Kesepakatan
Di Mansion
Kini Deymond tengah menyidak Zhea di ruang tengah.
Keduanya saling duduk berhadapan di sofa dengan meja sebagai penengahnya.
Sudah hampir 2 menit mereka saling bungkam.
Oh ya, untuk Calvin dia diturunkan di tengah jalan oleh Deymond tadi.
Karena terakhir kali Calvin tersedak hingga kentut di dalam mobil setelah mendengar ucapan terakhir Zhea tentang seseorang yang ingin menggantikannya menjadi ibu susu baby Karel.
"Kamu akan diam saja?"
Zhea mengangkat kepalanya, menatap malas Deymond.
"Apalagi, bukankah tadi sudah jelas? Ada seseorang yang ingin menggantikanku menjadi ibu susu putramu."
Deymond langsung berdiri menghampiri Zhea, duduk di samping kanannya.
Zhea sedikit bergeser karena posisi mereka yang begitu dekat.
"Kakak tiriku sepertinya akan tertarik jika kamu tawari menjadi ibu susu putramu, dia sangat terobsesi menjadi orang kaya."
Zhea langsung memberitahu siapa orang yang ingin menggantikannya.
Deymond tersenyum miring, tak percaya dengan apa yang Zhea bicarakan.
"Aku maunya kamu! Dan tidak ada wanita manapun yang bisa menggantikannya, termasuk kakak tirimu!"
Zhea langsung kicep, sangat susah untuk membantah ucapan Deymond.
Lalu bagaimana caranya Zhea bisa lepas dari jeratan Deymond?
Zhea tidak ingin melayaninya serta menjadi ibu susu untuk putranya.
"Cowok tadi siapa?" Zhea menoleh sekilas, memutar bola matanya dengan malas kala Deymond masih menanyakan tentang Steven.
"Dia temanku."
Zhea menjawab dengan setengah hati karena baginya Steven bukanlah hanya teman biasa, ia orang yang spesial di hatinya.
"Teman tapi deket banget."
Protes Deymond membuat Zhea menyipitkan matanya, melihat Deymond dengan geram.
Deymond yang paham maksud tatapan Zhea padanya sontak langsung membela diri, "Kamu istriku. Apa salahnya aku dekat- dekat denganmu."
Zhea membuang napas besar, tak percaya dengan sikap keras kepala Deymond.
"Aku akan meluruskan hal yang di sekolah tadi. Aku terpaksa mengiyakan karena aku sedang terdesak, sejujurnya aku tidak menerima tawaranmu, jadi tolong jangan memaksaku menjadi ibu susu putramu, aku tidak bisa menyusuinya, kamu cari wanita lain yang lebih dewasa yang bisa mengurus putramu."
Deymond dengan santai menggelengkan kepalanya.
Ia dengan gemas menarik tubuh Zhea untuk lebih dekat bukan lebih menempel dengannya.
Zhea sedikit risih, ia bahkan sulit untuk bernapas dengan normal dan teratur.
"Ada cara untuk kamu bisa menyusui baby Karel sayang. Tadi pagi aku pergi ke dokter kandungan, dia bilang jika kamu bisa melakukan induksi laktasi, jadi semacam mengonsumsi obat dan suplemen serta terapi hormon."
Deymond menjelaskan begitu detail dan sama persis seperti dokter kandungan tadi pada Zhea.
Zhea yang mendengar hal itu hanya bisa menelan ludahnya dengan susah payah.
"Kamu menanyakan hal itu pada dokter kandungan?" Deymond mengangguk dengan santai sembari mengulum bibirnya di mana tatapannya begitu lekat sekali pada wajah cantik Zhea dari samping.
Zhea memalingkan wajahnya, terlihat pipinya bersemu merah membuat Deymond menahan senyumnya.
"Kenapa kamu tidak trans gender saja, dengan begitu kamu bisa menyusui putramu sendiri."
Deymond terkekeh, mendekatkan wajahnya pada pipi Zhea.
"Kami berdua membutuhkan ASImu sayang."
Zhea langsung menatap tajam Deymond kala mendengar ucapan frontalnya.
"Kamu sudah gila."
Oloknya dengan lembut membuat Deymond semakin erat memeluk tubuh Zhea dari samping.
"Aku tidak mau, kamu bisa menawarkan hal itu pada kakakku."
Tolak Zhea dengan tegas membuat tawa Deymond terhenti.
Deymond mencoba memutar otaknya untuk bisa menjerat Zhea agar bisa tetap di sampingnya.
"Jika kamu mau menjadi ibu susu putraku, aku tidak akan memintamu untuk melayaniku, bagaimana?" Zhea diam tampak mempertimbangkan semuanya.
"Jika kamu mau menyusuinya hingga ia berusia 4 tahun, aku akan menganggap lunas semua uang yang dibawa ibu tirimu, bagaimana?" tawari Deymond dengan begitu menarik.
Zhea menoleh ke samping, ia sedikit terkejut kala melihat betapa dekatnya wajah Deymond dengannya saat ini.
Zhea sedikit memundurkan kepalanya dan sesekali menahan napas kala hembusan napas Deymond menerpa hidungnya.
"Kenapa otakmu sangat licik sekali, kamu bisa membuat semuanya menjadi kesempatan dan keberuntungan bagimu, Aku tetap tidak mau, aku akan mengganti uangmu dengan hasil kerjaku, bukan kesepakatan seperti ini."
Deymond tersenyum tipis kala mendengar hal itu, ia semakin tertantang dan dibuat penasaran dengan sikap dingin Zhea yang kekeh dengan pendiriannya.
"Apa kamu tahu, ibu tirimu menandatangani sebuah perjanjian, jika kamu kabur dariku, ibumu akan masuk penjara dengan denda yang harus ia bayar. Belum lagi kamu akan dituntut olehku atas kerugian yang ada," Zhea memicingkan matanya kala ia tak bisa lepas dari jeratan Deymond.
Zhea hanya diam dan terlihat sangat pasrah saat ini membuat Deymond yang membohongi Zhea atas penandatanganan palsu itu merasa bersalah dengannya.
"Kamu tinggal pilih saja sayang, semua keputusan ada padamu."
Zhea memalingkan wajahnya menatap arah lain.
Deymond yang tahu apa pilihan Zhea sontak mendekatkan wajahnya pada Zhea dengan tangan yang meraba rok pendek Zhea.
"Kita bisa pergi sekarang untuk membeli obat dan suplemen serta melakukan terapi hormon sayang," bisik Deymond sembari menyelusupkan tangannya pada rok pendek Zhea meraba paha mulusnya.
Zhea menelan salivanya kala hembusan napas Deymond menerpa telinganya.
Ia menghempaskan tangan Deymond dari pahanya namun tanpa sengaja tangan kekar itu menyentuh luka pada lututnya.
"Awww."
Zhea meringis kesakitan kala lututnya terkena tangan Deymond.
"Kenapa, apa kamu terluka?" tanya Deymond yang langsung memeriksa mengangkat kaki Zhea ke atas kakinya.
Deymond diam, tatapannya begitu tajam kala melihat luka pada lutut Zhea.
"Tadi enggak sengaja jatuh," bohong Zhea sembari menurunkan kakinya dari atas kaki Deymond.
Deymond menatap datar dan dingin Zhea, "Jatuh atau kakak tirimu yang melakukannya?" Zhea langsung menaikkan sebelah alisnya.
"Apa hubungannya dengan dia, aku jatuh sendiri," jawabnya dengan kekeh membuat Deymond langsung bangkit dari sofa.
"Baik, aku akan menanyakannya sendiri pada kakak tirimu," katanya hendak pergi membuat Zhea langsung menahan lengan kekar Deymond.
"Apa yang kamu lakukan? Kenapa menghampirinya, aku sudah bilang jika aku jatuh sendiri."
Zhea terlihat begitu takut ketika Deymond mengatakan akan menghampiri Caramel.
"Jika kamu jatuh sendiri, kenapa takut saat aku akan menghampirinya?" Zhea melepas cekalannya pada lengan Deymond dan menghela napas.
"Jangan perbesar masalah sepele ini, lagian aku juga baik- baik saja, apa yang perlu dipermasalahkan dengan luka kecil ini," Zhea mencoba berdalih agar bisa menahan Deymond untuk tidak pergi menghampiri Caramel.
"Bukan masalah kecil atau besarnya lukamu, tapi apa masalah dia sampai membuatmu terluka."
Deymond terlihat begitu menggebu- gebu saat ini.
"Mulai saat ini, siapapun yang menyentuhmu, apalagi membuatmu terluka, aku tidak akan segan untuk menghabisinya!" Zhea menelan air liurnya dengan berat kala mendengar hal itu.
"Tetaplah di mansion, aku akan menghampirinya."
Deymond masih kekeh ingin menemui Caramel atas luka yang ia perbuat pada Zhea.
"Tunggu- tunggu."
Zhea mencekal lengan Deymond, berusaha menahannya untuk tidak pergi.
"Tolong jangan pergi, aku baik- baik saja dengan ini," Deymond meneliti setiap inci wajah Zhea.
Terlintas ide jahil di otaknya untuk memanfaatkan kesempatan emas ini.
"Baik aku tidak akan pergi, tapi dengan syarat," Deymond menjeda ucapannya membuat Zhea berdecak kala mendengar hal itu.
Deymond menunjuk pipinya membuat Zhea melotot tak percaya.
"Apa kamu sudah gila?"
"Tidak apa jika kamu tidak mau, aku bisa pergi sekarang untuk menghampiri kakak tirimu!"
Zhea berdecak, mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang tengah membuat Deymond dengan kuat menahan senyumnya.
Zhea sedikit berjinjit untuk bisa menggapai pipi Deymond.
Belum sempat bibir Zhea mendarat di pipi Deymond, dengan cepat Deymond merengkuh pinggang Zhea dan melumat bibirnya.
Zhea berusaha mendorong dada bidang Deymond namun ia malah menekan pinggang Zhea melumat brutal bibir bawahnya.
Zhea hanya bisa diam tanpa tahu harus bereaksi apa.
Namun jangan salah, Deymond dengan segala otak mesumnya, bisa membuat Zhea ahli dalam sekali kejap dengan ajarannya.
Ia menggigit bibir tipis itu agar terbuka dan benar saja, saat bibir Zhea terbuka, Deymond langsung mengulumnya begitu dalam dengan sedikit agresif dan ugal- ugalan.
Dari luar, ada dua pengawal yang hendak masuk untuk meletakkan barang pesanan Deymond.
Pengawal kurus masuk lebih dulu dan melihat adegan kiss scene tuannya, "Oh tidak, di sini sangat terang sekali, di mana saklarnya, aku akan membantu mematikan lampunya," gumamnya yang langsung balik kanan dan kembali keluar.
"Kenapa keluar lagi, kau belum menaruh barangnya?" tanya teman satunya kala melihat pengawal kurus ini kembali keluar dengan barang bawaannya.
"Kita masukkan nanti saja, di dalam sangat gelap," jawabnya dengan ambigu.