, dan tentunya mereka langsung kicep karena pandangan Farrel tertuju pada mereka semua, belum lagi Farrel seakan mengatakan -mati lo semua, abis ini-.
"Udah, udah." Retha mengusap lengan Farrel agar cowok itu tenang. "Siapa nama kamu?" tanya Retha pada Yoan.
"Yo-yoan, kak." jawab Yoan ragu.
Retha menghela nafasnya. "Oke, Yoan. Nanti kamu dm aku aja, ya. Ntar aku follback, oke?"
Yoan menyunggingkan senyum sumringahnya. Kemudian mengangguk setuju, ia kemudian langsung melengos pergi menghampiri teman-temannya yang daritadi hanya menonton di bawah tangga.
Yoan begitu senang, karena habis ini kantongnya pasti akan berisi banyak. Tentu saja karena ia berhasil menang taruhan, lumayan dapet gocap dari dua puluh lima orang sekaligus! Satu juta dua ratus bor, lumayan buat beli char game mobile legend.
Farrel menatap kesal ke arah Retha. "Ngapain, sih pake acara di follback segala?"
"Kan cuman follback, Rel." Retha menghembuskan nafasnya berat.
"Abis follback terus dm-dm'an, terus temenan." Farrel mendesah kesal.
"Ya, kan cuman temenan. Apa salahnya sama berteman?"
"Awalnya emang berteman, terus ntar lebih. Kan semuanya berawal dari teman."
Retha menghela nafas, lagi. "Nggak semuanya berawal dari teman itu bisa berujung lebih. Contohnya kita, emang di awal kita berteman? Enggak, kan? Kamu tau sendiri kita dari awal nggak saling kenal, lalu musuhan, dan kamu minta kita pacaran. Nggak ada siklus pertemanan di antara kita. Kita real enemy goes to be relationship, hate be love." jelas Retha panjang lebar dan membuat Farrel diam. Tentu saja dia diam karena yang di katakan Retha benar.
Dan, sekarang Farrel skakmat.