Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab.3. Jin Penglaris Warung

Seusai mandi di bawah shower air dingin, Jacob pun merasa tubuhnya segar kembali. Dia memakai kemeja dan dasi serta celana kain, setelan resminya untuk berangkat kerja. Baju sneli dokternya dia taruh di gantungan di dalam mobil.

Dia pun membangunkan Jane dengan meniupi wajahnya. Akhirnya wanita itu pun terbangun, aroma nafas Jacob beraroma mint seperti pasta giginya.

"Hoaammpphhh." Jane menguap lebar, dia masih merasa mengantuk. "Sudah pagi ya? Tampan sekali kekasihku ini ...," ucap Jane dengan percaya diri.

Ketika dia ingin menyosor bibir Jacob, dengan segera pria itu berkelit dan menutup bibir Jane dengan telapak tangannya. "Gak mau, belum mandi, belum gosok gigi, main sosor aja!" ujar Jacob mencebik, dia suka wanita yang bersih dan wangi seperti mommy-nya.

"Baiklah. Aku akan mandi dan gosok gigi. Oohh ngomong-ngomong aku harus pakai baju apa? Dan aku butuh bra serta panties, Dokter Jake," cerocos Jane dengan sok imut.

Jacob berjalan ke lemarinya dan melihat isi di dalam lemari. "Kau pakai dulu tshirt dan sweater ini, celana boxerku dan celana jeansku yang kekecilan ini. Nanti kita ke Mal dulu sebelum ke rumah sakit, oke?"

Sambil membawa pakaian pinjaman Jacob ke kamar mandi, Jane pun berseru, "Beri aku makan, Dokter Jake, aku kelaparan!" Dia pun mandi dengan cepat di bawah shower lalu menggosok giginya dengan bersih untuk menyenangkan Jacob.

Sepertinya Jacob masih single mengingat pekerjaannya yang menyeramkan, Jane terkikik saat memikirkan Jacob yang begitu tampan. Dia sangat menyukai Jacob.

Setelah berpakaian lengkap dengan baju pinjaman milik Jacob, Jane pun berjalan keluar kamar ke arah dapur. Pria itu sedang membuat sarapan sepertinya sandwich telur.

"Apa kau membuat sandwich untuk sarapan?" tanya Jane penasaran sambil duduk di pantry.

"Yup, kuharap ini cukup meredakan rasa laparmu. Nanti siang aku akan mengajakmu makan yang lebih mengenyangkan," jawab Jacob seraya menghidangkan sarapan di piring ke hadapan Jane.

"Thank you, Dokter Jake! I'm your fan now," ucap Jane dengan ceria.

Jacob tertawa kecil lalu duduk di seberang Jane sambil menikmati sarapannya. "Lumayan enak kan?" tanya Jacob sambil mengunyah sandwichnya.

"Super!" sahut Jane dengan mulut penuh sandwich mengangkat jempol kanannya.

Setelah sarapan, mereka pun berangkat ke Mal, sebentar lagi pukul 10.00, tepat waktunya Mal buka.

Jacob melirik ke Jane yang duduk di sampingnya sambil memperhatikan jalan raya karena dia sedang menyetir mobil. Menurutnya Jane menggemaskan saat memakai baju miliknya, dia pun tersenyum.

Sesampainya di Mal H, Jacob pun menggandeng tangan Jane untuk bergegas menuju ke outlet baju wanita di lantai 2.

"Pilih sebanyak yang kamu perlukan, Jane. Tak usah kau pikirkan harganya, aku yang akan membayarnya nanti," ujar Jacob dengan santai sambil mendorong Jane masuk ke sebuah butik pakaian wanita. Sementara Jacob mencari bangku untuk menunggu Jane memilih baju baru.

Ketiga pramuniaga butik itu pun segera melayani Jane dengan ramah. Mal masih baru saja buka jadi butik masih belum ada pengunjung selain Jane. Tubuh Jane memang proporsional, ramping dengan tinggi 170cm.

Pakaian apa pun tampak bagus ketika dicoba oleh Jane. Dia memilih 2 pasang baju resmi dan 8 pasang baju kasual. Jane berpikir mungkin dia butuh melamar pekerjaan karena tidak mungkin dia merepotkan Jacob terus-menerus.

Dia juga harus mencari pakaian dalam, Jane mengatakan pada Jacob bahwa dia juga butuh bra dan panties karena saat ini dia tidak memakai baju dalam sama sekali.

"Bisa bayar pake debit, kan, Mbak?" tanya Jacob seraya mengeluarkan dompetnya.

"Bisa, Mas," jawab pramuniaga yang menjaga bagian kasir sambil menerima kartu debit Jacob.

"Totalnya dua juta enam ratus ribu rupiah, Mas."

"Oke," jawab Jacob lalu memasukkan pin kartu debitnya ke mesin edc. Kertas nota belanjaan yang panjang pun keluar dari printer nota. Kasir menyerahkannya pada Jacob bersama dengan kartu debitnya.

"Ini barang belanjaannya, Mas, Mbak," ucap pramuniaga butik itu seraya menyerahkan 4 totte bag besar kepada Jacob dan Jane.

Jacob menaikkan alisnya melihat barang belanjaan Jane yang begitu banyak. Namun, dia tidak memprotes apa pun dan membantu membawakan 2 buah totte bag.

"Oke, ayo kita selesaikan belanja underwearnya lalu makan siang," ujar Jacob berjalan beriringan dengan Jane ke outlet pakaian dalam Victoria's Secret.

Outlet itu hanya menjual pakaian dalam dengan harga premium. Jane merasa agak tidak enak hati pada Jacob. "Apakah tidak apa-apa kalau aku menghabiskan isi rekening tabunganmu, Jake?" tanya Jane sambil meringis.

"Tenanglah, isinya masih lebih dari cukup untuk membeli seluruh isi outlet ini. Belilah yang kau perlukan karena aku mungkin tidak memiliki banyak waktu untuk mengantarmu ke Mal lagi. Ayo jangan membuang waktuku, Jane," ujar Jacob sambil membetulkan poni rambutnya yang panjang, sepertinya dia butuh ke barbershop lagi.

Jane memandang Jacob dengan tatapan memuja. Ingin rasanya dia menyusurkan jemarinya di rambut Jacob yang tebal dan berwarna hitam kecoklatan itu

Mereka pun kemudian mencari makan siang di food court Mal H. Jacob begitu terkejut ketika melihat banyak makhluk-makhluk gaib yang menangkring di gerobak dan etalase makanan di food court itu. Dia mengucek-ucek matanya, lalu bertanya pada Jane. "Jane, apa kau juga melihat makhluk-makhluk gaib di resto-resto itu?"

"Haaahh? Mana sih, Jake? Jangan nakut-nakutin deh!" sahut Jane dengan paranoid.

Makhluk-makhluk astral itu seolah tahu Jacob dapat melihat mereka. Ada yang menyeringai, ada yang melambaikan tangannya pada Jacob. Tetapi Jacob mengacuhkan mereka, dia tidak takut hanya merasa agak jijik saja.

Pasalnya, makhluk-makhluk itu sepertinya jin penglaris warung. Ada yang berliur di kuah bakso, ada yang menduduki makanan yang didisplay di etalase. Hal itu membuat Jacob menjadi mual.

Akhirnya Jacob menemukan outlet makanan yang sepi. Tapi justru bersih dari jin penglaris warung. Dia pun memesan makanan di situ bersama Jane.

"Jane, sepertinya setelah kamu bangkit dari kematian dan menemuiku, aku jadi bisa melihat makhluk dari dunia lain. Ini sungguh tidak nyaman!" keluh Jacob seraya mengusap wajahnya dengan telapak tangannya.

"Maafkan aku, Jake. Aku tidak bermaksud menyusahkanmu ...," balas Jane dengan tidak enak hati. Dia pun menggenggam tangan kanan Jacob dalam kedua tangannya.

"Tenanglah, Jane. Aku bukan pria penakut," hibur Jacob seraya tersenyum pada Jane. "Ohh iya, apa kepalamu masih sakit? Aku mengkuatirkan cedera di dalam otakmu. Setelah makan siang, kita harus segera ke rumah sakit. Kau ganti baju di rumah sakit saja, sesudah menjalani MRI."

Jane pun menganggukkan kepalanya dengan patuh. "Terima kasih untuk segalanya, Jake. Aku merasa beruntung bertemu denganmu." Dia pun menatap Jacob seraya tersenyum.

"Kuharap ingatanmu akan segera pulih, Jane. Mungkin keluargamu sekarang sedang bingung mencarimu," ujar Jacob dengan tulus.

"Ya, aku pun berharap hal yang sama denganmu, Jake," sahut Jane.

Pesanan makan siang mereka pun datang. Mereka segera menyantap menu makan siang itu. Hari masih panjang untuk mereka lalui.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel