Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab.5. KILLED

*72 jam sebelumnya*

Sepasang ibu dan anak gadisnya itu begitu geram membaca bocoran kutipan surat wasiat Karl Johnson Shermann. Mereka merasa pria itu berlaku tidak adil pada mereka karena 75% harta warisan pria itu akan diberikan pada Angelica, puteri tunggal hasil pernikahan pertamanya dengan almarhumah Elizabeth Connor.

Belakangan ini Karl merasa tidak enak badan karena usianya sudah 62 tahun. Jadi dia meminta notaris keluarganya untuk membuatkan surat wasiat yang berisi pembagian harta warisan seandainya sewaktu-waktu dia berpulang pada Yang Maha Kuasa.

"Mama, kita akan menjadi gelandangan bila si tua bangka itu mati!" raung Melisa, puteri tiri Karl.

Ellen Robbins Shermann pun berjalan mondar-mandir di dalam kamar tidurnya yang mewah. Dia sedang merencanakan sesuatu. Isi surat wasiat suaminya itu sangat meresahkannya.

Wanita itu tak menyangka suaminya menyayangi Angelica dengan sedemikian besar. 75% itu artinya hampir seluruh kekayaan Karl akan jatuh ke tangan Angelica bila pria itu mati!

"Melisa Dear, kita harus menyingkirkan Angelica. Sebaiknya sesegera mungkin dia harus dilenyapkan supaya Karl mengubah isi surat wasiatnya. Mama tidak ingin Karl mati terlebih dahulu sebelum surat wasiat itu diubah," ujar Ellen dengan mendesis.

Melisa pun bertanya, "Apa Mama sudah punya rencana untuk melenyapkan Angelica? Kita harus cepat mengeksekusinya, Ma!"

Ellen pun berbisik pada puterinya mengenai rencananya melenyapkan Angelica. Melisa pun mengangguk-anggukkan kepalanya menyetujui rencana mamanya.

*****

Hari sudah larut malam ketika Angelica sampai di kediaman keluarga Shermann yang megah di tengah kota Jakarta. Dia segera menaiki tangga kayu jati yang melingkar yang tertutup karpet mewah Turki di bagian undakannya yang menghubungkan lantai satu ke lantai dua dimana kamarnya berada.

Angelica adalah puteri tunggal Karl dari pernikahan pertamanya dengan Elizabeth Connor. Wanita itu meninggal dalam kecelakaan mobil ketika Angelica berusia 10 tahun.

Di usia 27 tahun, Angelica sudah menjadi pengacara muda yang handal. Dia adalah Junior CEO, kepercayaan papanya di firma hukum Shermann and Connor, sebuah kantor pengacara besar dan terkenal di Jakarta.

Angelica berbeda dengan Melisa, saudara tirinya, puteri Ellen Robbins. Angelica bukan hanya sekedar cantik, tapi dia memiliki otak yang cerdas dan kepribadian yang menarik. Sementara Melisa sekali pun dia cantik, tapi dia kurang cerdas, nilai akademisnya pun pas-pasan sehingga dia hanya bisa menjadi seorang model yang lebih mengandalkan tampang dan bodi.

Mungkin benar buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Sifat Ellen menurun ke Melisa. Dalam setiap kesempatan, Melisa selalu berusaha merebut apa pun yang Angelica miliki termasuk pacar. Namun, Angelica tidak pernah serius berpacaran selama ini. Dia membiarkan satu per satu pria yang dekat dengannya direbut oleh Melisa, yang pada akhirnya dicampakkan juga oleh Melisa ketika dia sudah bosan.

Hal yang menjadi pusat kehidupan Angelica hanya 2 yaitu Karl, papanya dan karirnya sebagai pengacara. Dua hal yang memang tak bisa direbut oleh Melisa. Papanya itu begitu memuja dan menyayanginya sejak kecil.

Sementara karirnya sebagai pengacara tak akan direbut oleh Melisa yang otaknya tak lebih besar dari bokong dan payudaranya. Angelica selalu tertawa dengan sarkasme yang dia buat tentang Melisa.

Malam ini hujan turun dengan deras dan belum ada tanda-tanda akan berhenti. Angelica memutuskan untuk berendam air hangat di bathtub untuk mengusir kepenatan tubuhnya setelah menjalani sidang kliennya sepanjang sore tadi.

Dia memejamkan matanya dan mencoba untuk rileks. Tiba-tiba Melisa masuk ke dalam kamar mandinya tanpa izin. Angelica pun merasa kesal dan berujar, "Melisa, apa kau tidak memiliki sopan santun? Aku sedang mandi!"

Tanpa menunggu lagi, Melisa menghantamkan hiasan marmer bulat yang ada di kamar mandi Angelica ke bagian belakang kepala gadis itu. Kepala Angelica bersimbah darah segar dengan mata terbuka.

"Mama, cepatlah kemari!" seru Melisa pada Mamanya yang berada di kamar tidur Angelica.

"Apa dia sudah mampus?" tanya Melisa lagi seraya menatap tubuh Angelica yang mengambang di bathtub, dia melambai-lambaikan telapak tangannya ke depan wajah Angelica mencari tanda-tanda kehidupan.

Ellen pun memandang Angelica yang sudah menjadi mayat itu dengan ekspresi puas. Dia pun memanggil kaki tangannya untuk segera membereskan mayat gadis itu. Sebaiknya mayat itu dibuang ke daerah yang jauh dari Jakarta supaya tidak meninggalkan jejak pembunuhan.

Dua pria kekar membungkus mayat Angelica dengan plastik hitam besar. Mereka segera mengangkut mayat itu keluar dari kediaman keluarga Shermann.

Ellen dan Melisa membersihkan jejak darah di dalam bathtub itu hingga hilang sama sekali. Mereka menuang sabun sebanyak mungkin lalu menggosok permukaan bathtube.

Si tua bangka Karl tidak mengetahui apa yang telah terjadi di bawah atap rumahnya malam ini. Hanya dua wanita berhati iblis itu yang mengetahui bahwa Angelica telah mati.

Kedua pria kekar kaki tangan Ellen Robbins membuang plastik hitam berisi mayat Angelica ke truk pembuangan sampah yang akan berangkat ke Yogyakarta. Kota yang sangat jauh dari Jakarta, mereka merasa tugas mereka sudah beres.

*****

*Flashback 24 jam kemudian*

"AAAARRRGGGGHHHH!" teriak ketakutan seorang wanita pemulung ketika membuka plastik hitam besar dan menemukan mayat seorang wanita dalam keadaan telanjang.

"TOLONG TOLONG ADA MAYAT!" teriaknya lagi hingga pemulung-pemulung yang ada di sekitarnya mengerumuninya dan kantong plastik hitam berisi mayat wanita telanjang itu.

"Wah kasihan ya, masih muda, cantik lagi!" komentar salah satu pemulung itu ketika melihat mayat wanita tak dikenal itu.

"Ehh ini kok malah dijadiin tontonan, kita harus lapor polisi. Ayo ... ayo ...," ujar salah seorang laki-laki pemulung itu.

"Pak Tarjo saja yang lapor polisi, aku males nanti ditanya-tanyain ...," ujar wanita pemulung yang tadi menemukan mayat itu pertama kali.

Pria paruh baya itu pun mengalah lalu menstater sepeda motornya menuju ke kantor polisi terdekat untuk melaporkan penemuan mayat di tempat pembuangan sampah.

Tak lama kemudian beberapa polisi mendatangi tempat pembuangan sampah itu. Mereka memastikan kondisi wanita itu sudah tak bernyawa lalu menghubungi mobil jenasah RS Sarjito.

Mobil ambulans jenasah pun datang dalam waktu singkat untuk mengangkut mayat wanita itu ke kamar mayat RS Sarjito.

Jam tangan Jacob sudah menunjukkan pukul 23.10 ketika dia dihubungi pihak kepolisian, ada sesosok mayat wanita yang ditemukan di tempat pembuangan sampah. Jacob tak bisa menolak pekerjaan lemburnya malam ini. Hal yang biasa bagi dokter forensik untuk aktif di malam hari, ketika tindak kriminal merajalela.

Setelah menunggu setengah jam, mobil ambulans jenasah itu pun tiba. Jacob menerima mayat wanita tanpa identitas itu dan membawanya masuk ke kamar mayat.

Bau mayat itu sungguh membuat perutnya teraduk-aduk. Pasalnya, mayat wanita itu ditemukan di tempat pembuangan sampah. Sungguh tega sekali pelakunya!

Jacob pun mau tak mau harus memandikan mayat itu tengah malam. Pekerjaan yang sepertinya mudah, tapi tidak semua orang memiliki mental baja sepertinya.

Mayat wanita muda tanpa identitas itu, dia letakkan di meja besi yang biasanya berfungsi sebagai ranjang jenasah. Jacob mengalirkan air bersih dengan selang ke tubuh wanita itu lalu menyabuninya hingga bersih dan tak berbau busuk lagi.

Cantik! batin Jacob. Sayang sekali wanita itu harus kehilangan nyawanya di usia yang masih begitu muda. Jacob memeriksa kondisi fisik mayat wanita muda itu dan menemukan penyebab kematian ada di tengkorak kepala yang remuk. Dia akan memeriksanya lebih detail besok, saat ini tubuhnya sudah teramat lelah.

Tubuh wanita muda itu begitu indah. Kulitnya seputih porselen ciri khas wanita ras Kaukasoid, tingginya 170cm, Jacob mengukurnya dengan meteran sesuai prosedur.

Wajahnya pun sempurna, bola matanya berwarna coklat keemasan seperti whiskey, hidungnya mancung, bibirnya merah muda penuh. Rambutnya berwarna coklat tua sepanjang punggung.

Jacob berusaha tetap sopan dengan tidak terlalu memperhatikan bagian dada dan kemaluan wanita muda itu.

Seusai memandikan jenasah, Jacob pun menutupi tubuh telanjang mayat wanita muda itu dengan selembar kain kafan putih. Kemudian dia pun meninggalkan tempat kerjanya itu untuk pulang ke apartmentnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel