Ringkasan
Lu Jingmi adalah mahasiswi kedokteran tahap akhir yang ingin segera menyelesaikan jenjang pendidikannya. Meski bukan termasuk mahasiswi yang berotak encer namun Jingmi memiliki ambisi besar untuk segera lulus. Apalagi salah satu pengajar di kampus Jingmi mengenyam pendidikan tinggi sangat tidak suka padanya. Shao Ming Hze adalah nama dosen killer itu. Suatu ketika Jingmi pulang dari belajar, ia mendapati suatu peristiwa aneh yang mengubah dunianya. Jingmi terseret ke sebuah dunia lain yang sama sekali tak ia kenali. Dan sialnya lagi-lagi karma mempertemukannya dengan Shao Ming Hze.
Bab 1
"Jingmi ... apa kau sudah mengerjakan tugas dari dosen Shao?" tanya gadis manis berambut tipis yang bernama Xiaoli pada teman sebangkunya yang masih terlihat menahan rasa kantuk di wajahnya.
Sedangkan gadis yang bernama Jingmi masih tampak bermalas-malasan meski kedua teman dekat itu kini berada di dalam kelas dokter Shao.
Iya, Lu Jingmi dan Tan Xiaoli adalah mahasiswa di perguruan tinggi negeri di Beijing yang mengambil jurusan medis. Bila banyak di antara mahasiswa lain yang mengambil fakultas kedokteran karena memiliki otak yang encer, itu tidak berlaku bagi Jingmi. Dara cantik yang memiliki bulu mata lentik itu bukan salah satu mahasiswi yang patut diperhitungkan. Kebolehannya masuk fakultas kedokteran karena satu hal, yakni keberuntungan. Sudah menjadi barang umum memiliki paras cantik akan banyak digandrungi para kaum adam, tapi tidak bagi Jingmi. Tak ada satupun yang bersedia menoleh ke arahnya. Mungkin karena sifat malasnya yang mendarah daging.
"Belum ... bagaimana kalau aku menyalin tugasmu?" pinta Jingmi pada teman sebangkunya.
Xiaoli cukup mengenal Jingmi dengan baik, karena keduanya telah bersama dalam waktu yang cukup lama. Tak jauh berbeda dengan Jingmi, Xiaoli juga memiliki kemampuan di bawah rata-rata seperti Jingmi. Alhasil keduanya sering mendapatkan hukuman dari dosen killer yang bernama Shao Ming Hze.
"Boleh, juga! tapi kau jangan marah padaku kalau nilai kita jelek JingMi. Karena kau tahu sendiri bukan seperti apa otakku?"
"Tak masalah, asal kita tak mendapat hukuman dari manusia mengerikan itu aku akan sangat berterima kasih padamu."
Jingmi lalu menyalin semua isi dari sola yang diberikan oleh dosen Shao pada kelasnya. Setidaknya Jingmi dan Xiaoli tidak mendapatkan masalah dari dosen lelaki itu.
Bukan Jingmi namanya bila ia akan diam begitu saja tanpa perlawanan apa pun, gadis itu bersama Xiaoli sangat suka memberontak terhadap dosen Shao. Hingga banyak dari teman sekelasnya menyebut Jingmi sebagai murid yang pandai melawan.
Hari ini kelas mereka akan menerima mata kuliah yang akan diajarkan oleh dosen Shao. Dosen muda itu tampak cukup ganteng meski memakai kaca mata tebalnya. Aura kepribadian yang menarik cukup keluar dari setiap gerak tubuh dosen Shao. Tapi, mengapa Jingmi tak merasakan hal yang sama seperti yang orang nilai tentang dosen Shao?
Satu persatu para mahasiswa bersuara kala dokter tampan yang kini sedang mengajar mereka menyebut masing-masing nama mereka. Tanpa terkecuali Lu Jingmi dan juga Xiaoli temannya.
**
Tanpa terasa pelajar yang diisi oleh dosen Shao sebentar lagi usai. Biasanya sebelum mengakhiri mata kuliahnya, dokter muda itu sekali lagi mendata kehadiran pada siswanya karena rasa disiplin yang tinggi. Pernah suatu ketika Jingmi dan juga murid nakal lainnya keluar kelas sebelum pelajaran usai.
"Bagi nama yang saya sebutkan, seusai mata kuliah ini harap tetap di tempatnya!"
Para mahasiswa bersuara dengan gemuruh, mungkin dari tugas yang mereka kumpulkan ada yang memiliki nilai di bawah standard. Tentu saja hal itu membuat Jingmi dan juga temannya Xiaoli menjadi minder dan takut mendapatkan hukuman lagi dari dosen killer itu.
"Lu Jingmi!" ucapan dari dosen Shao telah diperkirakan oleh seluruh mahasiswa yang hadir. Jingmi selalu menjadi salah satu siswa yang mendapatkan hukuman dari dosen mereka itu.
"Dasar dosen bedebah! suka sekali cari gara-gara."
Anggapan Xiaoli yang akan menemani Jingmi ternyata salah, gadis itu lolos dari hukuman sang dosen meski jawaban dari ujian mereka sama persis. Lalu bagaimana bisa Xiaoli bisa selamat dari amukan singa jantan itu?
"Salin jurnal kedokteran tradisional Tiongkok lengkap!" perintah dosen Shao pada Jingmi yang saat ini menjadi satu-satunya mahasiswa yang masih tersisa di dalam kelasnya.
"Sekarang?" tanya Jingmi dengan wajah penuh dengan rasa kegetiran.
"Tentu saja!" sahut dosen Shao lalu duduk tepat di sebelah Jingmi agat bisa mengawasi gadis itu. Sudah menjadi hal umum bila mahasiswa nakal seperti Jingmi akan kabur dari tugasnya.
'Di kehidupan yang lampau apa aku pernah terikat karma dengan kau? Mengapa kau jagat sekali?' Jingmi mengeluh dalam hatinya sembari mulai menulis seluruh isi jurnal kedokteran tradisional Tiongkok.
**
Sudah satu jam lebih Jingmi melakoni apa yang dosen Shao tugaskan. Mata pria muda itupun tak lepas dari pandangannya yakni mengawasi Jingmi agar melakukan hukuman dengan sungguh-sungguh.
Kaca mata tebalnya selalu menangkap gerak demi gerak mencurigakan yang dilakukan oleh Jingmi. Seperti berpura-pura ingin ke kamar mandi untuk kabur dari tugas darinya.
'Anak ini sungguh bandel!' pikir Shao Ming Hze dalam hatinya melihat semua usaha Jingmi yang telah ia gagalkan dengan mudah. Bila dosen lain akan bisa dibodohi oleh Jingmi, tentu itu tak berlaku padanya.
"Guru, sampai kapan aku harus menulis jurnal setebal 300 halaman ini?"
"Sampai otak udangmu itu bisa lebih pintar!"
'Huft' Jingmi mengepalkan tangannya karena kesal mendengar Shao Ming Hze meragukan dirinya. Ia menyesal mengapa dulu mengikuti kata orang tuanya agar masuk ke fakultas kedokteran. Apalagi bisa bertemu iblis jahat berwujud manusia seperti Shao Ming Hze ini.
"Kalau kau lelah, bawa saja pulang dan kerjakan di rumah! besok kumpulan padaku tepat pukul sebelas pagi!"
Tanpa menunggu perintah lagi, dan takut bila dosen Shao menarik omongannya, Jingmi lalu mengemasi semua barangnya dan pamit untuk segera pulang. Ia sudah tak sabar untuk pergi dari universitas ini dan segera berkencan dengan pria yang sejak dulu ia sukai. Ang Bei, mahasiswa satu kampus dengannya. Pria muda itu salah satu murid teknik yang telah lama Jingmi incar karena ketampanannya.
Dengan memacu seribu langkah, Jingmi berlari menjauhi area kampus untuk segera pulang dan berdandan yang cantik dengan semua benda yang ia pakai nantinya.
Namun, belum sempat ia meninggal area kampus, ketika ia melintas di samping lapangan basket. Sebuah benda keras mendarat di kepalanya. Benda bulat yang menjadi rebutan atlet basket itu melintas dan membentur kepala Jingmi hingga membuat gadis muda itu jatuh tersungkur hingga tak sadarkan diri.
"Hei ... ada yang terluka!" seru salah seorang atlet yang sedang berlatih dan berlari diikuti beberapa temannya untuk menyelamatkan Jingmi dari pingsannya.
Badan Jingmi digoyangkan namun tak bereaksi apa pun. Hingga seorang datang membawakan sebuah minyak aromaterapi untuk membangunkan Jingmi. Tapi tubuh Jingmi benar-benar tak bergerak sama sekali.
Hingga sebuah suara para gadis membangunkan Jingmi dan mulai menggerakkan kedua kelopak matanya, "Nona ... Nona ke tiga! bagaimana ini?" seru salah seorang wanita menggoyangkan badannya.
Jingmi mulai membuka kedua matanya, namun rasa berat masih bersarang di kepalanya. Ia tak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Bahkan rasa sakitnya jauh melebihi apa pun.
Masih dengan kepala berputar-putar, Jingmi melihat sekeliling yang tampak asing baginya. Bukankah ia terjatuh saat pulang dari kelas dosen Shao?
"Apa orang-orang telah membawaku ke ruang tari? Mengapa ada banyak orang berpakaian tradisional? Ini di studio kebudayaan kah?" gumam Jingmi melihat di sekelilingnya. Tampak semua isi ruangan tersebut berisi para gadis muda seusia dirinya dengan menggunakan pakaian khas tradisional Tiongkok.