Bab 6
"Kau yakin dengan apa yang telah kau putuskan anakku?" tegur Perdana Menteri Lu pada sang gadis kecil di sela perjalanan pulang dari aula Guang yang merupakan kediaman Kaisar.
"Tentu saja ayah, aku hanya ingin menikah dengan orang yang kucintai saja!" Kembali lagi Jingmi mengingat seperti apa perasaannya dulu pada Ang Bei. Meski ia telah jauh dari pemuda itu, namun rasa sayangnya masih enggan enyah dari hati Jingmi.
"Baiklah kalau itu yang kau mau Mi er! ayah tak bisa memaksamu mengikuti kompetisi pemilihan putri mahkota."
Perdana menteri Lu harus menelan kekecewaan karena Jingmi menolak kompetisi pemilihan untuk putri mahkota. Bahkan sebelum kompetisi itu dimulai, Jingmi terlebih dahulu mundur dari para saingannya.
'Mungkin benar, Mi er masih ingin menikmati masa mudanya,' ucap perdana menteri Lu di dalam hati untuk menghibur dirinya.
Sebenarnya, posisi sebagai putri mahkota cukup bisa mengukuhkan kedudukannya. Selain menjadi ayah calon ratu, perdana menteri juga bisa mengamankan posisinya sebagai perdana menteri negara Tang.
Dalam perjalanan pulang Jingmi dan ayahnya dikejutkan oleh jeritan kepanikan dari rumah yang tak jauh dari jalan besar. Menurut rumor yang beredar putri pemilik rumah yang cukup besar itu tengah hamil sebelum menikah. Oleh karena itu, kedua orang tuanya sangat malu dan ayahnya berencana untuk mengasingkan sang putri kesayangan mereka.
Sedangkan suara tangisan serta jeritan pilu itu berasal dari sang nyonya rumah.
"Tolong jangan bawa pergi anakku!" jerit nyonya rumah dengan histeris.
"Ayah sepertinya ada masalah besar?" bisik Jingmi pada perdana menteri Lu.
"Putri dari pengusaha kain sutra Tuan Wu kabarnya mengandung anak dari pria yang tak dikenal. Karena telah mencoreng nama baik keluarga, nona muda Wu akan diasingkan!" jelas salah satu pengawal perdana menteri Lu pada Jingmi dan sang junjungan.
"Ini tidak adil ayah! di mana rasa simpati mereka?' ucap Jingmi lalu berjalan mendekati kendaran yang akan digunakan untuk mengasingkan nona muda keluarga Wu tersebut.
"Lepaskan! kalian menyakiti nona ini!" tegur Jingmi dengan bersungut karena anak buah Tuan Wu telah menyakiti nona muda mereka dengan menarik paksa tubuh lemah itu.
"Kau siapa? Jangan ikut campur masalah keluarga kami!" hardik Tuan Wu pada Jingmi agar gadis yang telah ikut campur dengan masalahnya pergi enyah dari hadapannya.
"Maafkan kami Tuan Wu, putriku tidak bermaksud ikut campur masalah antara kau dan anakmu!" Untuk sesaat perdana menteri Lu menarik keterlibatan sang putri dari keributan antara keluarga Wu agar Jingmi tak mendapatkan masalah dari rasa simpatinya.
Jingmi mengamati tubuh lemah nona muda keluarga Wu, sangat jelas wanita itu terlihat tidak baik-baik saja. Hingga hati nurani Jingmi tak menahannya untuk tidak terlibat. Jingmi lalu menghampiri gadis yang berusia tak jauh dari usianya. Karena memiliki persamaan umur, membuat Jingmi mampu dengan mudah mendekati sang nona muda.
"Hentikan! apa yang akan kau lakukan pada putriku?" sergah Tuan Wu menatap Jingmi dengan bengis. Namun, Jingmi tak memedulikan hal itu. Tangan Jingmi bergerak memeriksa denyut jantung nona muda dadi nadi di pergelangan tangannya.
Denyut nadinya lemah, kemudian Jingmi menekan perut bagian atas nona muda Wu dan mendapati gadis itu menggeliat karena kesakitan.
"Apa ini sakit?" tanya Jingmi pada nona muda Wu.
Semua yang hadir kini tak lagi memaki Jingmi, terlebih ayah Wu. Bagaimanapun juga dia adalah orang tua Wu Liyuan. Tak menampik bila ia dan sang istri juga sangat mengkhawatirkan anaknya meski telah mencoreng nama baiknya.
"Dia tidak hamil! siapa yang mengatakan nona ini hamil?" Kini ganti Jingmi yang melirik ayah Wu Liyuan dengan sinis. Bukan hanya itu saja, Jingmi juga memaki tabib mana yang berani mendiagnosa Liyuan mengalami kehamilan.
"Apa kau mengkonsumsi obat dalam jangka panjang? Mungkin obat penurun berat badan?" tanya Jingmi dengan lembut usai mengusap perut Wu Liyuan.
Gadis kecil itu mengangguk, membenarkan semua yang Jingmi katakan. Ia memang mengkonsumsi obat-obatan untuk menjaga berat badannya karena ingin dinilai cantik di mata keluarga besarnya.
Ibu dan ayah Liyuan selalu membandingkannya dengan sepupunya yang lain karena memiliki berat badan berlebih. Oleh karena itu, Liyuan mati-matian menurunkan berat badannya.
"Kau dengar sendiri Tuan, putrimu bukan hamil! dia telah meminum obat serta ramuan penurun berat badan yang menyebabkan tukak lambung."
Seperti perkiraan Jingmi, dinding lambung Liyuan terluka karena terlalu lama mengkonsumsi obat-obatan. Oleh karena itu ia merasa nyeri pada perut atasnya dan juga merasa mual terus-menerus. Mual itu bukan karena Liyuan hamil.
"Siapa kau? Beraninya mengatakan hal yang tak masuk akal?" Tuan Wu masih belum percaya dengan kemampuan Jingmi. Ia masih meragukan siapa sebenarnya Jingmi.
"Kau tahu dari mana itu Nak?" Bahkan perdana menteri Lu juga merasakan aneh pada sang putri. Menurutnya Jingmi tidak pernah mempelajari ilmu medis.
"Bagaimana aku tidak tahu, dosen sialan itu selalu menyulitkan aku pada pelajaran seperti ini!" Karena tak ada satupun dari mereka yang tahu bahwa Jingmi sebenarnya merupakan mahasiswa kedokteran yang mengambil jurusan pengobatan Tiongkok kuno.
Jingmi sibuk menjelaskan bagaimana hasil pemeriksaannya. Begitu runtut dan jelas agar semua memahami seperti apa tukak lambung dan juga sangat berbahaya dari pada penyakit maag kronis lainnya.
Sebelum Jingmi meminta pelayan menyiapkan bahan herbal untuk membuat ramuan obat bagi Liyuan, gadis itu tampak kesakitan lagi. Dan parahnya, Liyuan memuntahkan semua isi di perutnya tepat di baju Jingmi. Selain sisa makanan, Liyuan juga muntah berupa bercak darah yang menandakan bahwa luka di lambungnya cukup parah.
Jingmi menyebutkan beberapa bahan herbal seperti Notopterygii Rhizoma, akar itu bisa mengobati penyakit lambung. Sebelum pergi, Jingmi juga menyeduh biji pepaya untuk Liyuan.
"Terima kasih banyak Nona Lu, semoga karma baik selalu menyertaimu!" ucap nyonya Wu berterima kasih pada Jingmi karena telah membantu keluarga mereka.
Perdana menteri serta Jingmi pamit undur diri dari kediaman keluarga Wu. Karena perdana menteri harus segera mengantar sang putri pulang agar ia bisa berangkat bekerja dengan tenang tanpa memikirkan bagaimana nakalnya kelakuan anak bungsunya itu.
Secara kebetulan ketika kedua ayah dan anak akan meninggalkan rumah Tuan Wu, Chan Feng pengawal Shao Ming Hze kebetulan berada di sekitar mereka.
Tak lupa memberi salam kepada perdana menteri, Chan Feng juga menyapa Jingmi karena wanita itu pernah ia tolong di hari sebelumnya.
Begitu keduanya juga membalas salam dari Chan Feng, Jingmi dan ayahnya melanjutkan perjalanan pulang mereka.
"Yang Mulia, sepertinya Anda jangan melihat orang dari sisi luarnya!" ucap Chan Feng pada putra mahkota.
"Apa maksudmu?"