Bab 4
"Maaf Nona, Anda baik-baik saja? Apa ada yang terluka?"
Melihat dan mendengar bahwa Ang Bai sangat mengkhawatirkan dirinya, Jingmi tak bisa menahan air matanya agar tak jatuh menetes ke pipi lembut itu.
'Rasanya aku seperti hidup kembali, bisa bertemu dengannya di kehidupan ini!' suara hati Jingmi.
Dari kejauhan Putra Mahkota Shao Ming Hze terus saja mengamati perubahan ekspresi di wajah Jingmi. Raut wajah yang biasanya centil dan manja itu, kini tampak berseri-seri kala Chan Feng membantu merebut kantong uang miliknya.
Jingmi tak bisa menahan perasaannya, ia merasa amat sangat bahagia karena bukan dia satu-satunya yang berada di jaman ini. Perasaan harunya semakin diperkuat karena rasa perhatian yang ditunjukkan Ang Bei untukku.
"Ang Bei, syukurlah akhirnya ada satu orang yang ku kenal. Ang Bei, kumohon bawa aku pergi dari cerita menyesatkan ini! aku rindu keluargaku," Tangis Jingmi pecah begitu gadis polos itu memeluk Chan Feng yang dianggapnya sebagi Ang Bei gebetannya.
Mendapati hal tersebut, semua orang yang hadir tampak terkejut melihat sikap tak biasa Jingmi. Bagi penduduk serta pengawal Putra Mahkota yang telah mengenal lama perangai Jingmi, sungguh tak masuk akal bila Jingmi akan bersedia memeluk serta menumpahkan tangisnya pada Chan Feng. Sedangkan orang yang selalu dipuja Jingmi adalah Shao Ming Hze.
Ling Yu mendekati Putra Mahkota yang tampak kebingungan dan menjelaskan perihal hilangkannya ingatan dari nona ketiga Perdana Menteri. Dan dayang setia itu meminta Putra Mahkota untuk memaklumi hal tersebut karena Jingmi dalam masa penyembuhan. Ingatannya masih rentan dan berposisi tak kembali.
Sedangkan Chan Feng? Pria yang saat ini dipeluk oleh Jingmi merasa shock dan tak menyangka bila gadis yang selalu mengejar pangeran Shao Ming Hze akan memeluknya. Pasalnya hal seperti sungguh tak masuk akal. Terlebih lagi siapa dirinya hingga mendapatkan suatu penghormatan disukai oleh putri Perdana Menteri.
"Maaf Nona, mungkin Anda salah orang! saya Chan Feng pengawal dari Yang Mulia Putra Mahkota bukan Ang Bei seperti yang Anda katakan." Chan Feng mencoba melepaskan diri dari pelukan Jingmi, pasalnya sungguh tak sopan bila keduanya bermesraan di muka umum. Terlebih lagi pria gagah itu melihat raut wajah tak senang dari Bagindanya. Chan Feng mengira bahwa Shao Ming Hze berpikir ia akan mengkhianati dan berbelok pada Jingmi.
"Bagaimana kalau kita pulang saja Nona?" ajak Ling Yu pada Jingmi yang tampak murung karena harus menelan kenyataan pahit bahwa pria yang baru saja menolongnya bukanlah Ang Bei yang Jingmi kenal.
"Baiklah, tapi apakah Anda bisa mengantar kami pulang wahai kesatria?" Meski tak bisa mendapatkan hati Chan Feng, setidaknya Jingmi masih bisa mendekati pemuda tersebut dan menjadikan pengawal Shao Ming Hze itu sebagai pelindung dirinya.
"Sebaiknya Anda tanyakan Baginda Putra Mahkota, Nona!"
"Lupakan!" sahut Jingmi begitu enggan terlibat apa pun dengan Shao Ming Hze. Jangankan berbicara, melihatnya saja Jingmi tak bersedia.
Alhasil, Jingmi harus merelakan kesempatan untuk bersama dengan Chan Feng si pengawal khusus Putra Mahkota. Meski pria itu tak memiliki kekuasaan penuh seperti Shao Ming Hze, tapi gaya serta pembawaan yang lemah lembut membuat Chan Feng mendapatkan skor lebih dibandingkan dengan Putra Mahkota. Tentu saja, selain memang Jingmi telah lama menyukai Ang Bei. Karakter Chan Feng yang penyayang juga tak berbeda dengan Ang Bei yang telah lama Jingmi kenal.
**
"Menurut dayangnya, Nona ketiga Perdana Menteri mengalami hilang ingatan. Menurutmu apa itu yang menyebabkan dia tak mengenali aku Chan Feng?" tanya Shao Ming Hze meminta pendapat dari pria yang berkuda di sampingnya.
"Saya rasa benar Yang Mulia, bahkan Nona ketiga Perdana Menteri sempat menyebut nama saya dengan Ang Bei."
"Baguslah, dengan begitu anak nakal itu tidak menyusahkan aku lagi dengan terus mengusik ketenanganku seperti biasanya," seloroh pangeran tampan yang menaiki kuda bersama para pengawalnya.
Tapi, meski begitu Shao Ming Hze masih punya hati nurani. Setidaknya ia tak ingin dicap sebagai penerus kekaisaran yang tak melindungi rakyatnya. Seperti halnya saat ini. Meski Jingmi tak meminta ijin untuk diantar pulang, Shao Ming Hze berbesar hati mengikuti langkah kaki Jingmi dan dayang kesayangan pulang ke kediaman Perdana Menteri.
tepat setelah mengantarkan Jingmi pulang ke paviliun persik, rombongan Putra Mahkota bertolak menuju pengadilan seperti tujuan awal mereka. Namun, langkah rombongan itu dihadang oleh Lu Chang Li yang merupakan putra tertua dari Perdana Menteri.
Lu Chang Li ingin menanyakan perihal apa yang terjadi hingga membuat seorang Putra Mahkota sudi ke rumahnya. Sehubungan tidak baik pada hubungan antara Jingmi dan Shao Ming Hze semakin membuat Lu Chang Li berdecih kesal.
"Angin apa yang membuat Yang Mulia Baginda Putra Mahkota ke kediaman kami?" sapa Lu Chang Li dengan seringai tak suka.
Pasalnya sudah menjadi rahasia keluarganya, bila Shao Ming Hze tidak menaruh sebuah rasa suka pada Jingmi. Dan Chang Li tidak menyukai itu. Pria dengan pakaian putih serta mengurai rambutnya itu terlihat seperti ahli ilmu yang sangat disegani. Chang Li memang memiliki otak encer seperti sang ayah. Sejak kecil, kakak tertua Jingmi itu sudah mendalami ilmu kepemimpinan. Sedangkan sang adik kedua lebih memilih aktif di bidang militer.
"Maaf telah mengusik ketenangan Anda, kami kebetulan lewat," sahut Shao Ming Hze yang tak mau kalah dari kakak tertua di kediaman Jingmi.
"Seperti yang hamba tahu, arah pengadilan yang merupakan kantor Anda tidak lewat sini Paduka? Atau Anda ada maksud serta tujuan lain?"
"Maaf beribu kali maaf Tuan Lu, kami hanya mengantar nona ketiga hingga selamat sampai tujuan. Karena tadi di jalan, Nona baru saja dirampok orang!" tutur Chan Feng dengan nada yang cukup pelan untuk menjelaskan masalah yang terjadi.
Tentu saja Chang Li sangat berterima kasih ketika mendengar bahwa Chan Feng lah yang menolong sang adik dalam kesulitan. Bahakan, sebagai kakak tertua Jingmi, Chang Li mengundang Chan Feng untuk minum teh bersama sebagai rasa terima kasihnya.
"Suatu kehormatan bagi hamba bila Tuan bersedia mengundang hamba, akan tetapi pekerjaan hamba masih cukup banyak Tuan Lu. Sebelumnya hamba sangat berterimakasih atas undangan ini, terlebih nona ketiga juga sangat baik kepada hamba."
Lu Chang Li cukup paham atas apa yang dialami Chan Feng. Menjadi salah satu kacung pria sialan seperti Shao Ming Hze membuatnya tidak memiliki kebebasan. Mungkin suatu saat, Chang Li bisa mengajak pemuda potensial itu untuk bekerja sama dalam pemerintahan. Karena akan lebih baik melihat pemuda itu berkembang bersamanya daripada bersama Putra Mahkota.
"Bila sudah tak ada hal lain, kami pamit undur diri!" titah Shao Ming Hze pada putra tertua Perdana Menteri Lu Sing.
Bukan hanya Chang Li saja yang benci dengan pertemuan ini, Shao Ming Hze sendiri juga tak menghendaki pertemuan dengan kakak tertua Jingmi. Pasalnya selain memiliki sifat yang sombong, Chang Li pasti tak menyukainya karena Shao Ming Hze telah mengabaikan Jingmi selama ini. Kakak lelaki mana yang tak kesal melihat sikap Ming Hze?