Bab 5
Pagi ini dengan sedikit memaksa, ayah Jingmi yakni Perdana Menteri Lu mengajak sang putri bungsunya menuju istana seperti undangan dari Kaisar Raja Tang yang telah Lu Sing terima.
Meski ini bukan kali pertama Jingmi ikut sang ayah ke istana, tapi bagi Jingmi pertemuan dengan Kaisar ini merupakan pengalaman pertamanya. Gadis itu dengan tegas menolak permintaan sang ayah. Namun, karena tak ingin dicap sebagai pejabat pemerintahan yang tak patuh, dengan sekuat tenaga Perdana Menteri Lu memaksa sang putri untuk ikut dengannya ke istana.
"Apa yang akan kulakukan di sana nanti Ayah?" tanya Jingmi untuk kesekian kalinya yang tak terhitung lagi jumlahnya oleh sang Ayah.
"Cukup menghadap Kaisar Nak, karena Kaisar ingin bertemu dengan kita!" jawab sang ayah pada putrinya yang terus saja menolak undangan Kaisar.
"Lalu bagaimana kalau aku menolak?" tanya Jingmi dan seketika membuat ayah Lu menoleh dan menatapnya dengan kejam.
"Kau akan dipenggal!" sahut ayah Lu sedikit menakuti sang putri kesayangannya agar tak sembarang berpikir untuk tak mengindahkan titah Kaisar.
Tak sekali dua kali Jingmi dan Perdana Menteri Lu mengulangi dialog seperti tadi. Dan pada akhirnya, perdebatan itu dimenangkan oleh ayah Lu. Lu Jingmi adalah putri yang menyayangi ayahnya. Oleh karena itu, meski jiwanya bukan nona ketiga dari Perdana Menteri Jingmi akan mengikuti anjuran dari sang ayah dengan setulus hati.
Keduanya berjalan dengan ditemani oleh beberapa pengawal tiba di Istana Kaisar. Guang Palace atau Istana Guang yang berarti cahaya adalah aula tempat kediaman Sang Kaisar negara Tang yang bernama Shao Yuan ayah dari Putra Mahkota Shao Ming Hze. Secara tiba-tiba tanpa ada yang mengetahui, beliau mengundang Perdana Menteri dan juga Jingmi untuk menghadap.
Sepanjang memasuki aula kekaisaran, kedua mata Jingmi dimanjakan oleh pohon-pohon apricot yang tengah berbunga lebat di musim semi ini. Selain bangunan yang dipenuhi ornamen yang kental dengan budaya Tiongkok jaman dahulu, aula Guang juga memiliki aura yang megah seperti sang maha raja yang paling jaya.
"Ayah, aku tunggu di luar saja ya?" ucap Jingmi seraya menikmati indahnya kebun alami bunga aprikot.
"Selain ingin bertemu dengan ayah, Kaisar juga ingin berjumpa denganmu Nak!"
"Untuk apa? Aku ini putri kecilmu yang tak tahu apa-apa tentang pemerintahan."
**
"Apa? Yang Mulia Kaisar memanggil para gadis untuk seleksi calon Putri Mahkota?" teriak Putra Mahkota Shao Ming Hze merasa gusar dengan bawahannya yang telah menyampaikan titah Kaisar Shao Yuan yang merupakan ayah Ming Hze.
Shao Ming Hze, sang Putra Mahkota yang telah lama mendapatkan gelar sebagai calon penerus tahta kekaisaran merasa sangat kecewa karena sang ayah tidak memanggil dirinya untuk meminta persetujuan terlebih dahulu.
"Dan menurut kabar yang hamba dengar, Perdana Menteri dan putrinya telah tiba di Aula Guang guna menghadap Kaisar!" ucap Chan Feng memberikan informasi yang telah ia dapatkan kepada sang Baginda Putra Mahkota.
"Gadis tak berguna itu pasti langsung menyetujui hal ini, karena ia sudah lama memimpikan bersanding dengan aku," Shao Ming Hze menatap nanar ke arah luar istana tempat tinggalnya. Tangannya sedikit mengepal dan tak menyadari kini ia melangkah keluar menuju aula Guang.
Para pengawal Putra Mahkota mengira bahwa Ming Hze akan memprotes kehendak sang ayah karena pria gagah itu sungguh membenci salah satu kandidat yakni Lu Jingmi.
Chan Feng mengikuti langkah jenjang sang junjungan menuju kediaman serta tempat kerja sang pemimpin negara Tang ini. Ketidakharmonisan di antara Ming Hze dan juga Paduka Kaisar Shao Yuan telah disadari oleh beberapa kerabat istana serta pengawal, oleh karena itu Chan Feng menemani sang Putra Mahkota agar tak terjadi hal yang tak diinginkan.
**
Indahnya bunga aprikot di pekarangan aula Guang nyatanya tak mampu mengusir kekalutan dari Jingmi. Karena sejak keluar dan meninggalkan kediaman Kaisar ini sang ayah terus saja menggerutu karena Jingmi dinilai anak yang tak konsisten terhadap apa yang ia rasakan.
Sepanjang perjalanan pulang itulah sang ayah terus saja menceramahi Jingmi karena dinilai telah mempermalukan dirinya di depan Kaisar. Sedangkan hal ini adalah impian besarnya sejak dulu, lalu mengapa Jingmi menghancurkannya pagi ini.
**
"Kudengar Yang Mulia telah memilih calon Putri Mahkota?" tegur Shao Ming Hze di hadapan sang ayah. Pria itu menatap nanar ke arah sang ayah karena telah memaksakan kehendaknya sesuka hati padahal belum tentu ia bersedia melakukannya.
"Oh itu, sebagai penerus tahta sudah sewajarnya aku memilihkan Putra Mahkota seorang gadis yang bisa mendampingi Anda dalam mengurus negara ini. Bagaimanapun gadis itu nantinya akan menjadi seorang permaisuri, aku tak ingin Putra Mahkota salah pilih!"
"Dengan memaksaku memilih dari ketiga gadis yang tak ku kehendaki apa itu tak salah pilih Yang Mulia?" Ming Hze masih terus saja memojokkan sang ayah karena menurutnya itu suatu kesalahan.
"Tiga? Tenang saja Ming Hze! kau tak perlu pusing memilih satu dari tiga kandidat, karena satu orang gadis telah mengundurkan diri!"
"Siapa? Putri Menteri Keuangan Yun Tansi?"
"Bukan ... Putri ketiga Perdana Menteri Lu Sing, Lu Jingmi!"
Shao Ming Hze terperanjat tak percaya apa yang telah diucapkan oleh sang ayah, baginya mustahil bila gadis seperti Jingmi yang telah menyukainya sejak dulu akan menolak rencana perjodohan ini. Ming Hze sangat tahu bagaimana keras kepala dan gigihnya Lu Jingmi dalam memperoleh sebuah perhatian darinya.
"Kenapa? Kenapa? Kenapa dia menolak?" ucap Ming Hze pelan masih dengan posisi bersimpuh di hadapan sang ayah. Ada sebuah kegetiran jauh di lubuk hatinya ketika mendengar bahwa Jingmi menolak rencana ini. Pasalnya ia telah bisa menduga bila hidupnya akan direcoki oleh kecerobohan Jingmi bila nanti dia yang terpilih menjadi Putri Mahkota, tapi ini?
"Nona Lu belum ingin menikah di usia muda, dan juga Ayah rasa dia tak tertarik padamu!"