Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

DELAPAN

Pemilik bar datang membawa pakaian ganti untuk Taksis. Sebuah dress girls berwarna ikan salmon dengan bagian pundak turun sebelah. Vi merasa perlu mendandani mantan pegawainya yang terus terang saja terlihat sangat tidak terawat dan kusam tidak enak dipandang.

Pendapat Vi tidak lah berlebihan. Memang sejak menjadi Ibu dari seorang putri yang tidak pernah ia lahirkan, Taksis tidak pernah punya waktu untuk dirinya sendiri bahkan hanya untuk beberapa menit saja mengoleskan rangkaian skincare di wajah maupun tubuhnya. Ia mandi yang penting basah, kadang tidak mandi sama sekali ketika putrinya sedang tidak mau ditinggal atau sedang demam.

Sekarang, punya waktu sehari semalam untuk me time sungguh membuat jiwa kebebasan Taksis seperti burung yang dikeluarkan dari sangkar.

Usai mandi, gadis itu mengenakan dress di atas lutut pemberian mantan bosnya, si pria kemayu. Kemudian, Mulan membantunya memberikan riasan natural khas Korea di wajah putihnya menutupi kekusaman selama beberapa tahun ini.

Perfect. Taksis lumayan terlihat segar dan cantik sekarang. Ia bercermin tersenyum puas. Berandai-andai kalau saja setiap hari bisa merias diri seperti sekarang ini, pasti hidupnya lebih berwarna meskipun jomblo.

"Makasih, Vi. Aku pergi, ya!" pamit Taksis pada mantan bosnya.

"Nanti aku ke Batam singgah rumah kamu boleh, ya?" Vi berembun hendak berpisah dengan sahabatnya itu.

"Boleh banget. Aku tunggu deh," jawab Taksis.

Mulan dan Taksis melambaikan tangan meninggalkan pria pemilik bar tersebut. Keduanya segera menuju rumah sakit tempat Bu Sarah dirawat. Mereka juga sudah ditunggu oleh Neymar di lobi rumah sakit untuk mengambil kembali iPhone miliknya.

"Ini ponselnya, Koh."

Taksis menyodorkan benda berlogo buah apel yang tidak lagi utuh itu juga paper bag berisi jaket kepada pria di hadapannya.

"Terima kasih," jawab Neymar menerima iPhone dan paper bag dari Taksis. "Apa kamu sakit setelah mabuk semalam? Kenapa di sini?" tanya Neymar.

"Bukan, bukan aku yang sakit. Tapi, seseorang yang penting bagiku yang sakit," jawab Taksis.

"Oooh! Oke, permisi!" pungkas Neymar yang tidak ingin berlama-lama. Ia hari ini harus kembali ke Batam dan sekitarnya telah mengatur jadwal keberangkata untuk dirinya.

"Eeee! Tunggu!" cegah Taksis.

"Ya?" Neymar mengurungkan langkah kakinya.

"Maaf, Koh," ucap gadis itu malu-malu.

"Neymar," ralat pria itu tidak nyaman dipanggil Koko karena merasa panggilan seperti itu membuatnya terlihat tua.

"Baiklah, Neymar. Begini, apa boleh aku meminta bantuan kamu?" tanya Taksis terpaksa memberanikan diri.

"Bantuan?"

"Jangan khawatir, ini bukan soal uang," jawab gadis itu memberikan sedikit klu.

"Oke, apa yang kamu butuhkan?" Neymar bertanya lagi.

"Hu'um. Maaf, sebelumnya. Bisakah kamu ... berpura-pura jadi suami-ku?" Akhirnya, pertanyaan itu terlontar juga dan seketika membuat perasaannya menjadi gadis paling tidak tahu diri sekarang.

"Apa kamu masih mabuk?"

Neymar tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Permintaan tidak masuk akal apa yang dikatakan wanita di hadapannya? Hanya orang mabuk atau tidak waras yang meminta orang asing untuk menjadi suami bohongan.

"Aku nggak mabuk sekarang. Orang yang dirawat di sini adalah guru yang sudah seperti ibuku sendiri. Dia tahu aku punya anak perempuan, anak yang tempo hari kamu selamatkan juga, lalu dia ingin bertemu dengan suamiku," ujar Taksis menjelaskan agar permintaannya terdengar sedikit masuk akal.

"Panggil suamimu kalau begitu. Kenapa harus aku?" bantah Neymar masih tidak bisa mengira kalau gadis itu benar waras atau sudah hilang waras.

"Dia mana peduli samaku? Aku Cuma ... Cuma ... Cuma selirnya," jawab Taksis asal.

Taksis bingung harus berkata apa tentang hubungan dirinya dengan ayah dari gadis kecil yang selalu bersamanya. Ia bisa saja mengakui yang sebenarnya kalau ia hanya seorang Nanny (pengasuh bayi). Akan tetapi, itu sama saja membongkar rahasia sahabatnya yang punya anak di luar nikah.

"Apa?!" Neymar terkejut.

"I-iya. Dia udah punya tunangan, dia nggak peduli lagi padaku dan aku harus membesarkan Yuka seorang diri," lanjut Taksis bersandiwara membuat drama dengan sedikit air mata palsu.

Mencoba mencerna setiap kata menjadi kalimat yang keluar dari mulut ibu satu anak itu. Neymar memindai penampilan Taksis dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tampak seperti wanita baik-baik dengan pakaian yang sopan. Bahkan, kemarin dan biasanya acak-acakan. Meskipun hari ini terlihat berbeda lebih terurus.

"Aku nggak mau guruku berpikir bahwa aku adalah ibu tunggal," lanjut Taksis yang kini mengusap sudut matanya untuk menghapus air matanya.

"Kamu? Kamu wanita simpanan?! Ah, bukan. Maksudku, kamu belum menikah?" tanya Neymar.

"Iya, begitulah. Aku tahu aku nggak cantik apalagi seksi untuk jadi wanita simpanan. Tapi, aku ...." Taksis menggantung ucapannya. Ia sendiri bingung bagaimana mengatakannya karena memang tidak ada yang menarik dari dirinya apa lagi fisiknya. Sama sekali bukan spek pelakor.

Menarik lengan kemeja Neymar dengan tatapan memohon, Taksis benar-benar mengharapkan belas kasihan pria itu agar bersedia membantu dirinya.

"Tolonglah, ini mungkin terdengar nggak biasa. Tapi aku benar-benar nggak punya pilihan lain. Aku Cuma nggak mau guruku mengkhawatirkan aku di sisa umurnya kini," rayu Taksis sekali lagi.

"Tapi, tetap saja -" ucap Neymar terpotong.

"Tolonglah! Kamu kenal dengan Yuka, kan? Kamu sendiri yang bilang beberapa kali bertemu dengan Yuka. Guruku pasti akan percaya padamu. Tolonglah, lakukan ini demi Yuka setelah itu aku akan berterima kasih seumur hidup padamu," mohon Taksis penuh harap.

Neymar lantas teringat peristiwa tempo hari. Saat ia menyelamatkan Yuka, ia tidak bermaksud menguping pembicaraan Taksis dengan seseorang di telepon.

'Kamu adalah ayahnya! Guruku sangat berarti bagiku. Aku harus mengunjunginya.'

Setelah negoisasi tidak masuk akal dan sandiwara ala kadarnya. Keduanya masuk ke ruang rawat inap di mana Bu Sarah berada. Di tempat tersebut juga telah menunggu Mulan dan Yuka yang sudah sampai terlebih dahulu.

"Aku tidak percaya kamu punya suami setampan ini. Tidak heran mengapa Yuka tumbuh secantik itu, ternyata gadis kecilmu mirip dengan ayahnya. Nak, kamu pria yang sangat tampan. Terima kasih sudah menjaga Taksis," ujar Bu Sarah dengan suara lirih, lemah, tetapi masih jelas terdengar.

"Benar, Bu. Mereka berdua benar-benar Ayah dan anak yang sangat mirip," dukung Mulan yang duduk di bangku sisi tempat tidur Bu Sarah berbaring.

"Bu, kamu nggak usah khawatir lagi. Dia merawat kami dengan sangat baik. Ibu bisa lihat sendiri bukan? Aku mana mungkin melakukan kesalahan seperti yang telah dilakukan oleh ibuku dulu. Benar 'kan sayang?" Taksis merangkul erat lengan Neymar sembari tersenyum ke arah pria itu.

"Benar sekali. Sayang?!" Neymar tampak kaku dan canggung memainkan perannya.

Taksis menyatukan gigi atas dan bawah memberikan isyarat melalui sorot mata pada suami palsunya itu.

"Oh, iya. Benar, Sayang," ralat Neymar kali ini dengan nada yang lebih sedikit terdengar natural.

"Sayang sekali, Taksis. Seharusnya orang tuamu juga melihat ini," sesal Bu Sarah mengubah suasana menjadi terasa menyedihkan.

"Nggak, jangan ngomong gitu, Bu," sergah Taksis yang tidak ingin mengingat lagi soal orang tuanya.

"Nak, kamu tahu bagaimana istrimu? Dia harus bekerja keras sejak kecil, tetapi tidak pernah mengeluh. Sekarang dia telah menemukan dirimu sebagai suami yang baik, aku juga sangat bahagia untuknya. Tolong jaga dia," pesan Bu Sarah kepada Neymar, suami palsu putri asuhnya.

"Baik, Bu. Akan aku lakukan," jawab Neymar tiba-tiba terdengar begitu ikhlas.

"Sudah, Bu. Jangan risau lagi. Dia suami yang baik dan sangat mencintaiku," sela Taksis, lalu memeluk Neymar.

Neymar yang kaku juga kaget tiba-tiba dipeluk sama sekali tidak merespon. Kedua tangannya masih tegang di sisi kanan dan kiri tubuhnya seperti sedang foto KTP.

"Peluk aku," bisik Taksis memerintah Neymar agar sandiwara mereka natural.

Pria itu terkesiap. Segera dipeluk tubuh kurus itu sehingga keduanya begitu erat berpelukan disaksikan oleh Mulan dan Bu Sarah. Sementara Yuka sedang asyik melihat keluar dari kaca jendela ruangan itu.

"Saya sangat mencintainya, Bu. Jangan risau, ya!" ujar Neymar meyakinkan wanita tua yang sedang sakit parah itu.

Setelah membuat Bu Sarah lega dan yakin. Taksis dan Neymar berpamitan akan kembali ke Batam sore ini. Keduanya pun mendapatkan wejangan tentang hidup berumah tangga dan didoakan hubungan mereka langgeng sampai maut memisahkan.

Taksis dan Neymar berpegangan tangan dengan jemari yang saling bertautan mendengar ceramah suami istri hidup bahagia sepanjang masa sampai telapak tangan keduanya berkeringat. Usai sudah ceramah Bu Sarah, keduanya juga Mulan dan Yuka pun meninggalkan ruangan tersebut.

"Kamu ingin pulang hari ini, Taksis?" tanya Mulan saat mereka sedang berjalan di lobi rumah sakit.

"Iya. Mulan, tolong jaga Bu Sarah. Beri tahu aku jika terjadi sesuatu padanya," pinta Taksis pada sahabatnya.

"Tenang saja. Aku akan menjaga Bu Sarah. Aku juga udah beri tahu kakakku kalau kamu akan datang ambil barang-barang kamu ke rumah," jawab Mulan.

"Terima kasih, ya!"

"Iya, sama-sama. Aku harus pergi kerja. Permisi, Koh Neymar!" pamit Mulan undur diri karena harus kembali bekerja.

"Iya, silahkan!"

Sepeninggal Mulan. Kini, Neymar seolah menagih penjelasan atau mungkin menunggu permintaan maaf dari Taksis. Pria itu merasa sangat berdosa setelah memenuhi permintaan Taksis dengan berpura-pura sebagai suaminya. Terlebih lagi, di akhir akting, Neymar harus berjanji untuk menjadi suami setia selamanya sampai maut memisahkan.

"Jangan menatapku seperti itu! Aku benar-benar minta maaf telah melibatkan kamu dalam kebohongan ini. Dan terima kasih banyak telah membantuku," ungkap Taksis. Sebenarnya ia merasakan hal yang sama dengan Neymar. Merasa sangat bersalah karena berbohong kepada wanita tua tadi.

"Baiklah, nggak masalah. Jadikan hidup kamu lebih baik kalau gitu. Jangan biarkan siapa pun mengambil keuntungan dari kamu lagi," balas Neymar. Ia tidak jadi menyalahkan Taksis karena sadar keduanya sama-sama merasa bersalah dan menyesali sandiwara barusan.

"Terima kasih sudah mau diganggu oleh wanita sepertiku," lanjut wanita berbalut dress warna salmon itu.

"Selama kamu tinggal jauh dengan keluargaku nggak masalah," jawab Neymar tidak ingin kejadian ini terdengar dan diketahui oleh keluarganya.

"Aku mengerti. Aku nggak akan merusak keluarga siapa-siapa. Kisahku terlalu rumit untuk dijelaskan. Nggak ada yang mau jadi ibu tunggal seperti diriku, kan?"

Taksis tanpa sadar menitikkan air mata. Bagaimana mengatakan pada setiap orang yang ia temui kalau dirinya bukan seperti yang terlihat. Ia kehilangan masa muda bukan karena hamil di luar nikah. Akan tetapi, di sisi lain aib sahabatnya harus ia jaga dan tutup rapat seumur hidupnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel