Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Heboh

Deymond memasuki ruangan khusus miliknya.

Ya dia meminta pengawal untuk mengantar Zhea ke ruangannya.

Terlihat Zhea tampak duduk di sofa, menunduk dalam dengan bahu yang naik turun.

Deymond berdeham membuat Zhea mengangkat kepalanya.

"Itu ibu tirimu?"

Deymond melepas jam tangan serta dasinya.

Melihat hal itu membuat Zhea teringat akan ucapan ibunya tadi siang yang mengatakan ia dijual pada seorang germo.

Apa aku akan diminta untuk melayani pria- pria hidung belang? Apa yang harus kulakukan sekarang? Jika aku bersujud di kakinya, apa dia akan melepaskanku? Batin Zhea dalam hati.

Zhea beranjak dari sofa, mendekati Deymond.

"Tuan."

Deymond berbalik, melihat Zhea berdiri tak jauh darinya.

"S-saya tidak ingin melayani mereka. S-saya masih bersekolah."

Deymond menahan senyumnya, memperhatikan wajah cantik Zhea uang yang terus menundukkan kepalanya tanpa berani menatap matanya.

"Lalu?"

Zhea mengangkat kepalanya, meremas kuat dress biru dongkernya.

"Bisa tolong lepaskan saya? Saya akan mengganti semua uang tuan."

Deymond tersenyum tipis, melepas kancing kemejanya paling atas.

Kakinya melangkah mendekati Zhea, "Mengganti uangku? 1 juta dollar, kamu sanggup mengembalikannya dalam semalam?" Zhea dibuat terbelalak dengan nominal yang Deymond sebutkan.

"1 juta dollar?" pekiknya tak percaya.

Deymond terus mendekati Zhea.

"Bukankah itu harga yang sangat kecil untuk kamu yang sempurna ini? Jika aku jadi ibu tirimu," Deymond menjeda ucapannya, "Aku akan meminta lebih dari itu."

Plak

Deymond membuka mulutnya tak percaya kala mendapatkan tamparan dari Zhea.

Zhea sedikit terkejut juga takut.

Namun mendengar ucapan Deymond tadi membuat dirinya tak bisa lagi menahan diri.

Deymond mengusap sekilas pipinya, tersenyum ramah.

"Selama menjadi germo, tidak pernah sekalipun ada wanita yang menyentuhku," Deymond menjeda ucapannya, menatap lekat Zhea, "Tapi kamu langsung memberikan tamparan yang begitu keras."

Deymond tersenyum miring, "Menarik. Kamu adalah tipe idealku."

Zhea menatap tajam Deymond kala dirinya diklaim sebagai tipe idealnya.

"Aku akan mengembalikan uangmu. Jadi lepaskan aku! Aku tidak ingin melayani para pria tua itu."

Zhea tampak berani saat ini membuat Deymond semakin tertarik.

"Siapa yang akan memintamu untuk melayani para pria bangka itu sayang. Kamu hanya akan melayaniku!"

Zhea sedikit membuka matanya kala mendengar hal itu.

"Tidak. Aku tidak mau."

Zhea menolak dengan terus terang membuat Deymond semakin dibuat gila olehnya.

Deymond hanya tersenyum miring, lalu detik kemudian memanggul tubuh Zhea.

"Lepaskan brengsek!"

Zhea terus meronta dan mengumpati Deymond tanpa henti kala dirinya dipanggul layaknya karung beras.

Deymond yang kali pertamanya mendapatkan umpatan dari wanita, kini tak bisa menahan senyumnya.

"Disaat semua wanita di sekelilingku takut untuk menyentuh atau mendekatiku. Kamu dengan berani mengumpat dan menamparku. Aku jadi semakin tertarik denganmu!"

Deymond menampar sekilas pantat Zhea dengan gemas.

"Yaaa!"

Teriak Zhea kala pantatnya ditampar.

"Aww."

Ringis Deymond kala punggungnya digigit oleh Zhea.

"Wah, gigitanmu ini... Membangkitkan gairahku, Sayang. Apa kamu sedang menggodaku?" tanya Deymond dengan sorot mata penuh nafsu, tersenyum sinis. Gigitan Zhea ternyata tak membuatnya marah atau kesal, melainkan malah terangsang.

Zhea yang mendengar hal itu merasa takjub sekaligus putus asa dalam menghadapi Deymond.

Deymond keluar dari ruangannya, berjalan dengan anggun menyusuri lorong sambil memanggul tubuh Zhea.

Wajah para pengawal penuh kekagetan dan tidak menyangka saat menyaksikan Deymond keluar dengan gaya yang mendominasi sambil menggendong Zhea dalam pelukannya.

"Tunggu. Tadi itu yang keluar tuan Deymond kan?" tanya pengawal sembari menggosok kedua matanya.

"Apa itu terlihat seperti gajah yang sedang membawa anaknya?" tanya balik temannya dengan geram di mana ia sendiri juga terkejut saat melihat Deymond memanggul Zhea.

"Tadi itu sungguh tuan Deymond kan?" tanya pengawal satunya dengan raut wajah yang tidak percaya juga bingung.

Pengawal tinggi yang sejak tadi terus ditanyai, merasa geram dengan kedua temannya.

"Ayo kemari. Aku akan mencuci kedua mata kalian."

Pengawal tinggi itu menarik telinga kedua temannya untuk ia bawa ke kamar mandi.

Sedangkan itu Deymond keluar dari lift, semua orang sontak langsung membukakan jalan untuk Deymond lewat.

Tatapan mereka seolah terhipnotis dengan Deymond yang tengah memanggul seorang wanita.

Namun kebanyakan dari mereka, tatapan wanita lah yang paling berbahaya.

Di mana mereka menatap tajam, sinis dan penasaran dengan rupa wajah wanita yang Deymond panggul.

Sedangkan di meja sudut, Arka dan lainnya yang tengah sibuk bermain kartu, sontak menoleh kala mendengar suara teriakan histeris dari para wanita.

Matt, Arka dan Zero dengan kompak membungkam mulutnya kala melihat Deymond memanggul seorang wanita yang tidak mereka ketahui wajahnya.

"Itu Deymond?"

"Itu yang dipanggul siapa? Cewek kan?"

"Wah Zero, kau diduakan oleh Deymond. Sainganmu sangat berat sekarang."

Sedangkan Calvin terlihat biasa, datar tanpa ada ekspresi terkejut atau heboh.

"Calvin, kau lihat tadi, itu beneran Deymond kan?"

Arka memastikan jika yang ia lihat barusan adalah Deymond.

Calvin menaikkan sebelah alisnya, "Apa dia terlihat seperti unta?" tanya balik Calvin membuat Arka berdesis.

"Kenapa kau begitu dingin sekali. Kau bahkan tidak tahu caranya bercanda."

Sedangkan itu Deymond melenggang pergi menuju basement parkiran, membawa Zhea ke mansionnya.

•••

Di Mansion

Mereka baru saja tiba di Mansion.

"Kenapa kita kemari?"

Zhea terlihat takut juga takjub di waktu bersamaan kala diajak ke Mansion yang terlihat begitu megah nan mewah dari luar.

Deymond hanya menampilkan senyum tipis penuh arti.

Ia enggan menjawab pertanyaan Zhea dan turun dari mobilnya.

Deymond langsung mengangkat Zhea keluar dari mobilnya membawanya masuk ke dalam.

Para pengawal yang sedang berkeliling di sekitar halaman, sontak dibuat terkejut dengan apa yang Deymond bawa ke Mansion.

"Tunggu, itu sungguh tuan Deymond?" tanya pengawal gempal yang langsung menjatuhkan tongkat hitamnya.

"Sepertinya tuan Deymond salah membawa orang masuk. Aku akan menghentikannya."

Pengawal kurus itu hendak mengejar Deymond yang masuk ke dalam Mansion dengan Zhea di panggulannya.

"Eee kau mau kemana? Lanjutkan kelilingmu sebelum anggota badanmu berkurang."

Pengawal itu langsung menarik tangan temannya untuk kembali berkeliling tanpa mengganggu aktivitas tuannya.

Mereka tahu prinsip Deymond, di mana ia tak pernah sekalipun membiarkan wanita luar masuk ke dalam Mansion.

Tapi jika Deymond sendiri yang membawanya, mereka paham.

Berarti wanita itu adalah aset tuannya.

Deymond langsung membawa Zhea ke lantai paling atas.

Tepatnya ke dalam kamarnya.

Deymond mendudukkan Zhea di tepi ranjang.

"Tolong jangan lakukan apapun padaku? Aku akan mengembalikan semua uangmu. Aku rela bersujud di kakimu untuk meminta maaf atas sikap kurang ajarku tadi. Tapi tolong, jangan lakukan hal itu."

Deymond hanya diam dan berlalu ke dapur.

Entah apa yang sedang ia lakukan namun ia tidak pergi begitu lama.

Ia kembali dengan segelas susu di tangannya.

"Aku hanya ingin membawamu kemari. Di sana tempatnya para pria tua mencari mangsanya."

Deymond memberikan segelas susu itu pada Zhea.

Dengan ragu Zhea menerima segelas susu itu.

"Habiskan susunya lalu beristirahatlah!"

Deymond lalu keluar dari kamar membuat Zhea bertanya-tanya perihal hal itu.

Ia sungguh membawaku kemari hanya untuk beristirahat? Dia tidak memintaku untuk melayani para pria tua itu? Batin Zhea dalam hati, merasa janggal juga curiga dengan sikap Deymond.

Siapa yang tahu sikap picik Deymond.

Faktanya ia sedang duduk di ruang tamu sembari menikmati sebatang rokoknya.

Asap mengepul tinggi membubung, mencerminkan kebahagiaan dan ketenangan yang dirasakan di dalam hati. "Kurasa obat perangsang itu cukup untuk membuatnya terangsang hingga besok pagi."

Deymond tersenyum licik, sembari mengenang tindakannya tadi yang dengan cerdik memasukkan beberapa butir obat perangsang.

Ketika emosi memuncak dan adrenalin meluap, Deymond merasa seperti malaikat jahat yang telah berhasil menjalankan aksi onarnya.

Detik demi detik berlalu seiring senyum mengerikan yang menghiasi wajah Deymond, ia terus menikmati dampak perbuatannya itu.

Sedangkan bagi yang menjadi korban, obat perangsang yang sengaja diberikan oleh Deymond memicu gelombang gairah yang sulit dikendalikan.

Ironisnya, ini justru membuat Deymond semakin tergoda untuk terus menyaksikan hasil 'karya' kejam yang baru saja ia ciptakan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel