Bab 9
Boleh klik ⭐️ di kanan bawah? Terima kasih para cewek Daniel❤️
Btw, 200 komen wajib tembus ya?❤️
Cewek Daniel hebat semua kan?❤️?
***
"Di saat kau sudah memutuskan untuk pergi tanpa alasan, jangan harap aku menerimamu kembali dengan penjelasan."
Shakira sedang memejamkan mata saat suara Bi Inah membuatnya kembali memijak ke dunia. Gadis itu membuka matanya dengan berat, kemudian berjalan malas menuju pintu kamar. Shakira membuka pintu jati bercat putih itu, kemudian muncul sosok Bi Inah dengan daster dan celemeknya.
"Kenapa, Bi?" tanya Shakira.
"Non, di bawah ada mas Daniel. Sekarang lagi nunggu di ruang tamu," ucap Bi Inah yang memancing mata Shakira untuk terbuka lebar.
"Daniel?!" Shakira terkejut bukan main, "kok bibi suruh masuk, sih?!"
"Maaf, Non. Itu perintah dari Ibu, katanya kalau Mas Daniel ke sini, ada ataupun nggak ada Bapak sama Ibu, suruh masuk aja. Gitu," ujar Bi Inah.
"Yaudah, nanti aku turun," ucap Shakira yang membuat Bi Inah mengangguk dan kembali ke dapur.
Shakira melangkahkan kakinya keluar kamar, seperti ingat sesuatu, Shakira segera kembali masuk ke dalam kamarnya. Berlari kecil menuju kamar mandi, untuk mencuci wajah.
Tidak, Shakira tidak ingin terlihat cantik. Wajah bangun tidurnya benar-benar tidak mendukung untuk Shakira tampilkan ke hadapan Daniel. Setelah selesai mencuci wajah, Shakira mengelap wajahnya yang basah menggunakan handuk.
"Pake liptint dikit ngga papa, dong." gumam Shakira pada dirinya sendiri.
Setelah itu, Shakira berlari kecil menuju ruang tamu. Gadis itu menyisir rambutnya yang berantakkan menggunakan jari. Ia tiba di belakang Daniel, lelaki itu sedang duduk di sofa yang mengarah ke depan, membelakanginya.
Hei, hati! Bisa tidak berhenti berdetak terlalu cepat?!
"Daniel," panggil Shakira membuat lelaki di hadapannya itu menoleh.
Daniel tersenyum. Astaga, setelah hampir seribu kali melihat senyuman Daniel, mengapa baru kali ini efeknya terasa?! Ini semua bukan karena sikap manis Daniel yang mengirim penjaga untuknya, bukan?!
"Lo udah tidur?" tanya Daniel, mengingat saat ini sudah pukul 9 malam. Cukup malam untuk seorang lelaki bertamu ke rumah wanita.
Shakira menggeleng seraya berjalan menuju ke arahnya. "Lo ngapain ke sini?"
"Gue cuman mau mastiin, temen-temen gue becus nggak jagain lo."
Ini orang makannya apa, sih? Gula? Kok manis!
"Sekarang lo udah lihat, kan? Gue baik-baik aja," ujar Shakira masih berusaha terlihat ketus.
Daniel tertawa kecil. "Yaudah," ia berdiri dari posisinya. "Gue cuman mau mastiin lo bener-bener aman, kalau gitu gue pulang."
"Eh?" Shakira refleks menahan tangan Daniel. Duh, ini tangan kenapa gerak sendiri, sih?!
Daniel menoleh, kemudian menatap tangan Shakira yang mencengkrang erat tangannya. Seulas senyum terlukis di bibir tipis Daniel. Namun, itu tidak bertahan lama saat dahinya kini dipenuhi kernyitan.
Ditariknya dengan lembut tangan itu, kemudian ditatapnya lekat. "Tangan lo kenapa sampai merah begini?"
"Hah?" Shakira ikut memerhatikan pergelangan tangannya. Gadis itu mengernyit, mengingat apa penyebab pergelangan tangannya sampai memerah. Kemudian, ia mendapatkan jawaban. "Nggak papa."
"Bilang sama gue." Daniel menatapnya tajam, "ini ulah siapa?"
"Bukan siapa-siapa, Daniel. Lagian ini nggak sakit." Shakira menarik perlahan tangannya dari genggaman Daniel.
"Bukan masalah sakit atau engga." Daniel kembali menarik tangan itu, "gue udah bilang, kalau ada yang ganggu lo, lo harus bilang."
"Tapi gue nggak papa," ujar Shakira kekeuh. Tidak mungkin kan, ia mengadu? Tadi tangan gue dicengkram sama mantan gebetan. Nah loh.
"Tadi lo sama Adelia, kan? Apa perlu gue tanya langsung ke Adelia sekarang?"
"Eh, ngapain?!" Shakira melotot.
"Lo mau bilang sendiri, atau gue yang cari?"
"Oke, oke! Tadi tangan gue ditarik Alex, udahkan?" ucap Shakira.
"Alex?" alis Daniel terangkat satu.
"Iya." Shakira mengangguk.
Daniel menyentuh pipi Shakira, membuat getaran hebat terjadi di tubuh gadis itu. "Gue pulang."
Dan Daniel pergi, menyisakan aroma tubuhnya yang khas, dan saluran kehangatan yang tersisa di pipi Shakira.
**
Motor besar Daniel tiba di Orix Cafe, tempat ia biasa berkumpul dengan para sahabatnya. Namun, sudah lama Daniel tidak berkunjung ke sini, dan sudah lama juga Daniel tidak pernah menerima job untuk race malam hari.
Namun malam ini, Daniel kembali menyambangi tempat itu. Saat Daniel melangkah masuk, tatapan para ladies dengan balutan baju sexy langsung menerjang Daniel. Mata mereka berbinar, sang Raja sudah datang. Mereka segera berlomba mendekati Daniel, hanya untuk bisa dilirik lelaki itu tidak lebih dari dua detik, mencari peruntungan apakah mereka akan menjadi gadis beruntung yang dipanggil Daniel untuk menemani malamnya.
"Niel, lo nggak bilang mau ke sini?" Dhito muncul dan langsung menghampiri bosnya itu.
"Mana Alex?" tanya Daniel dengan napas menderu.
"Ada, dia baru aja dateng. Di atas," ujar Dhito yang masih kebingungan.
Daniel sudah tahu di mana posisi orang yang dicarinya. Lelaki itu segera melangkahkan kaki, mencari sosok lelaki yang sudah membuatnya cukup emosi. Saat sampai di lantai dua, Daniel dapat melihat Alex yang sedang berkutat dengan stick billyard.
Tanpa basa-basi, Daniel langsung menghampiri lelaki itu dan menerjangnya dengan satu pukulan telak di wajah. Orang-orang yang berada di sana langsung terkejut, berdiri dan mengerumuni ke arah Daniel. Saling bertanya-tanya, apa hal yang membuat lelaki yang terkenal tenang itu sampai mengamuk.
"Apa-apaan, bangsat!" Alex mengeluarkan ludahnya yang sudah bercampur dengan darah, kemudian berdiri menatap Daniel dengan tajam.
"Gue peringatin sama lo," telunjuk Daniel terletak tepat di depan wajah Alex, "jangan pernah sentuh, apalagi deket sama apa yang udah jadi hak milik gue!"
"Maksud lo apa, hah?!"
"Jangan sentuh Shakira, paham?" mata Daniel menusuk tajam ke arah Alex. "Kalau lo masih berani, lo liat apa yang bakal gue lakuin nanti."
"Daniel!" Justin--sepupu Daniel menariknya menjauh dari keramaian. "Apa-apaan?!"
"Lo pikir gue takut sama anceman basi lo itu?" teriak Alex.
Tangan Daniel mengepal, bersiap menyerang Alex lagi namun Justin sigap untuk menariknya. Justin menarik Daniel menjauh dari sana, membawa Daniel ke ruangan khusus yang biasa mereka pesan. Di ruangan itu kini hanya ada mereka berdua.
"Lo gila?" Justin memijit pelipisnya, "seorang Daniel Manggala Wdyatmaja, tiba-tiba ngamuk cuman gara-gara cewek?"
"Dia ngelanggar perjanjian," ucap Daniel seraya membuang wajahnya ke arah lain.
"Daniel, Daniel. Buat apa lo mengotori tangan lo ngehajar Alex, cuman buat cewek yang dijadiin bahan taruhan?" Justin menatap Daniel seraya menggelengkan kepalanya.
Daniel diam, astaga. Emosinya sudah membuat Daniel hilang kendali. Sebentar lagi berita itu pasti akan menyebar, dan cepat atau lambat pasti pertaruhan bodoh yang ia dan Alex lakukan akan tersebar.
"Ah, biar gue tebak satu hal," ucap Justin yang memancing Daniel untuk menoleh padanya.
Justin menatap lekat mata sepupunya itu. "Jangan bilang, lo beneran suka sama dia?"
To be continued
Hmm hmm hmm hmm hmm
10 jam?