Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8

"Kecewaku ini, sangat sulit untuk dihilangkan."

Hari senin, hari tidak bersalah namun banyak yang membenci. Salah satunya Shakira, gadis itu sangat tidak suka pada hari senin karena di hari ini ada pelajaran olahraga! Pagi Shakira yang indah akan dihiasi oleh pelajaran olahraga yang melelahkan, kemudian siangnya akan ditemani oleh fisika, dan menjelang pulang nanti ia harus berkutat dengan matematika.

Daripada olahraga, Shakira lebih baik berkutat dengan matematika. Sungguh, padahal hoby-nya adalah dance yang juga termasuk ke dalam olahraga. Namun rasanya berbeda, olahraga di sekolah itu membosankan. Tidak seperti dance yang membuat hidupnya berwarna.

Shakira, dance dan matematika. Perpaduaan tidak sinkron namun terasa sempurna.

"Shasha, sayang!" panggil Soraya yang langsung masuk ke dalam kamarnya. "Si ganteng udah di bawah tuh, nungguin."

Shakira memutar bolamatanya malas. Sampai kapan sebenarnya Shakira harus menderita dengan dekat dengan makhluk seperti Daniel? Masa sekolahnya yang tadinya sangat bahagia, kini berubah menjadi masa-masa suram. Semenjak kehadiran Daniel Manggala Wdyatmaja.

"Suruh tunggu aja." Shakira menoleh pada ibunya, "sampe kiamat kalo bisa."

"Mami nggak pernah ngajarin kamu buat ketus gitu ya, Sha." peringat Soraya.

"Iya, Mi. Maaf," ujar Shakira, kesal.

"Yaudah, kamu berangkat sana. Papi sama Mami hari ini berangkat lagi, kamu nggak papa?"

Shakira menggeleng. "Hati-hati ya, Mi."

Soraya mencium kedua pipi Shakira. "Baik-baik ya, sama Dennis."

"Daniel, Mi. Bukan Dennis," koreksi Shakira yang membuat Soraya tertawa.

"Yaudah lah, si ganteng aja biar Mami nggak salah." Soraya terkekeh, "gih, sana. Dia udah nungguin."

Dengan berat hati, Shakira melangkah dengan dorongan Soraya di belakangnya. Gadis itu menemui Ayahnya yang berada di ruang tamu untuk berpamitan, setelah itu langsung keluar menemui Daniel yang sudah menunggunya, mungkin.

"Udah ditekuk aja itu muka pagi-pagi." Daniel terkekeh geli seraya membuka pintu mobilnya untuk Shakira.

Apakah sudah Shakira katakan, bila Daniel hampir tidak pernah menjemputnya menggunakan motor? Entah apa tujuannya. Yang jelas, Shakira memang lebih suka mobil. Tidak, bukan karena ia matre, Shakira memiliki trauma dengan motor.

Shakira masuk ke dalam mobil Daniel, setelah menutup pintu, lelaki itu segera berlari memutar dan membuka pintu supir. Baru saja Daniel hendak masuk, suara Soraya menghentikan niatnya.

"Dennis, jangan ngebut, ya!"

Daniel hanya mengacungkan tangan sebagai jawaban.

"Dennis lagi," gumam Daniel dengan sedikit kesal.

Lelaki itu kemudian masuk ke dalam mobilnya, dan langsung tancap gas menuju sekolah. Di perjalanan, Daniel nampak melirik ke arah Shakira. Gadis itu sedari tadi hanya diam, wajahnya dingin dan datar. Sangat tidak berekspresi bahkan saat sedang bermain ponsel. Daniel jadi penasaran, bagaimana jika Shakira tertawa? Ah, tidak perlu tertawa. Cukup tersenyum saja.

"Lo pagi ini pelajaran olahraga?" tanya Daniel berbasa-basi.

"Iya," sahut Shakira tanpa menoleh.

Daniel kembali memutar otaknya. Apa yang harus ia ucapkan agar gadis ini mau memberikan sedikit perhatian pada Daniel? Ah, iya!

"Sha, lo jurusan IPA kan?"

"He'em," sahut Shakira yang masih tidak mau menoleh.

"Ki--" ucapan Daniel terpotong akibat ponselnya berbunyi. Lelaki itu menepikan mobilnya ke bahu jalan agar ia bisa mengangkat telepon.

"Ya?" sahut Daniel.

Pasti si ella ella umberella. Tebak Shakira.

"Posisi lo di mana, Mika?" tanya Daniel.

Mika? Cewek mana lagi coba. Batin Shakira.

"Oke, gue langsung ke sana. Tapi gue anter cewek gue ke sekolah dulu," ucap Daniel yang kemudian menutup teleponnya.

Daniel memergoki Shakira yang tengah menatapnya dengan wajah penasaran. Tersadar, Shakira kembali menolehkan pandangannya ke arah lain. Mampus, terciduk!

"Tadi temen gue dari sekolah sebelah nelpon, perlu bantuan. Mika itu panggilannya, namanya Mikhael," jelas Daniel sepeti paham isi kepala Shakira.

"Yaudah sih, gue juga nggak mau tau." bohong Shakira.

Daniel tersenyum tipis, seperti biasa. "Nanti, gue nggak bisa nganterin lo pulang. Lo pulang sama Abel, ya?"

"Adel, Daniel. Lo kapan sih nggak ganti nama orang sembarangan?" kesal Shakira.

"Iya, maaf." Daniel terkekeh, kemudian kembali melanjutkan perjalaannnya menuju sekolah.

Tidak butuh waktu lama bagi Daniel untuk memarkirkan mobilnya di parkiran SMA Golden. Walau sebenarnya peraturan di sekolah ini siswanya dilarang membawa mobil, motor saja sudah syukur, tapi yang namanya Daniel Manggala Wdyatmaja, tidak pernah perduli dengan peraturan yang ada. Siapa yang berani melarangnya? Dia anak Sultan.

"Makasih," ucap Shakira sebelum bergegas meninggalkan Daniel.

Daniel termenung untuk beberapa detik. Apa telinga Daniel tidak salah dengar? Tadi gadis itu berterima kasih? Apa tadipagi Matahari terbit dari barat?

Tersadar kembali, Daniel segera mengusul Shakira. Sadar ada yang mengikutinya, Shakira menoleh ke belakang dan mendapati Daniel di sana. Gadis itu mengernyit seraya menaikkan sebelah alisnya.

"Tadi lo bilang cuman mau nganter gue, ngapain masuk?" tanyanya.

"Iya, nganter lo sampai selamat di dalam kelas. Mana tau ntar ada anak kelas lain yang godain lo, biar langsung gue hajar." Daniel tertawa pelan.

"Kenapa musti dihajar?" tanya Shakira heran.

"Biar mereka tau, milik Daniel itu pantang disentuh siapapun."

"Emang gue punya lo?" Shakira menaikkan sebelah alisnya.

"Wah, lo lupa kalau gue udah nembak lo di depan semua orang. Ralat, di depan seluruh penghuni kantin beserta ibu kantin?" tanya Daniel.

"Emang waktu itu gue terima? Enggak." ketus Shakira.

"Gue kan nggak nerima penolakan, jadi lo tetep milik gue. Perlu nih gue tempel di jidat lo, 'punya Daniel' gitu. Perlu?" tawar Daniel dengan senang hati.

"Ogah, nggak perlu. Makasih," tolak Shakira.

Daniel terkekeh pelan. "Udah nyampe."

Shakira balas menatap Daniel. "Yaudah sana, ngapain masih di sini?"

Daniel tersenyum, kemudian mengacak rambut Shakira dengan gemas. "Belajar yang bener, ya. Kalau ada yang gangguin lo, langsung telpon gue, nanti gue hajar."

"Ih!" Shakira menepis kasar tangan Daniel, "pergi sana!"

"Galak amat," cibir Daniel. Lelaki itu kemudian pergi.

"Ekhem, masih pagi loh. Udah pacaran aja," ejek Adelia yang sejak tadi menyaksikan interaksi antara Shakira dan Daniel di depan pintu.

Sebenarnys bukan hanya Adelia. Namun seluruh murid di kelas Shakira, 12 IPA 1, turut menyaksikannya. Tidak sedikit para siswi yang mupeng, ingin seperti Shakira. Wajar saja menurut mereka jika Shakira disandingkan dengan Daniel, keduanya sama-sama pentolan sekolah. Dari keluarga yang berada, seperti tidak ada celah untuk kata 'tidak cocok'.

"Apasih, Adel!" Shakira berjalan masuk ke dalam kelas, menyembunyikan wajahnya yang memerah akibat malu. Bukan karena Daniel, namun karena ketahuan seisi kelas.

**

Bel berbunyi lima kali, itu tandanya seluruh pelajaran di sekolah telah usai. Para murid bergegas merapikan buku dan tasnya, kemudian bersiap untuk pulang. Begitu juga dengan Shakira dan Adelia, keduanya telah bersiap untuk pulang bersama.

"Supir gue udah di depan, Sha. Kita keluar, yuk?" ajak Adelia.

Shakira mengangguk, kemudian berjalan berdampingan dengan Adelia. Sesampainya di luar kelas, langkah Shakira terhenti. Itu karena ada seorang lelaki yang tengah menatapnya dengan wajah dingin. Shakira memutar bola matanya malas, Adelia menatap Shakira dan lelaki itu bergantian, bingung.

"Gue mau ngomong sama lo," ucap lelaki itu pada Shakira.

Acuh, Shakira menarik Adel untuk segera turun ke lantai satu. Namun, langkah mereka terhenti karena lelaki tadi berhasil mencekal pergelangan tangan Shakira.

"Gue mau ngomong sama lo, Shakira," ucap lelaki itu penuh penekanan.

Shakira melepaskan pegangannya pada Adel, kemudian menoleh ke belakang. Matanya melotot tajam pada lelaki itu, ia memberontak agar tangannya dilepaskan. Usahanya sia-sia, yang didapatnya tangannya memerah akibat cengkraman kuat lelaki itu.

"Gue nggak mau!" Shakira berusaha sekuat tenaga melepaskan cengkraman itu.

"Alex, lepasin Shakira," ujar Adel pelan.

"Gue cuman mau ngomong sebentar sama lo, Sha. Please ...." Alex, lelaki itu memohon.

"Semakin lo paksa, semakin gue marah," ucap Shakira dengan dingin.

"Oke, fine!" Alex melepaskan cengkramannya, meninggalkan bekas merah di pergelangan tangan Shakira.

Gadis itu langsung menarik Adelia untuk turun ke bawah. Menahan sekuat tenaga agar airmatanya tidak tumpah. Adelia segera menyuruh Shakira masuk ke dalam mobilnya saat mereka sudah berada di halaman SMA Golden.

Belum habis sampai di situ, mobil Adelia tiba-tiba dikepung oleh segerombol laki-laki dengan motor besarnya. Shakira mengernyit heran, kemudian menatap Adelia.

"Mereka siapa, Del?" tanya Shakira bingung.

"Gue juga nggak tau, Sha," jawab Adelia.

"Neng, mobil kita dikepung," ujar sang supir.

Bukan Shakira namanya jika ia takut. Dengan segala keberanian dan emosi yang sudah terkumpul sejak tadi, Shakira nekat keluar dari mobil Adelia dan menghampiri para lelaki itu.

"Lo semua mau apa, ngapain ngepung mobil temen gue?!" tanyanya kesal.

"Sorry, lo Shakira, kan?" tanya salah satu dari mereka yang berada dekat dengan Shakira, "sebelumnya jangan salah paham dulu, gue sama temen-temen gue disuruh Daniel buat jagain lo sampe rumah."

"Daniel?" Shakira mengernyitkan dahinya.

"Lo bisa telepon dia kalau lo nggak percaya. Tugas kami cuman mastiin lo selamat sampai rumah," ucap lelaki yang tak kunjung melepaskan helm fullface-nya itu.

Shakira benar-benar tidak tau harus berkata apa sekarang.

To be continued

Cewek Daniel mana suaranya?!

Mau target komen ah, 100 komen kayaknya mudah banget kalian tembusin. Gimana kalau 300, biar updatenya lama?!

300 vote 300 komen for part 9?❤

#nggak maksa, tapi harus#

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel