Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab.2. Love Me Harder!

Sesampainya di unit apartmentnya, Jacob segera memasak dua bungkus mie instan di dapur. Dia tidak merasa lapar, tapi dia sangat butuh untuk mandi dan tidur. Tubuhnya sangat lelah setelah bekerja lembur.

Wanita itu menghilang entah kemana, batin Jacob. Ketika mie instan itu matang, Jane pun mendekati Jacob di dapur. Dia seperti habis mandi dan dia mengenakan tshirt milik Jacob yang agak kebesaran di tubuhnya.

"Emmm ... maaf, aku meminjam tshirt dan celana boxermu, Jake," ujar Jane sambil meringis.

"Oke. Jane, seharusnya kau mengeringkan rambutmu dengan hairdryer supaya tidak masuk angin," kata Jacob setelah melihat rambut Jane basah kuyup karena keramas.

Jane mengambil mangkuk berisi mie instan yang tampak lezat itu dari tangan Jacob. "Aku akan mengeringkan rambutku nanti, mie ini akan bengkak kalau tidak segera dimakan," balas Jane sambil menghirup aroma mie instan yang menerbitkan air liurnya.

Jacob pun tertawa kecil lalu dia pun berpamitan pada Jane untuk mandi. Tubuhnya terasa penat dan gerah.

Sambil menyantap mie rebusnya, Jane mengedarkan pandangannya ke sekeliling unit apartment milik Jacob. Pria itu tampaknya sangat rapi, barang-barangnya tersusun dengan rapi tanpa ada yang tercecer. Dia sepertinya mulai menyukai pria itu.

Jane berusaha mengingat-ingat siapa namanya yang sebenarnya dan juga bagaimana dia mati. Kepalanya masih terasa pedih ketika terkena air dan shampo tadi, rasanya memar tepat seperti yang tadi dikatakan oleh Jacob. Kepalanya sepertinya dipukul dengan benda tumpul dan keras. Siapa yang ingin membunuhnya?

Tak terasa mie rebus di mangkuknya itu pun tandas tak bersisa. Jane pun terkikik, merasa malu atas kerakusannya. Tapi perutnya sudah kosong 48 jam lebih kata Jacob. Dia pun meminum air mineral dari dispenser untuk mendorong makanannya masuk ke saluran pencernaannya.

Sambil bersiul riang, Jane berjalan ke kamar Jacob. Dia ingin berbaring di ranjang Jacob yang empuk. Kamar Jacob begitu bersih dan rapi, di sisi timur ada kaca lebar yang menampakkan pemandangan kota Yogyakarta. Sayangnya hari masih gelap, matahari belum ada tanda-tanda akan muncul. Unit apartment ini terletak di lantai 8, cukup tinggi.

Seusai mandi Jacob melilitkan handuk di pinggulnya lalu keluar dari kamar mandi untuk mengambil celana boxer dan pakaian bersih.

Kamar itu remang-remang karena Jacob memang tidak terlalu suka lampu yang terlalu terang bila ingin tidur. Dia bersenandung lagu favoritnya "Cry Me A River" sambil memakai celana boxer dan tshirt.

Jane menahan tawanya melihat Jacob yang telanjang memunggunginya sambil bersenandung dengan suaranya yang bariton merdu itu.

"Cry me a river oohh cry me a river oohh ... HUUUAAA! Damn! Kau mengagetkanku!" seru Jacob terkejut melihat Jane bersandar di kepala ranjangnya.

Jane pun akhirnya meledak dalam tawa yang sedari tadi dia tahan-tahan. "Wow! Tadi seksi sekali, Jake," goda Jane.

"Kau membuatku kesal, Jane!" sahut Jacob mencebik.

"Jake, bolehkah aku bercinta denganmu? Kumohon ...," pinta Jane seraya melingkarkan tangannya di pinggang Jacob.

Jacob berpikir sejenak, wanita ini memang sangat cantik sebenarnya. Dia pun sudah lama sekali tidak berhubungan seksual dengan wanita sejak kapan dia sampai lupa karena terlalu sibuk bekerja. Terlalu banyak berinteraksi dengan makhluk tak bernyawa dibanding manusia yang masih bernafas.

"Oke. Lepaskan pakaianmu, Jane. Kita harus cepat, aku capek sekali hari ini," jawab Jacob dengan acuh.

Jane pun melepaskan semua pakaian yang menempel di tubuhnya. Sebenarnya Jacob pun sudah melihat tubuh Jane sebelumnya saat berada di kamar mayat, seksi, mulus, cantik tapi sayangnya tak bernyawa waktu itu.

Kini mayat itu hidup dan berdiri telanjang di hadapannya, mengajaknya bercinta. Sungguh situasi yang janggal, apakah dia akan terbangun dari mimpi aneh ini besok pagi? Oohh wanita yang menggairahkan!

Jacob pun melepaskan lagi pakaiannya lalu melumat bibir Jane serta menindih tubuh wanita itu. "Kau serius, Jane? Ingin bercinta denganku?" tanya Jacob memastikan sekali lagi.

"Sangat serius, aku akan meneriakkan namamu, Jake. Come on!" desak Jane tak sabar.

"Oohh baiklah, Miss!" balas Jacob.

Dia pun menggesek-gesekkan batangnya di luar Miss V Jane untuk membuatnya basah. Namun, Jane sepertinya memang menginginkannya. Bagian itu begitu cepat basah. Jacob pun segera mendorong miliknya ke dalam tubuh Jane. Dia pun menghentakkan pinggulnya dengan irama yang konstan dan cepat.

"Kiss me, Baby," ucap Jacob.

Jane pun segera memagut bibir Jacob sambil melingkarkan betisnya ke pinggul Jacob dan bergelanyut di leher Jacob.

Hentakan-hentakan itu sungguh membuat Jane melayang-layang dalam kenikmatan. Tubuh Jacob serasa begitu pas dengan tubuhnya, dia benar-benar merasa pria ini adalah takdirnya.

"Apakah kau menyukainya?" tanya Jacob pada Jane sambil memelankan ritme pinggulnya.

"Ya, aku menyukainya. But ... harder, Babe. I want you ... harder ...," balas Jane tanpa malu-malu.

Jacob menyeringai konyol, wanita ini suka irama percintaan yang keras. Oke! Dia pun menghunjamkan tubuhnya dengan keras dan cepat hingga cairan cinta wanita itu tumpah membanjiri ranjangnya.

Tak lama kemudian ...

"AAARRRGGGHHHH!" Jacob pun meraih puncak kenikmatannya ketika menumpahkan cairan cintanya ke dalam rahim wanita itu.

Dia berbaring sejenak di sebelah Jane karena kelelahan. Jane menciumi leher dan dada Jacob sembari membelai perut Jacob yang berotot.

"Jake, aku menyukaimu," ujar Jane sambil menatap mata biru milik Jacob. "Apa kau bukan orang Indonesia asli? Kenapa matamu biru?" tanya Jane menyelidik.

Masih berbaring telentang sambil menyangga kepalanya dengan tangannya, Jacob berkata, "Mommyku berdarah Australia-Indonesia, dia sangat cantik. Aku mewarisi sebagian besar genetiknya yang dominan. Mata dan rambutku serta kulitku menurun dari genetiknya."

"Wow. Pantas kau sangat tampan, Jake," puji Jane dengan tulus.

"Dulu bahasa Indonesiaku sangat buruk, karena 7 tahun pertama di hidupku tinggal di Australia. Sekarang sudah fasih bahasa Indonesia," ujar Jacob lagi. "Kau pun kurasa bukan keturunan asli Indonesia, warna matamu seperti whiskey dan tulang wajahmu itu termasuk ras Kaukasoid. Aku tak akan salah."

"Well ... mungkin ... Tapi bahasa Indonesiaku bagus. Aku benar-benar tidak ingat siapa namaku dan yang lain ...," balas Jane seraya membelai tubuh Jacob yang kekar.

"Jangan memaksakan dirimu! Itu wajar karena otakmu mengalami trauma berat. Besok aku akan membawamu ke rumah sakit untuk menjalani MRI. Ayo kita membersihkan diri lalu tidur. Aku akan menemanimu tidur karena kita sudah bercinta tadi, aku tak akan sungkan lagi berbagi ranjang denganmu," ujar Jacob lalu menarik Jane ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah membersihkan diri, mereka berdua pun tertidur lelap sambil berpelukan hingga pagi.

Pukul 08.00 Jacob terbangun lebih dahulu, dia mengecek Jane apakah masih bernapas. Ternyata wanita itu normal, masih bernapas dengan tubuh yang lembut dan hangat.

Jacob agak menyesal karena semalam mereka bercinta dengan spontan tanpa pengaman. Bagaimana bila wanita ini hamil? Mungkin nanti dia harus meminta Dokter Emira, koleganya di klinik obsgyn untuk memberikan suntikan kontrasepsi pada Jane.

Mengingat semalam yang berinisiatif terlebih dahulu adalah Jane. Jacob harus lebih berhati-hati, dia belum mengenal siapa Jane sebenarnya. Dia tidak ingin menjadi korban pembunuhan psikopat. Semoga saja Jane adalah wanita baik-baik, pikirnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel