BAB 11 : CEMBURU
" BAHKAN MEMANDANGMU TERSENYUM BERSAMA DENGAN YANG LAIN MEMBUATKU CEMBURU.!"
.
.
.
Ku mulai lagu ini dengan bernyanyi (ddu - ddu -ddu ddu)
Waktu berhenti khayal menari-nari
Hanyut ke dalam senyummu
Tak peduli langit menertawakanku
Kau mencuri hatiku, mimipiku semua rinduku
Karena kamu cantik
Kan ku beri segalanya apa yang ku punya
Dan hatimu baik
Sempurnalah duniaku saat kau disisiku
Bukan karena make up di wajahmu
Atau lipstik merah itu di bibirmu
Lembut hati tutur kata
Terciptalah cinta yang ku puja
Tak peduli langit menertawakanku
Kau mencuri hatiku, mimipiku semua rinduku
Karena kamu cantik
Kan ku beri segalanya apa yang ku punya
Dan hatimu baik
Sempurnalah duniaku saat kau disisiku~~~
semua siswa dikantin riuh karena mendengar suara merdu milik Hisyam menyanyikan lagu milik band 'Lyla - kamu cantik kamu baik' yang ditujukan lelaki itu kepada Arsana yang duduk dimeja kantin yang sama dengannya, mereka berdua duduk berhadapan dan beberapa anak Danger ikut menyanyikan backsound dari lagu tersebut.
Arsana hanya tertawa geli melihat para sahabatnya yang menghibur dirinya, ada juga beberapa siswa ikut menertawakan tingkah Chandra yang berlagak memainkan alat musik gendang diatas meja. semua merasa terhibur karena kegiatan anak Danger ya walaupun dapat dikatakan ribut tapi membuat beban pelajaran lepas.
mereka memakan makan siang mereka dengan hiburan menyegarkan mata, Hisyam dan Chandra terlihat tampan dan cocok menjadi anak band. sebagian anak - anak perempuan makin mengidolah anggota Danger. Alex yang sedari tadi memandang wajah tertawa Arsana ikut senang, pasalnya gadis itu seolah seallu menyimpan bebannya disela tawa dan sikap cerianya dan Alex tau itu.
"halah udeh - udeh sakit kuping gue denger lo muji - muji kesayangan gue.!" ucap Alex mengeplak kedua sahabatnya.
"Hahahha mampus, kesayangan aku marah." balas Arsana tertawa geli melihat raut wajah sahabatnya meringis sakit akibat geplakan Alex
"Laras ni musang lo galak amat.!" keluh Chandra merengek pada Laras.
"Apasih.. siapa lo.? gak kenal gue." Laras dengan galaknya menoyor kepala Chandra.
"Ehhh... btw kalian....?" curiga Arsana memicingkan matanya kepada Alex dan Laras.
"apadah.!"
" heyyy... jujur aja udah." tukas Hisyam.
" orang gak ada apa - apa." tolak Laras memalingkan wajahnya dari pandangan Arsana.
" gak mau ngaku ni. " sarkas Arion.
" emang gak ada apa - apa.!"
"kalian jadian ?" tanya Althaf yang sedari tadi diam.
"belum"
"gak."
"heleh kompak euy." ucap mereka bersama saat mendengar jawaban serempak Laras dan Alex.
"yaudah berarti bakal ada yang official." ucap Chandra sengaja meninggikan volume suaranya dan tepat dengan para anak osis berjalan memasuki kantin.
" ciee bakal ada pajak jadian dong." ucap Hisyam menyenggol Alex dan Alex hanya mendelik kearah Hisyam.
"tanya sama kesayangan gue dulu, boleh gak.?" ucapan Alex membuat Abraham yang tepat berjalan melewati meja mereka sedikit tersentak dan seketika wajahnya melirik kearah Arsana yang malah cengengesan membisikkan sesuatu kepada Alex.
hatinya terasa diremas entah kenapa, jika bukan disekolah sudah Abraham tonjok bibir lelaki itu .
Alex tertawa mendengar bisikan Arsana setelah Arsana membisikan sesuatu itu mereka kompak tertawa bersama tak menghiraukan wajah penasaran dari para sahabatnya , kemudian Arsana mengandeng Laras keluar dari meja tersebut untuk kembali kekelas.
"kalian bisikin apa sih.?" tanya Laras pelan.
"hilih segitu posesifnya ibu negara."
"apasih Na, benci deh. gue sama Alex gak ada apa - apa tau.!" gerutu Laras pelan seperti berbisik kepada Arsana.
Arsana hanya tertawa geli dan mereka berjalan berdua menuju kelas, namun disaat kaki jenjang itu ingin melewati meja Abraham, ada sesuatu yang membuat hatinya mencelos.
Abraham disana duduk bersama teman - temannya dan Shalom menyuapi lelaki itu dengan brownies buatan gadis itu sendiri. Shalom memang pintar memasak dan membuat kue pasti kue itu enak makanya Abraham tak menolak kue itu.
laki -laki itu fokus dengan ponselnya tapi tak menolak suapan Shalom yang sedari tadi merona menyuapinya dengan senyum manis.
Arsana berpura - pura tak melihat dan segera melewati meja itu. ia sudah menyiapkan diri agar tak terlalu kentara menampakkan rasa cemburu yang timbul ini, ya Arsana mengakui kecemburuannya terhadap Shalom karena Abraham sendiri tak pernah mau menerima pemberian Arsana, baik kue maupun hal lain.
coklat yang dibeli ditoko saja ditolak apalagi makanan buatannya. hatinya sakit saat melihat laki - laki itu dengan mudahnya menerima suapan wanita lain. hiks hiks siapa kamu Arsana.? hanya rempahan rempeyek benyek. huuu
" Laras, nanti kita ada rapat." ucap Abraham sengaja menghentikan langkah dua perempuan itu.
"ahh iya Kak Abraham. " jawab Laras. sahabatnya ini memanglah anggota osis yang jarang sekali mengumpul dengan anak - anak osis lainnya kecuali ada kepentingan saja, karena baginya sahabat dan tugas adalah dua hal yang beda. walaupun ia anak osis tak menutup kemungkinan ia untuk bersahabat dengan anak - anak Danger dan Arsana.
"ohiya, kamu bawakan proposal buat acara akhir bulan nanti.?" ucap Abraham menaikkan pandangannya kearah dua perempuan itu.
"iya bawak kak, apa mau saya antar keruang osis.?" Abraham mengangguk.
Abraham melihat kearah Arsana yang mengenggam erat tangan sahabatnya, Arsana melengos memandang kearah lain, ia tak sanggup melihat keromantisan laki - laki itu, untuk apa ia memberi harapan belakangan ini jika itu tak berarti apa - apa. baru saja dua hari yang lalu Abraham begitu perhatian terhadap nya sudah dijatuhkan lagi saja.
laki - laki itu kembali mengalihkan pandangan nya kearah Laras dan mengangguk mengizinkan gadis itu pergi." duluan kakak - kakak." ucap Laras yang diangguki anggota osis lain.
.....................
"ngapa lo.? tumben jutek didepan Ayang beb lo.?" sarkas Laras melihat Arsana menekuk wajahnya ketika sampai dikelas.
" eehh Larasss..... kesel ihh Abram tadi mau - mau aja disuap sama kak shalom masa.?" rengek Arsana
" yaa makanya kalo lo kasih makanan ke kak Abraham harus yang kek layak dimakan gitu."
"emang makanan yang aku kasih gak layak apa.?"
"iyalah.. ehh " Laras keceplosan segera menutup mulutnya melebarkan matanya memandang kearah Arsana yang sudah menahan kesal mendengar jawaban sahabatnya.
"loh sih, masa ngassi nasi goreng warna ijo, trus kemarin kasih cake warna item gitu trus nih yah mie goreng lo warnanya ungu. kan orang jadi ngeri buat makan." jelas Laras membuat Arsana cengengesan
"namanya aja dibuat pake cinta ya harus beda dari yang lain dong."
"terserah lo deh." pasrah Laras kemudian mengambil proposal yang diminta Abraham dan keluar dari kelas untuk memberi proposal tersebut meninggalkan Arsana yang mendengus mendengar balasan sahabatnya.
................
Arsana sedang duduk dihalte sendirian menunggu bus tujuan rumahnya datang, sudah limabelas menit lamanya Arsana menunggu bus itu tapi tak kunjung datang. tiba - tiba ada sosok laki - laki bertubuh tinggi dan berambut sedikit mencuat keatas, laki - laki berbibir merah itu menghalangi pandangan Arsana dengan jalanan
laki - laki itu sengaja berdiri tepat didepan Arsana tetap berdiri meskipun Arsana berdehem keras mengkode bahwa ada seseorang dibelakang nya tapi seakan tuli laki -laki yang ia tebak seumuran dengannya itu hanya diam
laki - laki itu menggunakan seragam sekolah tapi entah sekolah mana karena laki - laki itu tak menggunakan Almamaternya dan menggunakan jaket denim untuk menutupi seragam putihnya dan mungkin saja lambang SMA nya Arsana ketahui.
hah tapi saat ini gadis itu malas untuk berdebat dan ribut, biarlah terserah lelaki itu mau berdiri sampai kapan didepannya, menyebalkan.
Arsana berdiri ketika melihat bus yang menjadi tujuannya melintas dan berhenti dihalte tersebut. dengan gerakan cepat Arsana menaikki bus itu dan sedikit terhuyung karena dorongan seseorang.
lagi - lagi laki - laki berseragam ini, huu untung ganteng. gerutu Arsana kemudian duduk diujung buss mengalihkan pandangannya kearah jendela bus.
tiba - tiba ada sesuatu yang membuat Arsana mengalihkan pandangan nya dari jendela. laki - laki itu duduk didepannya dan saat Arsana memperhatikannya dari belakang, laki - laki itu mengeluarkan suaranya. "berhenti mandangin gue, kalau mata lo ngeluarin laser udah bolong kali kepala gue." ucap lelaki itu kemudian menolehkan wajahnya kearah Arsana.
"ehh ehm sorry cuma kaget aja gue tadi." ucap Arsana datar.
laki - laki itu menaikkan satu alisnya. ' kenapa beda banget kepribadian ni cewek.?' batinnya dan itu cukup membuat dirinya penasaran.
"gue Axel. Axel Brady Maheswara. " Axel mengulurkan tangannya kedepan Arsana yang hanya dipandang Arsana dengan wajah datarnya.
lima detik kemudian " siapa.?"
" Axel."
" yang nanya.?" lanjut Arsana kemudian wajahnya kembali menghadap kearah jendela.
'menarik' batin Axel menyunggingkan senyumnya.
tak lama kemudian tujuan komplek Arsana ada didepan dan ia akan siap - siap turun dihalte depan kompleknya, sebelum Arsana beranjak dari bangku bus nya Axel sempat membisikkan sesuatu yang membuat jantung Arsana berdetak dan ingin cepat - cepat turun.
" sampai ketemu lagi Arsana.." ucap pelan Axel membuat jantung Arsana berdesir , tau dari mana laki - laki itu namanya.?
................
sesampai dirumah Arsana langsung masuk kekamarnya dan Arsana merenung didepan cermin nya yang setinggi tubuhnya itu, ia masih memikirkan kenapa laki - laki sok kenal itu mengetahui namanya, lama memikirkan hal tersebut sampai matanya tak sengaja menangkap nametag dijas sekolahnya .
Astaga... yaiyalah orang namanya terpampang nyata begini. Arsana memukul keningnya gemas dan tak habis pikir. baru saja ia mengirah lelaki tadi adalah seorang stalker , sudah dihempas kenyataan saja. tentu saja lelaki tadi tau, namanya tak tertutup apa - apa dan jelas sekali ini. huuu gagal sudah merasa paling cantik ini.
sudah berusaha jutek pula tadi, mana lelaki tadi tampan lagi ehh tapi tetap yang paling tampan lelaki nya yaa Abraham seorang. titik!!
.
.
.
.
. tobe continued*