Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 9 : PERHATIAN KECIL

Sudah satu minggu ini Arsana bekerja di 'Double A caffe' berdasarkan kesepakatan Arsana akan bekerja mulai dari jam tiga sore sampai jam delapan malam, singkat memang berhubung Arsana masih anak sekolahan dan memang ia bekerja dibagian part time , bekerja empat sampai lima hari kerja dan minimal lima sampai enam jam. dengan gaji yang lumayan ia peroleh tiap harinya.

tapi, entah kenapa setelah hari itu, disaat Abraham memberi nomor telponnya kepada Arsana sampai saat ini ia tak kunjung bertemu dengan Abraham sekedar punya waktu menyapa secara langsung, baik disekolah maupun ditempat mereka bekerja.

hanya sekedar melihat Abraham ada dicaffe ini dan kemudian pergi begitu saja dengan bang Raihan, jujur Arsana merindukan sikap dingin lelaki itu.

Arsana tak pernah menanyakan kesibukkan apa yang sedang dilakukan Abraham kepada Davina, yang ia lihat hanya Davina suka menyusul keruangan saat Abraham tiba dicaffe itu dan memasuki ruangan pribadi diatas sana.

sebenarnya didalam benak gadis itu penuh rasa penasaran dan saki hati, Abraham seakan tidak melihat kehadirannya.

"hey, ngelamunin apa sih.?" tanya Imam yang kini sudah ada disamping Arsana sambil celingak - celinguk mencari hal yang dilamunkan Arsana.

"oh ah gak kok, gak lagi ngelamun.!" Arsaan gelagapan takut ketahuan memandangin Abraham yang sedang duduk disalah satu kursi caffe bersama bang Raihan, Arsana mengerjabkan matanya dan mendelik sebal saat dikagetkan partner kerjanya satu ini, laki -laki itu berdecak kesal dan mengusap poni Arsana gemas.

" ck udah ketahuan melamun, masih aja ngelak. " laki - laki itu tertawa menampilkan gigi putihnya, manis. pria ini sudah seperti kakak bagi Arsana baik dan tulus, bahkan Imam sering berbaik hati mengantarnya pulang serta mengajaknya mengobrol.

Arsana membenarkan poninya dengan cemberut bukannya meminta maaf Imam malah menarik mulut kecil itu ketika cemberut. " jangan digituin, ntar gue khilaf." ucap Imam tak menggunakan volume kecil jadilah sedari tadi Abraham dan Raihan yang menyimak kebersamaan mereka menampilkan dua raut yang berbeda arti.

Raihan dengan muka gemasnya dan Abraham dengan muka sebalnya, hatinya kesal saat melihat interaksi Arsana dengan Imam, jadilah ia meremat kertas dihadapannya membuat Raihan berdecak kesal. " ck kalo emang udah gak tahan, mending samperin. jangan proposal gue jadi korban." sindir Raihan merebut kertas yang sudah tak berbentuk itu.

Abraham mendelik kesal dan hendak berdiri. " belum saatnya." ucap Abraham kemudian ia menghampiri dua manusia itu yang sedang bercanda, tawa Arsana adalah salah satu alasan Abraham memandang wajah itu.

"ehem."

"ahhh kesayangan, udah meetingnya ehm.?" Arsana sangat senang pasalnya Abraham tak pernah menegur sapa pada nya duluan selama ini. Ehmm sebenernya yang tadi.

tidak termasuk sapaan sih.

meraih tangan Abraham menaruh tangan itu dipipinya, sembari tersenyum manis.

"ehm" jawab Abraham tanpa melepas tangannya , sengaja ingin merasakan hangat pipi gadis itu. apakah Arsana sakit.?

"ehh Big boss." sahut Imam membuat Abraham menatapnya tajam, sedangkan Arsana terpaku mendengar ucapan itu.

"bigboss.? " ucap Arsana pelan memandang Abraham meminta jawaban.

"lo gak tau Bigboss kita siapa.? Abraham yang punya ini caffe tau." celetuk Davina yang tiba - tiba muncul dari belakang mereka.

Abraham terdiam dan melirik kearah Arsana yang tersenyum kecut.

"emang lo gak mikir apa, kenapa Abraham nerima lo.? ya karena dia kasian liat lo ngemis - ngemis minta pekerjaan, mana masih sekolah. bisa apa lo." ketus Davina pelan, walau pelan Arsana dapat merasakan aura kebencian yang dikeluarkan Davina kepadanya.

" davina-" Abraham menggeram menahan marah.

"emang aku ngelakuin apa sih sama lo, lo kok kayak benci gitu.?" Lirih Arsana yang tak digubris Davina sama sekali, gadis itu malah menyebut kesalahannya tempo hari. Badannya memang tidak sehat belakangan ini dan itu membuat ia kurang fokus dalam bekerja.

" gak papa Bram, biar dia tau. semua anak - anak ngeluhin kerjaannya yang ceroboh.!"

"gue-"

"apa.? mau bela diri lo.? kemarin baru pecahin gelas lo, kemarin lusa nguyur pelanggan pake jus jeruk trus tadi juga lo bikin anak pelanggan kepleset, demi apapun kerjaan lo tuh ga ada yang bener."

"maaf, gue kan gak sengaja. lagian tadi gue tuh lagi ngepel trus anak itu main lari - larian, salah sendiri main lari - lari dicaffe kan jatuh jadinya." penjelasan Arsana cukup masuk akal tapi yang namanya benci tetap aja sebaik apapun sikap gadis itu Davina tetap mejelek - jelekkannya.

"udah cukup.!"

" jadi kamu belain ni anak Bram.? "

" semua orang berhak memperbaiki dirinya, mungkin karena Arsana masih baru dan belum ngerti juga, lagian kenapa sih lo mencak - mencak gini.?" geram Abraham melihat sahabatnya sedari SD ini.

"yaa gue cuma kasih tau lo aja."

" sikap lo gak mencerminkan senior lo tau." Geram Abraham serasa menarik Arsana dari sana.

Arsana yang tiba - tiba diseret entah kemana hanya bisa melongoh, ternyata Abraham membawanya ke parkiran kemudian Abraham menuju tempat motornya terparkir, kemudian lelaki itu menghidupkan motornya.

Tangan kekar itu memberi helm berwarna pink kepada Arsana, gadis itu sempat tertegun . Kenapa helm nya berbeda yang dipakai Shalom waktu itu.? Apa Abraham punya banyak.?

" Abram, kerjaan aku belom selesai. "

" Gak masalah. "

"Emang mau kemana sih.? "

" nganter lo balik."

" loh, apasih ini tuh belom jam pulang iih.!" Ketus Arsana kesal tetap menerima helm pemberian Abraham.

" gue boss nya ini.!"

" sombwong!!" Sindir Arsana melotot sembari menlesetkan kata sombong.

" mau naek gak.? " Arsana kemudian bergegas menaiki motor besar Abraham dengan bantuan lelaki itu mengulurkan tangannya supaya Arsana mudah untuk menaiki motor lelaki itu.

Diperjalanan Arsana mencoba mencairkan suasana.

" emang kenapa sih kamu ngebet banget pen anter aku pulang.?" Arsana mencondongkan kepalanya kedepan dan membuat Abraham menoleh mendengar pertanyaam gadis itu, walau dengan sedikit berteriak lelaki itu masih bisa mendengar perkataan Arsana.

"Lo gak sadar badan lo panas.? " Arsana terdiam mendapat perhatian Abraham.

"Buat apa cari uang kalo lo ntar sakit dan gak bisa nikmatin. "

" cari kerja susah Abram.!"

" tapi kalo lo sakit trus mati perusahaan juga cari pegawai lain. " sarkas Abraham.

"Aku masih kuat kok, masih bisa ditahan. Lagian ini udah jadi keputusan aku buat kerja. Ya harus tanggung jawab."

" ck .. lo gak perluh susah - susah kerja sih kan ada gue."

Ehh maksudnya...? Pikiran Arsana otomatis berkelana kemana - mana saat mendengar ucapan enteng Abraham tadi, apa lelaki itu tidak sadar ucapannya bisa membuat Arsana kaku gini.

" kenapa diem.?"

"Gak papa. Arsana cuma deg degan aja."jawab Arsana jujur , ini adalah sifat yang paling disukai Abraham pada Arsana karena kepolosan gadis ini membuat ia menerbitkan senyum tipisnya dan melanjutkan perjalanan mereka.

...........

Setelah sampai pertigaan komplek Arsana Abraham menghentikan motornya dan menoleh kearah Arsana, Abraham membangunkan gadis itu yang sedari tadi tertidur.

" Hey bangun dah nyampe, dimana rumah lo.?" Tanya Abraham menggoyangkan bahunya sehingga Arsana terganggu dari sender nyamannya dibahu Abraham.

" egh... sampe sini aja deh, biar gue jalan."

" enggak - enggak lo tunjukki rumah lo.!"

" Abram..."

" Tunjukkin rumah lo.!" Mata tajam Abraham menusuk kerelung hati Arsana. Kenapa lelaki ini memaksa.? Batinnya.

"Yaudah, kita maju lagi kedepan trus stop di rumah yang ada diujung pertigaan sana. Rumah warna cream coklat itu." Tunjuk Arsana mengalah, ia sudah tak bisa mengelak lagi. Habis lah riwayatnya jika Abraham mengetahui identitasnya.

Benar batin Abraham, Arsana mengarah kerumah cream coklat diujung jalan, rumah besar bak istana itu adalah saksi bisu penderitaan gadisnya. Dan ia akan pastikan semua segera berakhir. Untuk saat ini hanya Abraham lah yang tau rencananya.

" Turun." Perintah Abraham.

Arsana turun berpegangan dengan bahu kekarnya, saat gadis itu melepas helm pink milik Abraham laki - laki itu kembali memasangkannya ke kepala Arsana, sontak saja membuat Arsana kebingungan.

" Lah ngapa dah.?"

"Dijaga, buat lo. " Abraham menarik kepala Arsana yang mengenakan helm memandang wajah imut itu intens, mata Arsana berlarian kemana - kemana yang penting tak memandang balik manik hitam didepannya.

" Tatap gue, bisa.?"

" A- aapa sih Abram, bikin keki aja."mulut itu cemberut dan mendelik kesal kearah Abraham yang masih memandangnya.

" jangan pernah lakuin ini lagi didepan cowok lain, dan... jangan mau duduk dimotor cowok lain, kecuali motor gue! " ancam Abraham dengan suara pelan menarik bibir Arsana yang muncung kedepan itu. Ia sangat geram saat gadisnya digoda Imam saat di caffe tadi .

" yee Awkh ...."

"Paham.?"

" loh kenapa.? Kan Arsana bukan siapa - siapa Abram kenapa larang - larang .!"sungut gadis itu.

" Ngeyel dibilangin.!"

" ck Abram gak jelas." Arsana kemudian beranjak dari hadapan Abraham tapi sebelum tubuhnya menghilang dari hadapan Abraham lelaki itu sudah menarik tangannya dan memandang wajah iyu lagi.

" satu lagi, manfaatin nomor telpon gue bisa.?"

" maksudnya.?"

" ck, pikir pake otak kecil lo.!" Ketus Abraham kemudian melepas tangan mungil itu dan melenggang pergi tanpa mengatakan apa - apa dari hadapan gadis itu yang menampilkan raut wajah cengoh tak mengerti maksud laki - laki itu.

"Kenapa Abram suka banget sih pake kode - kode an. Udah kayak voucer kouta" Pasrah gadis itu kemudian benar - benar memasuki mation Widjoyo.

Mereka tidak mengetahui bahwa seorang Gadis berwajah cantik sedang menatap mereka garang, dan penuh kebencian. Sudah mulai main - main sama gue tuh anak pungut.

.........

Arsana baru saja ingin menginjakkan kaki nya kearah kamar nya diujung lantai dua , entah mengapa ada sesuatu yang menimpuknya dari belakang. Sedikit merasa nyerih dan sakit Arsana meringis dan menoleh kearah belakangnya. Ck tepat sekali Shalom. Kakak sepupu nya yang menimpuk Arsana menggunakan remot AC diruangan tengah lantai dua itu. Pantas saja berdenyut.

" kenapa kak.?" Arsana yang tak tau apa - apa bertanya dengan wajah polosnya.

"Jangan sok polos dan gak tau apa - apa.!" Teriak Shalom mendekat kearah Arsana.

" aku beneran gak tau kak, ada apa.?"

" berani - beraninya ya lo makin deket sama Abraham, lo tuh seharusnya Ngaca!! Lo gak pantes bersanding sama Abraham. Lo itu cuma yatim piatu yang numpang dirumah gue.!!"

" maaf kak, tapi tadi Abraham cuma nganter Arsana gak lebih.!" Arsana meringis saat tangan mulus Shalom menjambak rambutnya kasar.

" gue terima alesan lo saat ini, tapi jangan harap untuk selanjutnya. Atau gak lo bakal tau akibatnya " Shalom melepaskan tangannya dari rambut Arsana dan bergegas turun dari lantai dua karena sempat mendengr suara mobil sang Ayah. Gadis itu takut karena jika Devan melihat Shalom menyiksa Arsana , Devan tak segan - segan memotong uang jajannya. Lain halnya Saat Devan sendirilah yang menyiksa Arsana.

Arsana hanya bisa menunduk dan memandangi helm pink pemberian Abraham untuk kakaknya tak melihat benda ini. Huu Arsana dapat bernapas lega dan dengan cepat memasuki kamarnya.

*******

Maaf ya guys aku lama update, telat sehari . Soalnya badan lagi gak sehat. Dan sekarang sempet - sempetin nulis pake handphone dan mengeluarkan ide buat nulis. Thanks yang udah baca ☺ semoga kalian suka yaaa

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel