Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 7 : PERPUSTAKAAN

Arsana membersihkan make up nya ditoilet dengan menangis, rasanya perih saat air pembersih make up menyapu wajahnya yang luka - luka.

"ngapa miris banget sih hidup lu Arsana.!" gumam Arsana terhadap dirinya sendiri , Laras yang mendengar ucapan Arsana berjalan mendekat untungnya toilet dalam keadaan sepi dan tak lupa Laras mengunci pintu utama toilet agar Arsana merasa nyaman waktu membersihkan make upnya.

"sini biar gue aja." Laras merebut kapas yang digunakan Arsana menghapus make upnya diwajah.

"Na.? boleh gak gue minta sesuatu sama lo.?"

" apaan.?"

" jauhin Abraham, mau sampe kapan lo ngejar dia yang bahkan gak ngeliat lo sama - sekali.!"

" maaf Ras, kalau itu gue gak bisa.!"

"kenapa.? banyak diluar sana yang suka sama lo Arsana.! bahkan Alex suka sama lo.!"

" jangan ngaco.! Alex gak suka gue, kita sahabatan wajar dia perhatian."

"lo emang gak peka atau gimana sih, jelas - jelas Alex mandang lo beda Na.!"

"Ras, bisa gak .? gak usah bahas soal yang bikin lo sakit hati sendiri."

"tapi Na..."

"perjuangin cinta lo kalo lo bener - bener cinta sama dia, kayak gue yang bakal tetep perjuangin cinta gue ke Abraham walaupun laki - laki itu gak liat perjuangan gue."

" sama sekali.?" Arsana mengangguk ketika Laras melanjutkan perkataannya, sama halnya seperti Alex yang tak pernah melihat perjuangannya karena tertutup dengan hubungan persahabatan.

...................

" ehh lo mau pesen apa.?" ucap Laras ketika mereka sudah berada diambang pintu masuk kantin.

" apa aja deh, yang penting kenyang sampe malem." ucapan Arsana membuat Laras mendelik.

" awas ya lo gak makan lagi.!"

" iye -iye, yaudah noh udah ada Alex sama yang lain diujung." tunjuk Arsana kemudian mereka menghampiri sang pentolan sekolah diujung kantin, tempat geng Danger pribadi. katanya tidak boleh ada satupun anak - anak diluar geng Danger yang menduduki bangku kantin diujung ini.

" ehh ada neng Arsana.? kok pucet gitu muka nya.?" tanya Chandra penasaran kemudian tangannya mencoba meraih wajah Arsana tapi belum menyentuh tangan itu sudah ditepis kasar oleh Alex.

"apa - apaan lo, tangan lo kotor.! ntar muka Arsana alergi kena kuman ditangan lo."

" apaan sih, wong bersih gini."

"heleh bilang aja modus lo leh." sahut Hisyam yang diangguki semua anggota Danger, terkecuali Althaf yang hanya diam tetapi tetap memberi senyum tipis. Althaf merupakan Anggota danger yang paling pendiam, dingin dan berbahaya. ia tak segan - segan mematahkan tulang orang yang mengusiknya karena Althaf menguasai beberapa ilmu bela diri tentunya, seperti taekwondo dan sebagainya.

" heee gini - gini gue tulus ya, walaupun modus dikit."

" sama aja kutu badak.!" tukas Alex menggeplak kepala Chandra

" yak elah boss canda doang, sakit ini ."

"Makanya jangan sok modus, noh urusin doi lo yang puluhan itu."

" ebuset puluhan, udah kayak koleksi mobil gue.!" sarkass Arion. cowok paling jutek di Danger.

"udah - udah kalian mau pesan apa.?" lerai Laras tiba - tiba karena jengah melihat candaan unfaedah itu.

"ehmm, gimana kalau kita lomba makan pedes aja.? gue tantang makan bakso pake sambel level 5.?" ucap Chandra membuat mereka saling menatap satu sama lin.

" boleh juga." sahut Althaf

"ok deh gue juga pengen makan pedes " tukas Hisyam.

"hemm gimana Na.?" tanya Alex. Arsana mengangguk dan menoleh ke Laras yang mendelik tajam kearahnya.

" gak usah macem deh Na.!"

"please..."

" yaudah gak papa kali Ras, sekali - kali ini." bujuk ALex kepada Laras memohon agar Arsana diizinkan memakan pedas.

"iya Ras, yayayaya Alex aja ngizinin kok."

"iyaudah sekali ini aja ya, tapi.... awas kalo lo sakit ngerengek - rengek sama gue.!"

" iya yesss.!" seru Arsana senang. mereka tertawa melihat tingkah Arsana

" tenang aja kalau ada apa - apa sama Arsana gue yang bakal tanggung jawab." ucap Alez tegas.

" elehh tanggung jawab gaya lu boss." ketus Hisyam.

" iye gue tanggung jawab buat beri dia perhatian biar gak ngerengek ke Laras, ngerengek ke gue aja. ya gak Na.." alis Alex naik turun dan membuat Arsana tak segan mencubit lengan Alex yang ada dimeja .

"awhh--"

Brakk....

tiba - tiba bunyi meja digebrak dari arah belakang mereka sontak membuat mereka menoleh melihat sang ketua osis mengebrak meja kantin dengan raut wajah kesal, entah kenapa.

"ada - ada aja tuh orang.!" celetuk Arion memandang tajam kearah Abraham yang sudah melenggang pergi dari kantin.

"ngagetin njir.!" umpat Hisyam mengelus dadanya.

Arsana hanya memandang sendu laki - laki yang sudah berbelok kearah koridor itu. ada apa dengan nya, kenapa Arsana merasa khawatir dan gak tenang saat memandang wajah dingin lelaki itu.

beberapa saat kemudian pesanan bakso level 5 mereka datang dibawak oleh Laras dan Alex serta anggota Danger lainnya, sedangkan Chandra dan kawan - kawan sibuk ghibahin rival mereka , hmmm gak ada akhlak memang, ketua nya repot mereka santai.

" siapa yang habis duluan yang bakal menang, dan bebas minta ditraktir sama siapa aja selama seminggu. deal " Chandra memulai kesepakatan dan diangguki mereka bersama.

" DEAL..!!"

*************

" kenapa sih lemes amat." tanya Laras saat melihat Arsana menunduk lesu.

" gue pulang ini mau beresin perpustakaan."

"hukuman lagi.?" Arsana mengangguk dan itu sukses membuat Laras menghelah napas jengah, sudah berapa kali ia melihat sahatabat nya ini dihukum hanya karena telat, gak bikin pr, tidur dikelas... tukang onar emang untung sayang.

" yaudah sih, kalem aja. "

" apaan sih, males banget tau.! mana perpustakaan sepi lagi, ntar ada bayang - bayang hitam gimana.?"

" yaa gak usah liat."

"huuu lo enak kagak bisa liat yang begituan, lah gue kan punya indra herlambang."

" indra ke 6 bukan indra herlambang maimunah.!" koreksi Laras sembari menoyor kepala Arsana yang terkulai dimeja.

" yaudah perhatiin tuh pelajaran Pak Sarkono.!"

" hmmm" Arsana dengan malas kembali memandang kedepan, belum juga mata itu fokus lima menit bell pulang sudah berbunyi. bagaimana pintar nya coba kalau liat papan tulis aja berasa kamera ngblur.

kringgggg.............

" ehhh maimunah gue pulang duluan ye, bye bye. hati - hati pulang lo.!" tukas Laras yang langsung keluar dan diikutin Alex dari belakang. tumben.

" mau kemana mereka.?" ucap Arsana kepada Althaf yang duduk didepannya.

" ada janji mungkin, biasa pendekatan." ucap Althaf menaikkan dua bahunya acuh.

"mau bareng gak.?" tanya Arion lelaki jutek itu memang perhatian juga terkadang.

"ehh gak usah, gue masih mau bersih - bersih perpus."

"hukuman tadi ya.?" tanya Althaf , Arsana mengangguk mengiyakan , kemudian lelaki itu berdiri dari duduknya mengusap kepala Arsana pelan.

" yaudah kalau gitu ntar pulangnya dijemput mau.?"

" gak usahlah, gue juga masih ada urusan. kalian pulang aja gak papa kok."

" gak papa kali."

" atau gak, kita tungguin gimana.?" tukas Hisyam,

"lagian boss tadi kasih pesen anter lo balik Na." balas Chandra sembari berdiri menghampiri meja Arsana.

" ihh beneran gak usah ih. kalian pulang sana." balas Arsana sembari mendorong badan keempat lelaki itu yang kebetulan berdiri berdekatan.

" yaudah hati - hati ya, kita balik dulu. " sahut Arion saat mereka sampai didepan kelas. Arsana mengangguk dan melambaikan tangannya sembari tersenyum melihat para sahabatnya begitu perhatian dan baik. setelah empat laki - laki itu tak terlihat lagi Arsana berbalik menuju perpus dikejutkan oleh laki - laki yang menyenderkan tubuhya didekat pintu ruang kelasnya, kok dia bisa gak liat ya tadi.?

" Astagaaa... ngagetin.!" teriak Arsana kesal melihat Abraham yang hanya diam memperhatikan nya.

" udah.?"

" maksudnya."

"sok manis didepan para geng cowok gak jelas lo.?" ucap Abraham sewot.

" apaan sih gak ya.! ohhh aku tau kamu cemburu yaaa.?" Arsana menaik turunkan alisnya dan menunjuk muka Abraham yang terlihat kesal.

" gak jelas lo.!" kemudian lelaki itu berjalan didepan Arsana menuju perpus dan mengabaikan teriakkan menggelegar Arsana.

" ehhhh jujur aja kalau cemburu mah, huuu Abraham sharangae.." sembari membuat jarinya membentuk finger love kearah belakang Abraham dan mengejar lelaki itu.

....................

setelah memasuki perpustakaan, Abraham segera memberikan kemoceng kearah Arsana, dan teroli berisi buku - buku yang harus disusun dimasing - masing rak. harus sesuai berdasarkan jenis bukunya. merepotkan .

"loh kok sepi sih.?" celetuk Arsana melihat keadaan perpustakaan yang kosong melompong tak ada satu manusia satupun.

" cepet beresin gue ada banyak urusan, bukan ngurusin lo aja.!" ketus Abraham.

" ehh tapi kok sepi, yang lain kemana.? bukannya cewek yang telat tadi banyak."

" mereka udah dihukum bersihin toilet sama taman, dan lo satu - satunya yang belum ngejalanin hukuman."

" lah kok gitu.? emang ini perpus kecil apa, gue sendirian yang harus beresin."

"loh jadi mau hukuman apa.?"

" yang lain aja deh, jangan perpus.! mana serem lagi."

" lo terlalu banyak nonton horror jadi halu, mending cepetan beresin."

" beneran gak ada hukuman lain.?"

"gak ada, dan lo sadar gak sih semua hukuman udah pernah lo dapetin, sampe gue bingung mau kasih hukuman apa lagi.?"

" yaa hukuman untuk mencintaimu kek, kan lebih anti mainstream."

"ngawur.! gue hitung satu sampe tiga kalo lo--" buru - buru Arsana melenggang masuk kedalam beberpa rak yang berdiri membawa kemoceng serta teroli buku tadi, takut mendengar lanjutan ucapan Abraham.

saat masuk kedalam perpustakaan ini sudah membuat aliran keringet dingin Arsana mengalir deras dipelipisnya, tempat gelap seperti ini membuat Arsana ketakutan sendiri dengan lampu perpustakaan yang remang - remang menambah kegelisaan pada dirinya.

dengan tangan gemetar Arsana berusaha menyusun buku sejarah diatas rak buku yang paling tinggi, tubuh mungilnya menjinjit hingga mampu mencapai rak paling atas itu, tapi lagi - lagi tangannya tak sampai boro - boro sampai menyentuh plang nama jenis buku itu saja tak bisa. hmmm resiko jadi orang pendek.

saat tubuh itu makin dibuat kebingungan dengan sifat bar - bar nya dan tak pantang menyerah, Arsana menoleh kearah troli dan menaikkinya agar sampai ke rak yang paling tinggi, setelah bisa berdiri diatas teroli buku tersebut Arsana malah kebingungan mengambil buku - bukunya untuk disusun, " bego.!" monolognya

tiba - tiba ada tangan yang mengulurkan buku - buku sejarah itu padanya , karena tak melihat siapa yang mengulurkan buku itu membuat Arsana tersenyum dan menyusun buku tersebut dengan rapi. setelah selesai barulah mata itu menoleh kebelakang dan betapa terkejutnya Arsana melihat wajah Abraham yang datar berada tepat dibelakangnya sembari memegang kendali teroli tersebut agar tetap menjaga keseimbangan Arsana diatasnya.

mata Arsana membulat dan sempat bergerak diatas teroli itu membuat Abraham harus menahan kuat dan ...

TAP... lampu tiba - tiba padam .

AKhhhh..............

Arsana berteriak ketakutan dan bergerak tak keruan diatas teroli tersebut hingga ia sempat merasa terjungkal dari atas teroli dan menubruk badan seseorang diruangan gelap ini. Arsana memejamkan matanya badannya gemetaran ketakutan dan airmata itu berhasil keluar serta gumaman - gumaman kecil keluar dari mulutnya.

" Ibu... Arsana takut Bu, Bu gelap hiks gelap hiks..."

Abraham yang menahan tubuh Arsana diatasnya hanya diam memperhatikan wajah yang tak terlihat sama sekali itu mengigaukan kata takut dan beberapa tetes airmata gadis itu menetes diwajahnya yang ia pastikan sangat dekat dengannya ini, direngkuhnya tubuh itu dan memberi elusan menenangkan. mungkin Arsana mempunyai trauma akan kegelapan.

Tap........ lampu kembali menyalah, barulah Arsana tersadar dan dirinya terkejut mendapati tubuhnya sedang berada diatas tubuh Abraham, lelaki itu hanya diam memandangi wajahnya ada luka didahi gadis itu, dengan perban yang cukup besar. Arsana lupa karena menghapus air mata tadi menyebabkan poninya tersibak , pasalnya tadi ia tak terlalu memandang wajah Abraham makanya lelaki itu tak terlalu memperhatikan wajahnya yang pucat ini.

Abraham memandangnya tajam dan mencengkram dagunya untuk lebih intens memandang wajah sembab itu, Abraham menggeram marah. masih dengan posisi mereka itu Abraham tak akan melepaskan Arsana sebelum alasan tepat diucapkan gadis itu.

"kenapa.?" tanyanya datar dan mata itu menari kesana kesini memperhatikan setiap pahatan yang dimiliki gadis itu.? ada beberapa luka dan juga lebam.? oh astaga hal apa yang dialamin gadis bar - bar ini, batin Abraham.

tobe Continued*

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel