Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 Dekat

Bab 10 Dekat

Suara merdu cicitan burung terdengar menyapa semua orang di hari minggu pagi yang cerah ini.

Sudah hampir jam sepuluh pagi, Sisca baru saja selesai membersihkan diri.

Sejak beberapa menit lalu, dia sibuk mengeringkan rambutnya dengan bantuan hair dryer.

Suara dengungan dari mesin pengering rambut itu terdengar menggema di seluruh penjuru ruangan kamar Sisca.

Tubuhnya masih terbalut oleh bathrobe putih selutut, dia belum berganti pakaian sebab masih sibuk mengurus rambut panjangnya itu.

Beberapa kali, Sisca terdengar mendecak sebal karena rambutnya tak kunjung kering padahal dia harus pergi dengan Brody satu jam lagi.

Salah sendiri, siapa suruh bangun terlambat?

Ya, Semalam Sisca sibuk menonton drama China sampai lupa waktu, alhasil, dia baru tidur setelah pukul dua dini hari.

Luar biasa.

Disaat semua orang menggandrungi drama Korea, Sisca lebih memilih menikmati drama China.

Menurutnya, drama China lebih menarik ketimbang drama Korea.

Mohon jangan hakimi dia, ini kan soal pendapat secara pribadi.

Mamanya Sisca juga kebetulan memiliki darah China, jadi jangan heran dia bisa menonton drama China tanpa bantuan subtitle.

Sepuluh menit berlalu, rambut Sisca akhirnya kering sesuai keinginannya.

Dia kemudian dengan cepat menyambar blouse berwarna peach dan sebuah celana jeans berwarna biru muda dari lemarinya.

"Wah, cocok juga." Sisca berdecak kagum setelah memadu padankan kedua pakaian yang di pilihnya.

Sisca lantas buru-buru mengganti pakaiannya dengan setelan baju yang di pilihnya beberapa saat lalu.

Sisca sudah tidak sabar bertemu dengan Brody hari ini, ya, semoga lelaki itu juga merasakan hal yang sama.

***

"Ketemuannya jadi 'kan?" Sisca bertanya sambil memandang ponselnya harap-harap cemas, memastikan apakah janji bertemunya dengan Brody hari ini batal atau tidak.

"Jadi, aku sebentar lagi berangkat ke rumahmu. Kau punya tujuan tidak ingin pergi ke mana?"

Sisca tersenyum malu-malu, memandangi deretan nomor serta foto profil sosok tampan yang tertera di layar ponselnya.

"Belum," jawab Sisca,

"Aku akan ikut kemana pun tempat yang ingin kau kunjungi hari ini, asalkan kita pulang sebelum jam delapan malam."

"Ya sudah, aku berangkat ke rumahmu ya. Pokoknya hari ini aku akan membuatmu senang."

"Terima kasih, hati-hati di jalan ya, Brody."

"Baiklah, sampai ketemu nanti."

Senyum Sisca merekah lebar.

Kupu-kupu terasa beterbangan dalam perutnya, ya, gadis itu merasa senang bisa bertemu Brody hari ini.

Mari tebak seperti apa agaknya hubungan sepasang muda-muda ini beberapa minggu ke depan.

Sisca melenggang menuju meja rias, mencari-cari peralatan make-up yang sekiranya dapat membantunya tampil lebih segar untuk pergi keluar hari ini.

Pandangan bingung nampak jelas tergambar di netra karamel milik Sisca tatkala matanya menemukan berbagai peralatan kosmetik miliknya yang masih sangat minim.

Hanya ada bedak tabur, pelembab bibir dengan warna ringan serta parfum.

Baiklah, dari pada tidak sama sekali, lebih baik dia memakai apa yang ada dulu.

Sepertinya Sisca akan mulai mempertimbangkan untuk membeli alat serta produk kosmetik sedikit demi sedikit nanti.

Sisca membuka lebar telapak tangannya, menumpahkan sedikit bedak tabur ke atas telapak tangannya.

Dia lantas meratakannya gundukan bedak halus itu dengan bantuan kedua telapak tangannya pada wajah hingga merata.

Setelah mendapatkan hasil akhir sesuai keinginannya, Sisca beralih pada pelembab bibir beraroma cherry miliknya, mengaplikasikannya dengan menggunakan jari telunjuknya.

Tak lupa, Sisca menyemprotkan parfum pada beberapa bagian tubuhnya, membuat aroma yang menguar dari tubuhnya menjadi lebih segar.

Dia sudah siap.

Tugasnya sekarang menunggu Brody yang katanya sudah dalam perjalanan.

Sembari menunggu Brody, Sisca memainkan ponselnya, mengakses aplikasi komik online.

Dia memang sedang menantikan salah satu komik horror dalam platfrom tersebut.

Jika kebanyakan gadis seusianya lebih suka membaca segala sesuatu yang berbau romantis, Sisca justru sedikit berbeda.

Dia lebih suka membaca konten horror, alasannya sih sederhana : karena menurutnya seru.

Tak hanya suka membaca konten horror, ia juga suka menonton film-film horror.

Sisca bahkan memiliki satu lemari khusus di kamarnya untuk menyimpan berbagai koleksi barang-barang berbau horror miliknya.

"Permisi, Non." Mendengar suara nyaring Mbak Dina, Sisca kontan terlonjak kaget. Sial. Padahal lagi seru-serunya malah bikin kaget.

Sisca mengunci layar ponselnya, menggenggamnya kemudian berjalan menuju pintu kamar,

"Bentar... kenapa, Mbak?"

Mbak Dina menggerakan ibu jarinya ke arah kanan, menunjuk ruang tamu yang terletak di lantai bawah, "Itu, ada temannya Nona, ganteng. Namanya Brody, dia udah nungguin di ruang tamu."

"Oh, ya sudah, tolong kasih tahu dia aku sebentar lagi turun, Mbak."

"Siap, Non. Saya permisi dulu."

Setelah Mbak Dina beranjak, tergopoh-gopoh Sisca mengambil flat shoes hitam polos yang bertengger manis di rak sepatu berbahan besi miliknya.

Dia harus cepat, tidak enak kalau Brody menunggu terlalu lama 'kan tidak etis.

Usai berurusan dengan sepatunya, Sisca menuruni anak tangga menuju ruang tamu dengan langkah tergesa.

Gadis itu merasa tidak enak hati telah membuat Brody harus menunggunya segala.

Beruntung, dia sudah berpakaian rapi.

"Hai, maaf ya jadi harus nunggu dulu. Kau mau minum dulu tidak?"

Setibanya di ruang tamu, Sisca langsung menyapa Brody yang tengah duduk dengan nyaman di atas sofa panjang warna hijau zambrud sambil memainkan ponselnya.

Brody memamerkan senyum,

"Oh, tak masalah. Aku sudah minum kok, mau langsung jalan? Cuaca hari ini bagus loh...."

"Mau ke mana?"

"Keliling kota Semarang. Aku bawa mobil kok, antisipasi, takutnya nanti di tengah jalan malah hujan kan motorku tidak ada boxnya," terang Brody sambil terkekeh lucu.

Ah iya, motor sport mana punya bagasi.

"Wah, ide bagus. Kalau gitu ayo jalan,"

Brody mengangguk mantap dengan senyuman yang tergurat di wajahnya.

Keduanya kemudian berjalan bersama keluar dari rumah Sisca.

***

Ucapan Brody menyangkut hujan ternyata benar-benar terjadi.

Baru satu jam keduanya menikmati indahnya pemandangan kota Semarang sambil berbagi cerita di dalam mobil, hujan deras tiba-tiba membasahi bumi Venetië van Java.

Kaca mobil Brody mulai tampak mengembun, membuat Sisca leluasa memainkannya dengan menuliskan berbagai kata yang terbesit dalam benaknya.

Sesekali, Brody melirik ke arah Sisca di balik kemudinya, memastikan bahwa gadis elok itu menikmati perjalanan.

"Kau menulis apa?"

Brody buka suara setelah menyaksikan Sisca yang terlalu asik bermain main dengan embun di atas kaca mobil.

"Harapan-harapan yang ingin kuraih dalam waktu dekat," jawab Sisca pelan.

Nampaknya, dia memikirkan sesuatu yang cukup serius.

"Boleh kutahu apa itu?"

"Aku ingin terus memiliki hubungan yang hangat dengan Papa seperti saat ini dan ingin Mama tetap bahagia di surga bersama Tuhan." Brody memandang Sisca iba. Dia sama sekali tidak tahu jika Mamanya Sisca sudah tidak ada.

"Maaf, aku benar-benar tidak tahu soal Mamamu. Maaf ya?" Brody merasa sangat menyesal sekaligus tidak enak hati kepada Sisca. Dia pikir tidak seharusnya menanyakan hal pribadi seperti tadi kepadanya.

"Tidak masalah." Sisca tersenyum samar, menggeleng pelan,

"Kau tidak salah, lagi pula Mama sudah pergi sejak lama jadi jangan terlalu dipikirkan ya?"

"Tapi, ada satu hal lagi yang sedang aku inginkan dalam waktu dekat."

"Oh ya? Apa itu?"

Sisca menatap nanar pemandangan yang teredam rintik hujan besar-besar di hadapannya,

"Seseorang yang bisa menerimaku serta mendekapku saat aku merasa terjatuh."

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel