BAB 6 : MASALAH MAKE UP
*setiap manusia memiliki kesempatan untuk bahagia. sama halnya dengan kamu.!*
{happy reading :)}
" kamu.!" tunjuk Abraham pada Arsana
" sudah keberapa kali kita bertemu hanya karena keterlambatan kamu.? kamu kalau memang gak niat sekolah gak usah sekolah.!" bentak lelaki itu memasang wajah datar.
Arsana hanya diam dan malas membahas dan menjawab omongan Abraham selaku ketua osis disekolahnya, lagipula bibirnya masih sakit karena kebentur kursi meja makan. jadi yaaa diam saja lah.
" sekarang apalagi alasan kamu.?"
Abraham terdiam merasa diabaikan, gadis didepannya ini hanya melongoh melihat lurus kematanya. ada apa.? batinnya.
" KALAU DITANYA TUH JAWAB.!" teriak Regan wakil ketua osis, laki - laki hitam manis ini yang berwajah lokal memang sedikit kejam dan berwajah sama garang nya dengan Abraham.
tapi ada sesuatu hal yang sangat Arsana ingin ketahui bahwa Regan sangat membenci dirinya . why.? Arsana tak pernah mengetahui semua itu sejak dulu mereka berada disatu sekolah , sejak ia pindah di jakarta dan bersekolah di SD yang sama dengan Regan dan sampai SMP pun Regan tetaplah Regan yang membenci Arsana apalagi sekarang ia satu SMA dengan lelaki itu lagi dan Regan tau Arsana mengejar - ngejar sahabatnya. Regan tak segan - segan melakukan kekerasan terhadap Arsana diluar pengetahuan Abraham.
" karena lama sarapan pagi. tau - tau udah jam tujuh aja." Abraham mengernyitkan dahinya mendengar alasan tak masuk akal Arsana .
"wah gila lo, alasan telat karena kelamaan sarapan pagi." celetuk orang disebelah Arsana tak habis pikir karena bisa - bisa nya ia dengan tanpa dosa menjawab pertanyaan sang ketua osis begitu.
"ishhh diem deh lo badak.!" ketus Arsana mencubit perut Alex.
" lagian cari alasan yang masuk akal kali Na." sarkas Alex meringis sakit meraba cubitan Arsana.
Giorgi Alexander Vitodinova adalah laki - laki tampan bertubuh tinggi yang selalu membuat ulah dengan geng nya yang saat ini sudah mempunyai anggota puluhan . DANGER , terdiri dari anak - anak kelas sepuluh sampai kelas dua belas dan Alex adalah ketuanya. berhubung ketua geng tersebut sudah dipindahkan ketangan Alex karena anak kelas duabelas sudah mau ujian. akan sangat pas ketua geng dipegang anak kelas sebelas seperti mereka.
entah mengapa salah satu alasan para osis dan anak - anak baik membencinya karena dekat dengan geng Danger membuat Arsana juga ikut dicap sebagai siswi tidak benar, dan selalu membuat onar. gadis bar - bar yang berpakaian ketat kesekolah dan tak malu memakai make up kesekolah, tapi walaupun dengan make up ataupun tidak, tidak membuat Arsana norak dan berlebihan malah wajah gadis itu terlihat cantik apalagi tambahan soflen yang makin membuat wajahnya bak boneka.
" lo.. kenapa telat.? nyerang anak pesawat lagi.? " tanya Arsana melirik Alex
" Garuda Na." koreksi Alex. Sma Garuda merupakan musuh bebuyutan Sma Cakrawala. memang mereka tak pernah akur apalagi di Garuda dipimpin oleh Axel Brady Maheswara. lelaki kejam , brutal dan tak segan - segan melukai setiap orang yang mengusiknya bahkan lelaki itu tak segan - segan melukai seorang wanita jika berani mengusik ketenangannya.
"sestttt.... sakit ya.?" ringis Arsana memegang pelipis Alex yang terluka dan ada lebam diwajah lelaki itu.
" iyalah, namanya aja main pukul - pukulan." hahhh Arsana menghelah napas mendengar ucapan Alex yang segitu entengnya, matanya juga melirik kearah sebelah Alex dan menemukan Chandra , Arion, Hisyam dan Althaf. keempat laki - laki itu adalah sahabat dekat Alex dan tentu saja satu kelas dengan Arsana dikelas bobrok.
mereka berempat cengengesan menoleh kearah Arsana yang sudah melotot mendengar kelakuan mereka pagi ini, menyerang Sma Garuda, "kayak gak ada waktu lain". gerutu Arsana.
"yakelah Na, kita itu gak sengaja ketemu banci Sma Garuda dijalan makanya kita serang." celetuk Hisyam.
"lagian mereka yang mulai." balas Chandra ketus.
" Hasyim kalo kalian gak bales gak bakalan kayak gini juga hasilnya."
"yaa, rugi dong kalo gak bales Na, gimana sih.?" kesal Althaf.
" Hisyam Na Ya Allah, ngapa Hasyim mulu sih.!" protes Hisyam kepada Arsana, karena Arsana suka susah menyebut namanya.
" heheh iya maaf Hasyim."
" Hisyam.!!"
" udeh bagusan Hasyim, lucu nyebutnya kalo dipanjangin."
"emang gimana boss..?" timpal Chandra.
" Haaaaassyiimmmmm..." Alex menyebutkan nama Hisyam sambil meragakan layaknya orang bersin sontak semua anak yang disana tertawa melihat tingkah ketua geng Danger yang lawak parah, kecuali Hisyam yang merengut kesal.
" terlalu meremehkan ." ucapan sarkas Kalilah makin membuat mata Abraham menggelap karena melihat interaksi Arsana dengan geng gak jelas itu menurut Abraham.
"DIAM.!!" semua murid terdiam mendengar suara menggelegar milik Abraham. dengan cepat Abraham mendekati Arsana yang sedang tertawa itu dan menarik tangan Arsana mengakibatkan sang empuh tertoleh kearahnya sedangkan Alex sudah melotot melihat kelakuan sang ketua osis terhadap sahabatnya.
"lo..! ucapan Abraham tertahan melotot melihat wajah Arsana yang sangat dekat dengannya kali ini karena tangannya meremas tangan Arsana terlalu kuat mengakibatkan rintihan keluar dari bibir gadis itu.
Abraham mengernyit melihat wajah Arsana yang menahan sakit. " kalian para siswi saya hukum membersihkan perpustakaan saat pulang nanti.!"
" dan untuk semua laki - laki lari keliling lapangan sepuluh kali.!" teriak Abraham kemudian meninggalkan lapangan. ada apa dengannya .? batin Arsana.
" hapus make up lo, gue gak mau tau.!" ucapan Kalilah sebelum meninggalkan lapangan membuat Arsana terdiam. bagaimana jika semua ketahuan.? bagaimana dengan luka - lukanya .?
" gadis murahan." ucapan menohok Regan menyadarkan Arsana kembali kedunianya , wajah itu menoleh kearah Regan yang sudah melangkah jauh itu.
kenapa semua orang membencinya tanpa tau apa yang ia rasakan selama ini.?
........................
"Arsana dari mana saja kamu.?" tanya Guru biologi yang sedang mengajar dikelas nya.
"dihukum dilapangan Pak." jawab Arsana kemudian setelah sampai dikelasnya dan duduk dibangku paling ujung dekat jendela bersama dengan Laras.
" karena telat." ucap Arsana karena melihat sang Guru menaikkan satu alisnya dan kemudian Pak Jon kembali melanjutkan bahasannya.
" syutt udah makan.?" Laras khawatir melihat wajah pucat Arsana. Arsana mengangguk dan tersenyum membuat sahabatnya itu juga tersenyum.
" Ras, gue disuruh hapus make up." lirih Arsana membuat Laras melototkan matanya menoleh kearah Arsana langsung menyentuh pipi tembam itu.
"terus gimana dong,? luka - luka lo.?"
"sebenernya dipipi lukanya udah ilang, cuma yang disudut bibir sama .." Arsana menyibakkan poninya , Laras sontak langsung menutup mulutnya syok.
" gimana bisa Na.?"
" kepentok meja karena semalem Ayah marah banget sama gue. "
" kepentok apa dipentokkin.?" sarkas Laras
" trus luka ini.." Arsana menunjukkan luka dipergelangan tangan kanannya seperti luka irisan.
"lo.. ngiris tangan lo lagi.?"
" bukan bego.! ini tuh gara - gara kena besi kursi meja makan jadi kegores ."
" kenapa gak dibalut plester sih.?"
" mana sempat keburu telat."
"yeee ni anak dibilangin." Laras menoyor kepala Arsana gemas melihat tingkah sahabatnya ini yang ssesantai itu membahas luka. Laras menghelah napas lelah , tapi ia cukup bahagia Arsana terbuka kepada nya dan tak menyembunyikan apapun pada Laras. ia merasa menjadi sahabat yang dipercaya.
" ARSANA ... LARAS .!! " panggil Pak Jon mengingatkan karena mereka sedari tadi berisik. Guru yang sering dipanggil Pak Jon-tor ini memang sedikit baik kepada murid, jika murid nya tak mendengarkan pelajarannya dengan ia akan menegur dulu dan barulah ia akan tegas jika tetap berulah.
" heheh iiya pak , maaf."
" yaudah nanti hapus make upnya bareng gue, trus luka lo biar kita tutupin pake foundation aja, gak usah pake bedak." bisik Laras kembali fokus kedepan Arsana mengangguk kemudian menyiapkan buku - bukunya untuk belajar.
..............
kring.......
belll istirahat berbunyi dengan cepat Arsana dan Laras membereskan buku mereka dan tak lupa membawa pout yang isinya adalah alat make up Arsana, tentu saja ia membawa itu semua dengan alasan.
saat dau sahabat itu berjalan dikoridor tak sengaja mereka bertemu dengan para osis yang berjalan berlawanan arah dengan mereka, mereka yang menuju toilet sedangkan para anak osis yang Arsana tebak menuju kantin. hmmm emang ya damage anak - anak pinter tuh beda apalagi pada ganteng dan cantik.
mereka sempat tersentak apalagi saat ini Arsana memegang pout make up. Ya Tuhan tolong Arsana.
" liat si ratu menor mau benerin make up ya.?" sarkas Regan saat mereka sudah ada didepan para osis sombong ini. dan dirombongan mereka juga ada Shalom, jika sudah ada gadis itu Arsana tak dapat melakukan apa - apa, takut gadis itu mengaduh kepada ibunya dan berakhirlah Arsana didalam gudang kembali. ia tak mau!
"minggir.!" ketus Laras melindungi sahabatnya dan memeluk Arsana dari samping kemudian berusaha menyingkir dari rombongan itu.
"udah gue bilang hapus make up lo.!" ucap Kalilah sedikit meninggi dan mengakibatkan beberapa anak - anak yang masih dikoridor melihat kearah mereka.
"Gu-- gue..."
" alahh bilang aja lo mau nyabe, lo kan jelek kalo tanpa make up. gak bisa ngegoda Abraham apalagi Alex. sadar diri napa lo itu makhluk rendahan, gak pantes sama cowok populer disma ini.!" ucapan pedas Shalom membuat Arsana melihat kearah gadis itu berkaca - kaca. walaupun selama hidupnya ia mendapat ucapan pedas dari Shalom, tetapi Arsana tetap menganggap Shalom saudaranya mau bagaimana pun apalagi ucapan ini sangat menusuk baginya, bahkan ia tak peduli ucapan orang lain tapi... ini keluarganya sendiri yang tau dirinya luar dalam.
" jalang, pantesnya sama Om - Om diluar sana." anggota osis lain menimpali.
" jalang.!" Regan mendekat dan membisikkan kata - kata itu, membuat Arsana geram dan hendak menampar wajah yang sudah menjauh itu tapi tangannya hanya sampai diudara karena Abraham laki - laki itu menghentikkannya dan menatap nya tajam seolah disini Arsana yang salah.
" ikutin peraturan sekolah , hapus make up lo kalo lo gak mau dikatain jalang.!" kata itu terucap dari mulut Abraham tentu saja membuat Arsana terdiam dan melayangkan tatapan kecewa yang kentara, mata indah itu tertutup soflen hitam dan tetap saja Abraham masih bisa melihat mata itu berair dan memerah menahan amarah.
" mau gue make up an atau gak itu bukan urusan kalian sampai bisa ngatain gue jalang.!" ucap Arsana tajam kemudian melepaskan tangannya yang masih digenggam Abraham dan berlalu dari sana .
"kalian... gak tau apa - apa anj***.!" teriak Laras kepada Abraham dan lainnya kemudian menyusul Arsana yang sudah berbelok diujung koridor.
Abraham terdiam dan memandang tangannya yang mengenggam tangan Arsana tadi , ada sedikit bercak darah ditangannya, darah Arsana kah.?
" udahlah ayok, gak usah dipikirin tuh anak bandel." ucap Regan merangkul bahu Abraham.
"jalang tetep aja jalang.!" sarkas Kalilah membuat Abraham yang mendengarnya menatap tajam gadis itu.
" gak usah ngatain orang lain jalang, kalo lo gak tau apa- apa tentang dia." ketus Abraham berlalu dari hadapan mereka.
"Abraham kenapa sih." tanya Shalom heran.
" awas aja lo jalang.!" batin Kalilah.
tobe continued*
lanjut.?