Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Ling Yu merasa aneh pada diri nona muda di kediaman Perdana Menteri yang selama ini telah ia layani. Sejak kehilangan ingatan beberapa hari yang lalu, tingkah laku Jingmi semakin tak seperti biasanya. Bukan hanya tak mengenali dua saudara lelakinya, tapi putri bungsu Perdana Menteri Lu Sing itu sangat membenci Pangeran Shao Ming Hze yang merupakan Putra Mahkota negara Tang.

Kebiasaan manis seperti menyulam dan membuat puisi yang selalu gadis muda itu lakoni kini tak lagi terlihat sama sekali. Bahkan burung-burung peliharaannya tak satupun yang mendapatkan perhatian darinya. Sosok Jingmi yang baru ini lebih sering terlihat murung dan kurang pergaulan.

Seperti pagi ini, nona ketiga keluarga Perdana Menteri itu sedang duduk termenung memandangi kolam ikan koi yang beraneka warna. Tampak sekali Jingmi sedang meratapi nasibnya kini, bagaimana tidak karena tersesat pada tubuh seorang putri jelita ia kini tak mampu pulang. Bukan hanya merindukan Ang Bei, tapi Jingmi juga merindukan kehangatan keluarganya.

"Ibu ... Ayah ... Jingmi merindukan kalian! Jingmi rindu masakan ibu!" ucap Jingmi meratapi nasibnya kini.

Tepat saat itu juga, Ling Yu mendekati dirinya dan menawarkan akan mengajak Jingmi jalan-jalan ke kota untuk menghibur kegelisahan nona mereka. Bukan tanpa alasan Ling Yu mengajak Jingmi, atas saran dan ijin dari Lu Seng lah akhirnya Ling Yu berani membawa nona mereka setelah musibah itu.

"Ayo kita cari barang-barang indah dan menemukan makanan yang enak Nona!" ajak Ling Yu guna menghibur perasaan Jingmi.

"Tapi ayah melarang aku keluar, dia takut aku kenapa-kenapa karena ingatan ini belum sepenuhnya pulih Ling Yu?"

"Tak masalah Nona, Ayah Anda telah memberi ijin. Dan saya akan selalu menemani Anda Nona ketiga."

"Baiklah ... ayo kita pergi keluar Ling Yu, mungkin dengan begitu aku bisa melupakan kehidupan lamaku."

Jingmi ditemani oleh Ling Yu pergi keluar dari kediaman sang Perdana Menteri untuk berjalan-jalan yang bisa mengusir penatnya. Baru kali ini Jingmi berjalan kecil menyusuri area jalan pada jaman dahulu seperti ini. Pada musim semi seperti ini di sepanjang jalan banyak dijumpai bunga bermekaran yang berwarna-warni hingga menyenangkan bagi yang memandang. Kedua gadis itu bak sepasang kupu-kupu cantik yang menarik di sekeliling bunga yang beraneka ragam.

Tak seperti musim semi di Beijing, musim semi di negara Tang ini sangat indah. Bukan hanya bunga yang bermekaran, burung-burung kecil saling sahut menyahut menyanyikan melodi indah pada tengah kegiatan manusia.

Sebagi salah satu keluarga yang disegani di kerajaan Tang, membuat Jingmi mendapatkan perlakuan yang dihormati oleh beberapa orang yang berpapasan dengannya.

Ling Yu lalu mengajak nona mereka untuk membeli kue bulan atau moon cake. Meski Jingmi tahu kue bulan identik dengan suasana musim gugur dan sering hadir pada perayaan festival musim gugur tapi pada hari ini kue ini bisa ia dapatkan di musim semi seperti ini. Ini sungguh tak seperti kebiasaan warga Beijing pada umumnya.

"Ini manis dan legit sekali Nona, cobalah!" Ling Yu menawarkan kue itu pada Jingmi setelah ia terlebih dahulu mencicipi kue tersebut.

Karena sudah lama Jingmi tak merasakan enaknya kue ini, Jingmi pun bersedia menuruti permintaan Ling Yu. Nona ketiga itu lalu megambil beberapa potong dan membayar kue tersebut dengan beberapa koin emas yang telah ayahnya berikan sebelum ia pergi.

"Nona, ini terlalu banyak! harga kue ini hanya 2 koin perak. Dan Anda telah memberikan saya 2 koin emas!" ucap penjual kue bulan itu pada Jingmi.

Akan tetapi, ayah Jingmi telah memberikan sekantong koin emas padanya. Jingmi tidak mendapatkan sepeser pun koin perak.

"Ambil saja selebihnya!' ucap Jingmi menolak uang yang akan dikembalikan oleh penjual kue bulam tersebut.

"Terima kasih, semoga Nona ketiga selalu diberi berkat dan selalu bahagia." Penjual itu mendoakan sang putri dari Perdana Menteri mereka. Nona bungsu yang mereka kenal dulu hanya anak manja dan selalu berlindung di bawah kekuasaan sang ayah, kini telah berubah menjadi gadis yang sungguh dermawan.

Tak sedikit orang yang membicarakan kejadian ini di belakang Jingmi. Beberapa saksi mata bahkan terkagum-kagum pada ketulusan Jingmi kala tidak meminta kelebihan uang yang telah ia bayarkan. Jingmi yang dulu sangat sombong dan angkuh, kini menjelma menjadi sosok yang luar biasa.

**

Bergeser dari tempat penjual kue bulan, kini Jingmi dan Ling Yu saling bercengkrama di jalanan negara Tang. Mereka saling melontarkan tebakan humor yang bisa mengocok perut keduanya.

Dari jauh tanpa mereka sadari, ada rombongan yang sejak tadi memerhatikan Jingmi dan Ling Yu yang tampak akrab satu sama lain. Karena memang pada dasarnya Jingmi cepat mengakrabkan dirinya dengan orang yang baru ia kenal, terlebih lagi wajah serta suara Ling Yu persis seperti Xiaoli sahabatnya.

"Bukankah itu nona ketiga Perdana Menteri?" tanya seorang pria gagah dengan sebilah pedang yang tersimpan di pinggangnya.

Pria gagah yang tak lain Putra Mahkota kerajaan Tang itu kebetulan lewat sebelum menuju pengadilan tinggi. Bukan hanya masyarakat saja yang merasa aneh pada diri nona ketiga Perdana Menteri Lu Sing.

"Benar Yang Mulia!" jawab pengawal setia Shao Ming Hze.

"Aneh sekali, biasanya setelah melihatku dia akan melakukan segala cara untuk menarik perhatianku."

"Mungkin Nona Jingmi telah menyerah!"

"Baguslah."

Tanpa Jingmi sadari, keduanya berpapasan dengan rombongan Putra Mahkota. Jingmi serta Ling Yu yang keasyikan bercanda tak menyadari bahwa mereka untuk pertama kalinya melewatkan kegagahan dari Putra Mahkota.

"Nona, itu! Putra Mahkota!" tunjuk Ling Yu yang baru saja menyadari mereka telah melewatkan rombongan putra dari kaisar.

"Lalu? Apa aku harus menunduk memberi hormat pada mereka? Buang-buang waktu!" sahut Jingmi dengan ketus. Lagi pula ia tak ingin menodai kedua matanya dengan melihat wajah menjengkelkan Shao Ming Hze. Bila di dunia nyata sudah membuatnya pusing, Semoga di jaman ini Shao Ming Hze tidak berulah padanya.

Salah satu pengawal Putra tertua kisar itu sempat mendengar percakapan Jingmi dengan Ling Yu. Dan segera memberikan berita bagus ini pada Shao Ming Hze. Agar Putra Mahkota tidak kesulitan dengan semua ulah nona ketiga Perdana Menteri Lu Sing.

Pengawal tersebut lalu mendekati sang Putra Mahkota dan segera menjelaskan perihal mengapa Jingmi melewatkan dirinya. Shao Ming Hze mendengar dengan seksama, dan merasa seperti dadanya terasa sesak.

Tak jauh dari jalan yang telah rombongan pangeran itu lalui, suara teriakan dari seorang wanita atau lebih menggema di sepanjang jalanan kota.

"Pencuri ... " Suara teriakan Jingmi itu cukup memekikkan telinga.

Hingg membuat rombongan Putra Mahkota berbalik dan melihat apa yang telah terjadi.

"Seorang pencuri mengambil kantong uang nona ketiga!" ujar salah seorang pengawal yang berada pada baris paling belakang.

"Selesaikan Chan Feng dan segera lanjutkan perjalanan kita." Shao Ming Hze memerintahkan Chan Feng untuk menyelesaikan masalah ini.

Tak menunggu waktu lama lagi, Chan Feng dengan cekatan mengejar pencuri itu untuk menangkapnya sesuai perintah Shao Ming Hze.

Tepat pada tikungan jalan, Si Chan Feng mampu menangkap pencuri itu dan segera memukul mundur pria yang telah mengambil barang Jingmi. Dengan kebolehan ilmu bela dirinya, pengawal Shao Ming Hze itu mampu melumpuhkan pencuri itu.

Satu, dua pukulan saja dari Chan Feng mampu memukul mundur penjahatnya dan merampas apa yang telah ia curi. Dan Jingmi dan Ling Yu yang baru saja tiba di tempat perkelahian, tampak terengah-engah karena berlari dan berteriak.

"Ini punya Anda Nona?" ucap pengawal Shao Ming Hze tersebut sambil mengulurkan kantong berisi koin emas pada Jingmi yang masih menunduk kecapekan, tenaga cukup lemah di tubuh gadis ini tak seperti tenaga di dunia nyata.

Jingmi lalu mengatur napasnya, dan mendongakkan guna berterima kasih pada orang yang telah membantunya.

"Ang Bei!" sebut Jingmi dengan terperanjat tak percaya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel