Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 10 : MALU - MALUIN.!

" perhatian kecil bikin dag dig dug ser "

.

.

.

.

.

" Abram.? Udah pulang kamu.?" Tanya Aina kepada Anak sulungnya ini saat melihat sosok Abraham memasuki motornya digarasi.

"Iya Ma,." Sahut Abraham sekenanya.

" Enggak ke caffe nak.?"

" tadi sempet kesana bentar trus nganter temen." Abraham naik menuju tangga sampai suara Ibunya menghentikkan langkah laki - laki itu.

" kamu.... udah cari tau tentang dia.? "

" Belum Ma, masih sebagian. Dan... Abraham belum tau tentang dia yang..."

"Kamu harus sabar, jika memang ditakdirkan pasti Allah kasih jalan buat kamu sayang." Potong Aina menghadap Abraham, laki - laki kemudian berlari menghampiri Mama nya. ia akan bersikap manja sama orang - orang terdekatnya. Abraham merebahkan kepalanya dipangkuan sang Mama.

" Mama yakin semua ini akan berhasil.?"

" InshaAllah sayang, kamu jangan menyerah tetap perjuangin apa yang harus kamu perjuangin ya. Mama akan selalu berdoa untuk kalian"

Abraham mengangguk dan tersenyum kepada Mama tercintanya ini, laki - laki jakung itu mengecup pipi Mama nya dan beranjak dari pangkuan Aina.

Cup

" Makasih Ma, udah dukung Abram dari kecil " ucap Abraham kemudian Melenggang naik kelantai dua menuju ruangan pribadinya.

Dilantai dua sendiri adalah ruangan khusus Abraham, mulai dari kamar tidur, tempat gym, ruang perpus pribadi dan ruang belajar yang bisa disulap menjadi ruangan kerja bagi Abraham.

Sedangkan adikknya yang berusia tigabelas tahun ada dilantai tiga dengan berbagai ruang bermain dan tempat bersantai mereka.

Ariani Lauren Hartono merupakan adik satu- satunya yang sangat manja padanya, gadis cantik yang masih menduduki kelas 8 di SMP Bhakti Usada, Aria sering sekali ke caffe hanya sekedar melihat sang kakak untuk menu favoritenya sendiri adalah Smoothie Banana dan Afogato ice.

apapun yang Aria inginkan akan dibuatkan pegawai caffe meski melenceng dari buku menu, berhubung Double A caffe mempunyai chef yang serbah bisa maka Aria tak segan - segan meminta dengan manja menu terbaru yang hanya dimasak untuknya.

Tentu saja karena caffe tersebut milik kakaknya Aria akan memakan semua menu disana secara gratis, tapi gadis kecil itu sering kali mendapat sikap berlebihan dari beberapa pegawai wanita dicaffe itu karena berstatus Adik sang pemilik.

Dan Aria membenci itu, ia sering kali protes karena tak diperlakukan sama dengan pelanggan lain. Menurutnya kebanyakan dari mereka malah sok akrab dengannya dan terlihat sangat fake.

Sering kali Aria memasuki caffe menggunakan topi agar tak terlalu dikenal. Dan itu juga sebagai alasannya untuk bisa mematai - matai abangnya agar tak terlalu dekat dengan gadis lain selain kakak Perempuan yang selama ini ditunggu mereka.

Karena Abraham selalu menceritakan gadis itu kepada Aria, maka Aria tau mengenai si dia yang akan menjadi kakak iparnya kelak. Hmmm gadis kecil itu sudah tak sabar. paras imut nan lucu difoto itulah membuat Aria selalu menunggu sang gadis pujaan abangnya akan bisa berkumpul bersama mereka.

..........

Abraham memandang langit - langit kamarnya setelah menuntaskan mandinya ia kini lebih terlihat segar dengan rambut cepaknya Abraham lebih terlihat tampan. laki - laki itu termenung memikirkan satu nama gadis yang selalu mengisi hati nya sejak dulu, sejak ia tak mengenal apa arti namanya Cinta. lamunan laki - laki itu terpecah karean getaran ponselnya yang ia taruh didekat nakas nya saat memasuki kamarnya tadi.

drttt drtttt

Arsana~

" udah sampe rumah.??"

Chat Arsana hanya dipandangi oleh Abraham tak ada niat membalas , tapi setelah beberapa menit berpikir laki - laki itu bukannya membalas pesan Arsana, ia malah menekan tanda telpon dipojok kanan atas dan menanti panggilannya tersambung.

Tut tut......

" Ha - Hal..o.?"

"Ehm."

"HAH.?"

"Gue udah sampe rumah maksudnya."

"Kenapa gak bales chat.?"

"Males ngetik.!"

"Ya ampun...Trus kalo ngomong nya singkat gini namanya males ngomong.?"

"Ehm."

Arsana mendengus mendengar jawaban Abraham, jika tidak niat untuk ngomong ya tidak usah telpon. huu buat kesal saja.

"ARSANA...........!!"

teriakan dari sembrang sambungan telponnya membuat Abraham mengernyitkan dahi nya , siapa yang memanggil Arsana sampai memekakkan telingah seperti itu.?

"si-"

belum selesai Abraham bertanya Arsana sudah mematikan telponnya sepihak tanpa menunggu jawaban laki - laki itu yang semakin membuat Abraham terdiam dan memandang layar ponselnya, diulangnya menghubungi nomor gadis itu tapi hanya suara operator yang menyambut.

Abraham hanya bisa menghelah napasnya dan bergegas turun memenuhi kebutuhan cacing - cacing didalam perutnya yang sedari tadi siang meronta minta diisi.

"abang..." suara cempreng menyambutnya saat Abraham menuruni anak tangga menuju ruang makan.

"apa ehm.?" Abraham mengelus pucuk kepala sang adik sayang.

" besok aku ke caffe ya." ucap Aria dengan wajah berseri - seri.

" gak boleh.!" Abraham sontak melotot mendengar ucapan sang adik, bisa gawat ntar.

"apasih.? masa gak boleh."

"ya gak boleh, kamu bikin ribut kalo ke caffe soalnya.!"

" Mama.!!! Abang gak ngebolehin Aria ke caffe masa.?"

"Abang mungkin sibuk gak bisa nemenin kamu.!"

" Ihh biasa juga gak nemenin, pokoknya aku bakal tetap dateng. titk!" paksa Aria sembari melipat kedua tangannya didada melotot melihat sang kakak laki - laki nya ini.

"udah biarin aja sih Bram.!" bujuk sang Mama.

"kenapa sih ngeyel banget dibilangin.!" kesal Abraham Aria hanya memeletkan lidahnya tak peduli.

.............

"ARSANA....." Arsana terlonjak kaget saat sang Ibu tiba - tiba berdiri diambang pintu kamarnya sontak saja Arsana langsung mematikan panggilan dari Abraham. bisa perang dunia ke 3 jika sang Ibu tau.

"Apa Bu.?"

"kamu ini dipanggilin dari tadi gak nyahut - nyahut, udah budek ya.!" teriak Ibunya sembari menjambak rambut panjang Arsana.

"sa- sakit Bu."

" makanya dipanggil tuh denger.!" Ibunya melepas jambakkan itu dan meletakkan kedua tangannya didada.

"sana ke supermarket beli bahan kue.!"

"buat apa Bu.?"

" buat makan kucing. ya buat bikin kue dong.!"

"itu mah Arsana tau, tapi kan udah malem Bu."

"belum malem - malem amat, masih jam delapan ini, udah cepetan sana keburu makin malem.!"

Arsana masih belum bergerak rasanya badannya sangat lemas untuk berjalan kaki. huu pasti disuruh jalan kaki ini. batin Arsana

"udah buruan.!!" Ibunya mendorong tubuh ringkih itu hingga menuju tangga kebawah.

" ehhh bentar - bentar Bu, Arsana ganti baju dulu. "

"engak- engak.!! entar makin malem. sana cepetan ntar kakak kamu marah lagi.!" tolak Ibunya garang.

" ibuu... tapikan, Arsana cuma pake-- " belum sempat mulutnya berucap Arsana sudah mendapat pelototan tajam dari sang Ibu " uangnya." cicit gadis itu kemudian.

"ni, awas kembaliannya kamu gunain buat pesen ojol.!!"

Arsana mendengus dan tak urung berjalan keluar rumah juga dengan hanya menggunakan hoodie hingga menutupi setengah pahanya dan celana pendek itu tertutup hoodie besarnya. ckk seharusnya ia memakai celana panjang tadi kalau tau begini.

..............

berhubung ia meninggalkan ponselnya dirumah. sepanjang perjalanan Arsana bersenandung kecil entah menyanyikan lagu apa,.

Arsana hanya bisa menghibur diri sendiri saat ini , sebenarnya tak ada lagu yang ia hafal satupun, paling hanya bagian reff dan depan lagu.

huuu mungkin ada juga hanya nada lagunya saja yang ia ketahui. maklum didalam kamar kecil itu Arsana hanya memanfaatkan ponsel bekas sang kakak dan laptop bekas Ayahnya.

miris, kebanyakkan barang berharga nya hanyalah barang tak berguna lagi milik orang lain. dirinya yang naif hanya bisa menerima dengan senyum manisnya, bahkan kata terimakasih itu terdengar sangat bahagia.

ia akan menggunakan barang berharganya jika diperluhkan saja, jika digunakan terus menerus akan rusak dan ia takut itu. takut ia akan menyusahkan Ayahnya kembali

sampai disupermarket Arsana dengan langkah cepat memasuki bagian stan bahan - bahan kue. dengan teliti gadis itu memilih bahan - bahan membuat brownies seperti permintaan sang ibu, saat serius memilih coklat batang Arsana terus menunduk memperhatikan bagian - bagian brand dan kualitas produk maklum saja kakaknya itu tak segan - segan membuang bahan ini jika tak sesuai seleranya yang tinggi itu.

dukk...

Arsana menunduk mengambil coklat batang yang berhasil jatuh itu karena senggolan seseorang dibahunya, seseorang itu tak menghentikkan langkahnya maklum sudah hampir malam dan supermarket ini sudah mau tutup wajar orang - orang semua terburu - buru , tanpa menoleh Arsana pun juga melenggang pergi.

"totalnya jadi RP: 523.000;00 rupiah mba"

"iyaa." Arsana mengerluarkan enam lembar uang merah dan meraih belanjaannya .

"ini kembaliannya ya mbak, terimakasih." Arsana mengangguk dan mengucapkan terimakasih kepada kasir supermarket tersebut dan membalikkan badannya.

"Akhhh... Astaga.!!" kaget gadis itu melihat sosok jakung berjaket denim berdiri tepat dibelakangnya dengan wajah garang, pantas saja sang kasir tadi seperti salah tingkah.

" Abram.?"

Abraham menatap tajam Arsana dan menarik gadis itu keluar, " Abraham gak bayar belanjaannya apa.?"

" Gue gak belanja.!" ucap laki - laki itu tajam.

"loh, trus kalo gak belanja kenapa kesupermarket.?" setelah berada didepan supermarket tersebut dan ternyata Abraham menarik Arsana menuju parkiran.

"lo gak ada baju lain apa, keluar rumah pake karung goni .? " bukannya menjawab Abraham malah berucap ketus kepada Arsana, membuat Arsana mengangah tak percaya, hoodie bermerk brand mahal dibilang karung goni.

" bukan gitu.."

"naik.!" titah Abraham sembari menarik tangan itu yang sempat terlepas dari genggamannya.

"ehh gak papa, Aku -"

"jalan kaki.?" tebak Abraham yang sukses membuat gadis itu melotot tak percaya.

" tau dari mana laki - laki ini.?" batin gadis itu penasaran.

" Abram-"

" gak usah banyak tanya gue tau dari mana , cepet naik." perintah Abraham sambil menyerahkan jaketnya untuk Arsana, melepas jaketnya menyisahkan kaus berwarna putih. hmmm makin tampan karena otot laki - laki tu tercetak jelas.

"Abram.. Arsana tuh udah pake jaket tau. ni.!!" Arsana menunjuk hoodie berwarna ungu muda tersebut.

"bukan buat badan lo, noh buat paha lo. gue gak mau kayak bawa cabe - cabean dijalan.!" ketus Abraham menatap tajam Arsana yang cemberut.

" Abram kenapa pula rajin banget nyusulin Arsana sih.!"

" Gr.! cuma kebetulan, dan ini udah malem gue bukan orang yang tega liat orang lain jalan kaki ditempat gelap nyanyi - nyanyi gak jelas lagi.!"

"ehh..?"

" cepet.!!" belum sempat Arsana menyelah ucapan Abraham, laki - laki itu sudah menyuruh gadis itu naik dimotornya cepat takut Arsana menyadari keceplosannya.

Arsana menyembunyikan senyumnya dan segera menaiki motor Abraham dan memeluk tubuh tegap itu erat,tak lupa mengaitkan jaket denim sang pujaan hatinya dipinggangnya, agar pahanya yang terekspos karena hoodie yang tersingkap tertutupi.

Ahh romantisnya... entah kenapa Abraham terlihat sangat baik dan perhatian jika hanya mereka berdua dan akan kembali jahat jika sudah bersama teman - temannya. rasanya Arsana ingin Abraham seperti ini saja terus. baik, perhatian dan romantis. hihi

tanpa mereka ketahui ada seseorang yang menampilkan senyum smirknya diujung bangku depan supermarket melihat kerakraban mereka, seseorang itu tersenyum sembari meminum minuman favoritenya, " kena kau.!!"

................

setelah sampai dirumah bercat coklat crem itu , Arsana meminta Abraham berhenti dipintu belakang dan segera turun agar sang kakak tidak lagi memergoki dia dan Abraham, bisa perang lagi.

" Abram makasih." Abraham mengangguk dan menyulurkan tangannya memandang wajah gadis itu yang memerah, Arsana merona dan menatap tangan itu lalu meraih jemari Abraham mengenggamnya kesenangan tetapi selang beberapa detik Abraham menghempaskan kebahagiaan gadis itu.

ia menarik simpul jaketnya yang ada dipinggang Arsana hingga terlepas dan memakainya kembali . Arsana terbengong melihat kelakuan Abraham. " ehh.."

"ckk kebanyakkan nonton sinetron lo.!" ketus Abraham kemudian menyentil dahi Arsana dan kembali menghidupkan motornya berlalu dari hadapan gadis itu.

"ehhh... malu banget ishh... "

.

.

.

.

.

tobe continued*

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel