Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Cemburu

Bel pulang sudah berbunyi membuat semua siswa dengan cepat mengemas buku- bukunya meski guru belum mengakhiri pelajaran.

Pak Jemy yang melihat mereka sudah memasukkan semua bukunya, hanya bisa menghela napas berat.

Dia terpaksa mengakhiri pelajarannya membuat beberapa dari mereka langsung keluar dari kelas begitu saja tanpa menunggu dirinya keluar.

Setelah mengakhiri pelajarannya, pak Jemy melenggang pergi membuat Zhea langsung bangkit dari kursinya.

Ada rasa perih dan sakit pada lututnya saat ini.

Dengan pelan ia berdiri, berpegangan kuat pada ujung mejanya.

Zhea mengangkat kepalanya kala seseorang berdiri di samping mejanya.

Caramel.

"Udah lumpuh? Cuma gitu aja drama banget."

Caramel mengejek Zhea yang terlihat kesakitan saat ini karena ulahnya tadi.

Zhea hanya diam tidak menggubris, menyampirkan tasnya di pundak hendak pergi dari kelas.

"Mau kemana? Buru- buru banget."

Zhea menghela napas jengah, menatap dingin Caramel.

"Tundukkan kepalamu. Lo enggak berhak natap gue kayak gitu," cerca Caramel dengan geram kala semakin lama Zhea semakin berani dengannya.

"Apa kamu tidak lelah selalu menggangguku? Sebenarnya apa maumu? Bukankah kamu sudah mengambil semua milikku?" belum selesai Zhea berbicara, tamparan keras mendarat di pipi kanan Zhea.

Kedua teman Caramel, Loly dan Caca terlihat begitu terperangah kala Caramel dengan gamblangnya menampar Zhea.

"Mel udah, nanti kalau guru lihat gimana?" lerai Caca yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Caramel.

"Lo pergi aja, gue bisa atasi ini sendiri!" titah Caramel dengan sengit.

Loly berdecak sembari menatap sinis Caca, "Udahlah diem aja, enggak usah ikut urusan Caramel. Dia bisa atasi ini sendiri."

"Sekarang kasih tahu, di mana germo itu?" Zhea mengernyitkan keningnya heran dengan pertanyaan Caramel barusan.

"Kamu ingin jual diri?" skak Zhea tanpa takut membuat Caramel mengepalkan tangannya dengan kuat.

Caramel melayangkan tangannya, namun tertahan di udara.

"Steven."

Caramel diam membeku kala Steven menahan tangannya di udara.

"Berapa kali gue peringati lo, jangan sentuh Zhea!"

Steven menghempaskan tangan Caramel kasar meraih tangan Zhea dan menariknya pergi dari sana.

Zhea yang melihat Steven membawanya pergi dari sana, sontak menyempatkan diri untuk mengejek Caramel.

Dengan sengaja ia menjulurkan lidahnya pada Caramel.

Caramel mengepalkan tangannya kuat.

"Awas aja lo!"

"Makin hari Steven makin lengket aja sama Zhea," guman Loly yang melihat bagaimana kedekatan Steven dan Zhea.

Caramel langsung melenggang pergi begitu saja dari sana tanpa mengatakan apapun.

"Caramel enggak capek apa ganggu Zhea terus? Perasaan tiap hari Zhea enggak lakuin apapun sama Caramel," tanya Caca yang heran kala Caramel terus mengganggu Zhea.

"Udah Ca, kalau lo mau aman dari Caramel, turuti aja dia, jangan sampai lo kena masalah."

Loly berusaa memperingati Caca agar tidak ikut campur dengan urusan Caramel.

Loly lalu keluar kelas begitu saja diikuti Caca di belakangnya.

Sedangkan di depan sekolah, ada Deymond yang bersandar di mobilnya dengan kedua tangan yang ia lipat di depan dada.

Dan jangan lupakan Calvin di sampingnya.

"Dari sekian banyak tempat tongkrongan, kenapa kau memilih untuk mangkal di depan sekolah? Apa kau tahu seberapa banyak tugasku yang belum selesai?" Deymond menggelengkan kepalanya.

"Aku tak peduli."

Calvin mengetatkan rahanhnya sembari mengepalkan tangannya menahan diri untuk tidak menerkam Deymond.

"Lebih baik aku turun di tengah jalan tadi," gumam Calvin yang tiada hentinya saat tadi di mana hal itu membuat telinga Deymond hampir mengeluarkan cairan hanya karena mendengar omelan Calvin.

"Bukankah kau penasaran siapa istriku?" Calvin menatap tak percaya Deymond.

"Persetan dengan istri gaibmu, aku lebih peduli dengan pekerjaanku."

Deymond hanya tersenyum tipis, kembali melihat ke dalam sekolah untuk menemukan Zhea.

Hingga tatapan Deymond menangkap seseorang yang sejak tadi ia tunggu.

Tatapan Deymond semakin menyipit tajam, rahangnya begitu ketat dan tangannya seolah siap untuk memukuli cowok yang tengah menggandeng Zhea saat ini.

Zhea yang terlihat begitu senang dan tertawa begitu lebar berjalan bersama dengan Steven tak sengaja tatapannya bertemu dengan Deymond.

"Mampus, kenapa dia ada di sini?" gumam Zhea yang langsung berhenti di tempatnya.

"Kenapa? Katanya mau ke toko buku, ayo kuantar."

Zhea langsung membalikkan tubuh Steven.

"Steven, bagaimana jika kita pergi hari minggu saja? Aku lupa jika ada urusan mendadak hari ini."

Bohongnya pada Steven demi keselamatan Steven sendiri dari Deymond.

"Mendadak banget?" Zhea mengangguk membuat Steven hanya bisa menghela napas.

"Baiklah, aku akan menunggumu di tempat biasa."

Zhea bernapas lega kala Steven tidak memberondongi dirinya dengan segala pertanyaan dan percaya begitu saja.

"Kalau gitu aku pulang dulu."

Pamit Steven sembari mengusap puncak kepala Zhea dan pergi menuju ke parkiran.

Zhea hanya mengangguk dan menahan bibirnya kala Steven mengusap puncak kepalanya.

Dengan cepat Zhea menghampiri Deymond sebelum Steven keluar dari parkiran.

"Ayolah pulang sekarang, kepalaku hampir meletus karena panas...," ucapan Calvin berhenti kala melihat siswi SMA menghampiri Deymond.

"Kenapa kamu ada di sini? Bagaimana jika ada yang lihat?" marah Zhea tanpa meninggikan nada suaranya sembari melihat kanan kiri.

Calvin yang kali pertamanya bertemu dengan Zhea dibuat tertegun dan terpesona akan kecantikannya.

"Memangnya kenapa jika ada yang lihat? Bukankah mereka tahu jika kamu istriku?" Calvin memelototkan kedua matanya kala mendengar hal itu.

Zhea melemparkan tatapan tajamnya kala Deymond dengan sesuka hatinya mengklaim dirinya.

Deymond mendorong Calvin ke samping, membukakan pintu mobil untuk Zhea.

"Cepat masuk!"

Zhea berdecak, memicingkan matanya sekilas sebelum ia masuk ke dalam mobil dengan penuh keterpaksaan.

"Ya dia istriku!"

Deymond memberitahu Calvin sebelum ia bertanya.

"Padahal aku belum bertanya, dia sudah memberikan jawabannya."

Calvin langsung bergegas masuk di kursi kemudi bagian belakang.

Mobil civic turbo itu meninggalkan pelataran sekolah, membelah jalanan yang panas dan melelahkan.

Calvin yang duduk di belakang, melihat Zhea dengan penuh kekaguman.

Dan hal itu tertangkap oleh Deymond sejak tadi.

"Kau bisa melihat lainnya selain dia!"

Calvin berdecak, memalingkan wajahnya keluar jendela.

"Siapa cowok tadi?" introgasi dimulai.

Zhea masih diam, asyik dengan pikirannya.

Deymond menoleh ke samping melihat Zhea yang hanya diam saja.

"Bibirmu masih ada bukan? Jawablah sebelum aku membuat bibirmu bengkak!" kecam Deymond pada Zhea secara frontal.

Uhuk uhuk

Calvin yang mendengar ancaman frontal Deymond barusan, tak sengaja tersedak air liurnya sendiri.

"Kenapa tenggorokanku kering sekali, apa ada air di sini?" gumam Calvin yang sedikit canggung sembari mencari air minum.

Tak ada dari mereka berdua yang menoleh ke belakang.

"Ternyata tidak ada," gumam Calvin kala suasana mendadak hening dan canggung.

Calvin memilih untuk berpura- pura tidur dan mengabaikan keberadaan mereka berdua yang sepertinya sedang ada masalah.

Zhea menghirup dalam napasnya sebelum ia mengatakan sesuatu.

"Seseorang ingin menggantikanku menjadi ibu susu putramu!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel