Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 3. Mencari Jejak Pelacur

Astaga! Kamu tega banget!" Diajeng menutup mulut dengan sebelah tangan ketika tidak dapat menahan tawanya.

"Biar rasain! Dia pasti habis ketemuan sama selingkuhannya itu." Nina menyesap pelan kopinya.

Pagi ini, ia bertemu dengan Diajeng untuk saling bercerita seperti biasanya. Mereka mengobrol di kedai kopi yang tidak jauh dari sekolahan anak-anak mereka.

"Akhirnya, lo bisa juga tetep gituan sama Thian, bahkan saat lo tahu dia udah berbagi tubuh sama cewek lain. Gimana rasanya? Mantap kan di hati?" Diajeng tersenyum getir.

"Diajeng, lo kuat banget asli. Gue nyaris sinting pas tahu Thian selingkuh. Tapi gue harus tahu siapa cewek itu. Gue pingin liat, kayak gimana bentukan betina yang udah bikin Thian kegoda. Dan selama proses gue cari tahu, ya gue akan berusaha bersikap wajar."

"Semoga cepet kebuka siapa sosok betina itu. Terus rencana lo apa kalo udah tahu?"

Nina membisu seketika.

"Nina?" Diajeng menatap kedua matanya.

"I don't know. Gue juga nggak yakin. Tapi yang jelas, gue berat jadi kayak lo. Gue nggak sanggup kalo harus jadi lo. Sori Diajeng, gue nggak sekuat lo."

"Lo bakal gugat cerai Thian?" Diajeng menatap tak percaya.

Nina menatap ragu cangkir kopinya. "Sebenernya gue nggak tahu. Kemarin lusa gue pingin cerai, tapi tadi pagi gue cuma pingin tahu siapa cewek itu. Sebenernya, pikiran itu ada. Tapi sejujurnya gue nggak tahu."

Diajeng mengangguk kecil. "Jangan sampe kayak gue lah. Gue yakin Thian nggak sejahat Dharma."

Nina menatap prihatin raut keruh Diajeng.

"Tapi ini pilihan gue Nina. Lo nggak harus kayak gue. Tinggal gimana Thian. Dia pada akhirnya bisa lepasin tuh betina apa nggak."

Nina tersenyum pahit. Sesungguhnya, ia masih melihat tatap sarat kasih di kedua mata Thian. Suaminya juga tidak marah, saat ia sudah sengaja merendahkan ego lelaki itu saat mereka bercinta. Bahkan Thian berniat menebus kekurangannya semalam. Thian masih menaruh perhatian dalam hubungan mereka.

"Diajeng, lo kuat banget sumpah."

"Lo tengil sumpah. Gue nggak kepikiran ngerjain Dharma kayak gitu sih."

Tawa Nina berderai pelan.

"Ya karena Dharma selama ini juga cuek, nggak manis dan perhatian kayak Thian. Gue yakin Dharma udah niat selingkuh dan jadiin itu sebagai lifestyle dia. Punya sugar baby gitu. Kalau Thian, nggak tahu apa motif dia. Nah ini yang lo harus cari tahu. Kenapa dia pada akhirnya memilih selingkuh."

Nina menekan pelan bibirnya. "Ada satu nama. Bian PT Schafer. Lo pernah denger?"

"Bian PT Schafer? Yang direktur perusahaan mesin ATM itu bukan?"

"Iya! Bener!"

"Nah! Dia itu yang bawa Wenny ke dalam hidup Dharma! Kok lo tahu?"

Dagu Nina jatuh begitu saja. "Bentar. Maksud lo gimana? Jawab dulu pertanyaan gue, baru gue cerita."

"Jadi pas Dharma ngaku dia selingkuh sama Wenny, dia cerita gimana awal mula perkenalan dia sama Wenny. Kan jabatan Dharma sama Thian kebetulan sama kan? Suami kita itu yang membawahi mesin ATM dan jaringan. Nah, si Bian ini mau suap Dharma supaya perusahaan dia menang tender pengadaan mesin CRM di banknya Dharma. Pas lobi-lobi, dibawalah si Wenny ini. Nah Wenny ini jadi pemanis di situ. Ibaratnya sweetener gitu."

"Astaga." Nina menatap tak percaya. "Ya Tuhan, serem amat!"

"Ya gitu cara mainnya Bian. Suami gue tolak proyek suap itu tapi dia ambil si Wenny. Ya kenalnya dari situ."

Nina mau tak mau kembali mengingat chat marah Thian kepada Bian yang sempat ia ketahui.

'Saya bilang berhenti. 

Tolong BERHENTI Pak Bian. Bagian mana yang kurang Bapak pahami? Saya tidak mau sampah itu muncul di hadapan saya lagi.'

Nina juga teringat akan penjelasan bertele-tele Thian mengenai sosok sampah yang kata Thian merupakan anak buah Bian yang sangat mengganggu.

"Bian ini masih sering kirim anak buahnya gitu buat bujuk aku. Maksud aku, anak buahnya itu yang sampah. Karena annoying banget. Berusaha ketemu aku terus pas ada kesempatan. Terus masih berusaha bujuk aku pake iming-iming menggiurkan kayak liburan ke luar negeri dan lain-lain."

Nina memicingkan kedua matanya. Tidak mungkin Bian bisa sembarangan mengirim anak buahnya ke kantor Thian, mengingat Thian tidak menerima sembarang tamu. Berarti kemungkinan Thian bertemu dengan anak buah Bian di luar kantor. Siapa sosok anak buah ini? Apa ada kaitannya dengan selingkuhan Thian?

"Nina, kenapa?" Diajeng menatap ingin tahu.

"Si Bian itu juga nyoba suap Thian. Tapi ditolak sama Thian. Gue dapet info dari Pak Sigit, kalo Thian sempet ketemuan sama Bian di Ritz Carlton sebelum gue berangkat ke Bali. Gue sempet heran karena, setahu gue pasca lobi-lobi suap itu hubungan mereka nggak bagus. Thian sempet marah ke Bian pake bahasa yang enggak. Tapi mereka ternyata ketemuan."

"Thian juga kena? Maksud gue, si Bian ini berusaha banget suap sana sini. Apa Thian juga sempat ketemu cewek modelan Wenny?"

Nina menatap tegang wajah Diajeng. Selama ini Thian tidak pernah bercerita soal yang satu itu.

"My God, iya juga." Nina menggumam pelan. "Thian cuma cerita pas bagian disuap Bian. Dia nggak pernah cerita ada cewek di dalem lobi-lobi itu."

"Dharma juga baru cerita ternyata ada cewek di dalem lobi-lobi itu pas udah ketahuan selingkuh!"

"My God.... "

"Tapi gue nggak tahu ya. Apa treatment Bian buat Thian juga sama. Karena kalo kata Dharma sih, Bian pake cewek. Itu di hari pertama mereka lobi-lobi udah dikasih cewek."

"Astaga, berarti kemungkinan Thian juga dong."

"Lo harus cari tahu."

"Pasti. Pasti gue cari tahu. Eh, si Wenny itu selebgram kan?"

"Iya. Selengram tapi yang nggak terlalu ngehits gitu. Yaaa follower-nya banyak dan sering terima endorse."

"Oh." Nina menggigit pelan bibirnya sambil manggut-manggut.

"Berarti yang dibawa Bian malem itu, bukan sembarang cewek ya? Maksud gue, ya selebgram gitu. Bukan cewe-cewe MiChat gitu kan?"

"Hmm iya. Iya bukan cewek MiChat, tapi selebgram. Ya masa sekelas direktur ngelobinya pake cewek MiChat sih? Jangan ngadi-ngadi lo." Tawa Diajeng berderai renyah.

Nina mau tak mau turut tertawa. Benar juga. Ia rasa, ia terlalu cupu dalam hal ini.

"Masuk akal. Jadi agak seleb lah walau nggak pernah kedengeran juga namanya," lanjut Nina kemudian.

"Ya bener. Dan si Wenny kan yah gue akui cakep. Masih muda. Ya siapa laki yang nggak seneng dikasih betina kayak gitu."

"Berarti, kemungkinan cewek yang dibawa Bian buat Thian, kayak gitu juga nggak sih?"

"Mungkin."

"Dharma follow instagram Wenny nggak?"

"Follow pake akun bodong. Bukan akun real."

"Ou.... " Nina berpikir sejenak. Ia segera membuka Instagram Thian yang sudah login di ponselnya dan mengecek daftar following Thian yang tidak seberapa itu. Setahunya bahkan tidak ada selebgram. Thian tidak tahu menahu soal selebgram. Thian sendiri membuka Instagram hanya sesekali saja hanya untuk memposting beberapa foto.

Diam-diam Nina bertekad mencari tahu. Bagaimana pun juga, ia harus tahu.

                      _____________________

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel