Bab 10
Minta tolong klik ⭐️ di kanan bawah ya❤️!
"Jika ku katakan aku menyayangimu, maukah kau melakukan hal yang sama?"
Justin menatap lekat matanya. "Jangan bilang, lo beneran suka sama dia?"
"Gue mau cabut," Daniel bangkit dari posisinya. Kemudian melangkah pergi menuju mobilnya dan segera pulang.
Tiga puluh menit kemudian, mobil Daniel sampai di rumahnya yang besar dan mewah. Tidak, itu bukan rumah. Itu istana, Daniel selalu menyebutnya sebagai istana Sultan dan Ratu Mesir.
Daniel melepaskan jaket kulit berwarna hitam kesayangannya, kemudian menyampirkan benda itu di bahu sebelah kanan. Lelaki itu berjalan masuk ke dalam istananya dengan wajahnya yang datar.
Sifat Daniel itu susah ditebak, terkadang ia bisa jadi sosok yang sangat menyenangkan, terkadang ia juga bisa menjadi sosok yang menyebalkan, dan kadang juga ia bisa menjadi sosok pendiam yang menyeramkan. Sulit ditebak.
"Daniel," suara berat itu terdengar saat kakinya melangkah masuk hendak menaiki anak tangga.
Daniel menoleh, kemudian mendapati sosok Sultan Adipati Bramasta yang tengah memakai kaos santai berjalan ke arahnya.
Sultan Adipati Bramasta
"Kenapa, Pa?" tanya Daniel.
"Darimana?"
"Rumah teman," jawab Daniel. Ia harus menjawab apalagi?
Habis dari cafe, mukulin anak orang. Begitu? Hilang lah nama Wdyatmaja dari belakang namanya, walaupun itu keinginan keras Ayahnya sejak dahulu. Agar nama Bramasta bisa melekat padanya.
"Oh," Sultan mengangguk paham.
"Daniel ke kamar ya, Pa?" izin Daniel dan Sultan kembali mengangguk.
Baru beberapa langkah kaki Daniel memijak tangga, suara Sultan mengintrupsi langkahnya untuk berhenti. Lelaki berambut cepak itu segera menoleh.
"Kapal pesiar yang kamu minta waktu itu, sudah Papa belikan atas nama kamu." Sultan tersenyum, "selamat ulang tahun."
Daniel kemudian kembali menuruni anak tangga dan memeluk ayahnya erat. Ia kira permintaan konyolnya itu tidak akan Sultan turuti dan Daniel sudah berencana membeli sebuah kapal pesiar dengan uangnya sendiri. Walaupun Daniel tidak tahu ia harus mengikuti berapa ratus race lagi untuk bisa mengumpulkan uang demi sebuah kapal pesiar impiannya.
"Papa terbaik!" ucap Daniel seraya memeluk anaknya.
"Papa harap kali ini kamu tidak cepat bosan dengan hadiahmu, mengingat bosan pada sesuatu adalah sifatmu." peringat Sultan. Daniel adalah type orang yang cepat bosan, ia begitu menginginkan sesuatu, saat ia sudah mendapatkannya ia akan merasa biasa saja.
"Kali ini engga," Daniel tersenyum senang. "Daniel ke kamar, Pa."
Kemudian lelaki itu memijak tangga untuk menuju kamarnya. Sultan menatap kepergian anaknya itu dengan gelengan kepala, sampai usapan lembut di bahu tegapnya membuat lelaki yang sudah tidak lagi muda itu menoleh. Itu istrinya, Cleopatra.
"Memanjakan pangeran, lagi?" tanya Cleopatra.
Sultan tersenyum kemudian mencium pipi istrinya. "Apapun untuk putra kesayanganku."
"Tapi kamu terlalu memanjakan Daniel," peringat Cleopatra.
"Asal dia tidak kembali seperti dulu, memanjakan anak itu dengan begini lebih membuatku lega."
**
Mata Shakira sudah cukup lelah untuk masih terus terbuka sekarang. Namun, memori ingatan tentang sikap Daniel tadi membuatnya gagal dan terus gagal untuk mencoba tidur. Gadis itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kemudian menelungkupkan wajahnya ke bantal dan berteriak kesal.
"Nggak boleh baper, nggak boleh baper!" teriak Shakira. Suara gadis itu diredam oleh bantalnya, sehingga ia tidak perlu takut jika Bi Inah akan berlari ke kamarnya karena ia berteriak seperti orang gila.
Meski logika dan pikirannya terus menolak dan mengatakan untuk jangan terbuai dengan sikap dan tutur manis Daniel, tetap saja hati Shakira nelangsa, menyuruhnya untuk percaya.
"Sadar dong, Sha! Dia itu buaya, buaya, buaya!" teriak Shakira lagi.
Shakira tidak boleh terbuai, Shakira tidak boleh terjebak ke dalam permainan Daniel. Lelaki itu tidak benar-benar serius dengannya, Daniel pasti hanya ingin mempermainkan Shakira karena hanya ia satu-satunya wanita yang tidak tergila-gila pada Daniel di saat seluruh siswi di SMA Golden memuja lelaki itu.
Karena saat itu Shakira memiliki Alex yang sudah berhasil menutup mata dan hatinya agar tidak berpindah ke lain hati.
Tetapi tetap saja. Pada akhirnya semua lelaki itu sama. Mereka pergi saat rasa penasarannya terhadap wanita sudah terjawab.
"Gue nggak mau sakit hati lagi, Tuhan. Belum sembuh rasanya luka yang Alex kasih, kalau sampai gue salah jatuh lagi ...," nelangsa Shakira.
Ia baru saja merasakan rasa sakit itu, rasa sakit ditinggal seseorang yang ia sayang, rasa sakit akibat terlalu percaya yang berujung pada rasa sakit hati yang luar biasa.
Shakira sudah tau dari awal kalau Alex bukan lelaki baik. Bodohnya ia kira ia bisa mengubah sifat lelaki itu seperti di novel yang ia baca, di mana seorang lelaki sejenis Alex akan berubah demi gadis yang disayanginya.
Sayang? Huh, Shakira bahkan berani bertaruh kalau sikap manis dan perhatian Alex selama ini hanyalah palsu, fiksi, tidak nyata.
Shakira bangkit dari tempat tidurnya, kemudian berjalan ke arah meja belajar. Gadis itu meraih buku diari berwarna pink miliknya, kemudian membuka lembar kosong dan mulai menuliskan sesuatu di sana.
Jangan jatuh cinta, bahaya!
Shakira
To be continued