BAB 4 : ANTARA SAKIT DAN BAHAGIA
"Kata orang cara mencintai paling baik adalah dengan melihat dia bahagia kamu akan ikut bahagia, walaupun terkadang pilihannya membuat dirimu merasa sakit.."
....................
Arsana mengelap meja dengan semangat setelah membersihkan dari sisa - sisa pelanggan dicaffe itu, akhirnya diterima dan bisa langsung bekerja. bahagia itu ketika selalu berduaan dengan dia .. batin Arsana sembari senyam senyum gak jelas membuat Abraham yang memperhatikannya sedari tadi mengernyitkan dahinya . aneh pikir lelaki itu.
" ehemm.." Arsana berdehem kearah Abraham yang sedang membersihkan gelas - gelas dari sisa air yang masih melekat digelas tersebut setelah dicuci. lelaki itu hanya menaikkan astu alisnya menoleh kearah Arsana.
" Abram sudah lama kerja disini.?" tanya nya sok akrab. krik krik Abraham hanya diam melanjutkan pekerjaannya.
"ehemmm... Abram kita nanti pulang jam berapa.? " tanya gadis itu lagi. masih dengan keterdiaman Abraham membuat Arsana memayunkan mulutnya. berasa kayak setan gak dianggap ada. hik sedih batinnya.
" Abraham kamu udah makan belum.?" kali ini suara Arsana lebih kencang dari sebelumnya.
" udah." akhirnya dijawab juga.
" tapi aku belum, nanti kita makan bareng yuk.!" ajak Arsana dengan senyum lebar.
" udah kenyang." jawab laki - laki itu kemudian beralih melayani pelanggan yang datang, Arsana terdiam melihat pemandangan itu. hisss tidak boleh menyerah yaa...!!
Arsana hanya bisa menghelah napas dan masuk kepantri sedikit membantu Abraham dan beberapa menanyakan hal - hal yang harus ia pelajari, masih dengan sikap dinginnya Abraham hanya akan menjawab dengan beberapa kata saja seperlunya. kalau ngomong bisa menghemat duit Abraham sudah pasti banyak tabungan ini. pas kecil diajarin ngomong gak sih ni anak. kesal Arsana membatin.
"ehemm, gue ganggu gak.?" tanya seorang gadis yang Arsana tak tau siapa. mungkin pegawai dicaffe pasalnya seragam mereka sama dan gadis itu cantik dengan rambut dicepol dan seragamnya yang erhhh sangat pas dibadan gadis itu serta apron yang diikatkan dipinggang dengan jeans robek hitamnya yang dimata Arsana terlihat keren.
lalu bagaimana dengannya yang memakai seragam kebesaran menenggelamkan siku tangannya dan berasa seperti bocah SD, mana masih memakai rok Sma lagi.
hmmm menyebalkan, siapa pula yang memberi seragam ini kepadanya. besok - besok ia pastiin baju ini akan pas ditubuhnya biar Abraham tak berpaling ke gadis yang sialnya cantik ini.
" enggak .!" jawab Abraham membuat Arsana melihat kearah lelaki itu dan kedua nya terlihat tersenyum dan Arsana merasakan jantungnya runtuh seketika, bahkan lelaki itu tak pernah tersenyum padanya.
" ehem.." deheman Arsana membuyarkan acara pandang memandang insan dua didepannya ini.
"ehh anak baru ya.?" tanya gadis itu, Arsana mengangguk mencoba ramah yaa kan masih anak baru gak boleh jutek.!
"Arsana Arumi, panggil aja princess.!" ucap Arsana mengulurkan tangannya kearah gadis itu.
"hehe kamu lucu. aku Davina Anastasyiah, panggil Vina aja." ucap gadis tersebut menerima uluran tangan Arsana dan tersenyum lebar.
"panggil Arsana aja, gue bercanda tadi ."
" lagian gak cocok dipanggil princess." ketus Abraham dengan wajah datarnya.
" hehe gak papa, kamu imut banget. masih smp ya.? kok udah kerja sih.?" ucap Davina emmbuat Arsana melotot dan Abraham mengulum hampir menyemburkan tawanya.
"ck gak liat apa ini rok abu -abu, gue udah Sma kali.!" decak Arsana menunjukkan rok nya dibalik apron.
" oh maaf gak keliatan soalnya, lagian kamu kayak anak kecil. mana imut tembem gitu." Davina terkekeh kemudian matanya beralih ke Abraham dan menyodorkan sesuatu yang sedari tadi dipegang gadis itu.
" ni makan, aku tau kamu belum makan kan. aku bawakin dari rumah bauatn aku sendiri semoga suka. " Abraham menerima bekal tersebut sembari tersenyum dan mengatakan terimakasih tak lupa mengusap kepala Davina kemudian tanpa mengucapkan apa - apa lelaki itu pergi meninggalkan mereka berdua naik lantai atas dan masuk keruangan entah ruangan apa pikir Arsana.
Arsana yang melihat pemandangan itu tak mampu berucap apa - apa matanya berkaca - kaca dan segera ia menaikkan pandangannya agar air mata itu tak turun ke pipi kemudian pamit ketoilet yang diangguki oleh Davina.
ditoilet gadis itu memandang dirinya, apa memang ia tak ditakdirkan untuk dicintai.? kenapa semua orang - orang membenci dirinya kecuali sahabatnya itu. jatuh juga air mata itu ke pipi mulus Arsana dan menangis sembari membekap mulutnya agar saura tangisasn itu tak terdengar . " Ibu...Ayah... Arsana capek! Arsana mau ikut Ayah sama Ibu aja ..hiks "
setelah hampir sepuluh menit Arsana menenangkan hatinya, toh pemandangan tadi tak seberapa sakit selama ini, sebelum janur kuning melengkung Arsana akan tetap mengejar Abraham dan menarik perhatian laki - laki itu, hingga sampai saat dirinya tak sanggup barulah ia rela melepaskan lelaki itu.
Arsana kembali kedalam caffe dan jantungnya berdenyut melihat pemandangan didepan matanya , disana Abraham terkekeh sangat tampan batinnya mendengar candaan Bang Raihan dan Davina . hmmm Arsana menghelah napasnya dan berjalan seolah tak terjadi apa - apa.
langkah nya menuju meja paling ujung, disana ada bekas pelanggan dan ia akan membersihkan itu demi menutupi matanya yang sembab kemudian beralih keapur menemui beberapa chef disana.
" Arsana, mata kamu kenapa.?" tanya salah satu chef yang Arsana kenal saat perkenalan tadi bernama Imam.
" gak apa - apa kok Bang, tadi cuma kelilipan. " jawab Arsana pelan dan hendak mencuci piring kotor tersebut.
" mau ngapain.?" tanya ketua dapur disana
" nyuci piring Bang." jawab Arsana dengan polosnya.
" hehe gausah , ntar dicuci Imam tuh, ini bukan kerjaan kamu."
" ehhh gak papa Bang, daripada gak ada kerjaan."
" gak gak , ntar tangan mungil kamu merah - merah gak biasa kena sabun."
" kata siapa, aku ser-"
" siapa suruh lo masuk kedalam kitchen.?" Arsana terdiam dan menunduk takut memandang wajah dingin Abraham yang sudah berdiri diambang pintu dapur, laki - laki itu sudah melotot garang.
" aku cuma mau nyuci piring Bram...." jawab Arsana pelan membuat Abraham menarik napasnya dan menyeret gadis itu kedepan.
" tugas lo didepan temenin gue."
"ehh.?" Arsana menolehkan wajahnya memperhatikan Abraham.
" temenin gue melayani pelanggan, gak usah mikir lain.!" ucap Abraham dingin dan menatap kedepan pintu caffe. Arsana hanya terdiam dan membantu Abraham dan... gadis yang membuat Abraham tersenyum tadi, Davina.
dibalik pantri yang terlihat seperti sebuah bar drink minuman dengan berbagai menu, seperti minuman booba, milkshake, jus dan tentu saja coffe ala barista. dan yaa pemandangan Abraham saat tanagn kekar itu mengolah kopi - kopi membuat Arsana makin dibuat mabuk kepayang. kok ganteng sih .?
" minggir.!" ketus Abraham menyingkirkan badan Arsana dari tempat cup - cup minuman, karena Abraham hendak membungkus minuman pelanggan.
" kalo gak niat kerja , mending gak usah. " sarkas lelaki itu membuat Arsana mengerjabkan matanya dan segera menanyakan pelanggan didepan.
" mau pesan apa kak.?"
" saya mau milkshake coklatnya 1 sama americano nya 1 ya yang dingin." ucap pelanggan tersebut Arsana mengangguk dan mencatat pesanan orang itu.
" langsung bayar ya kak." lanjut gadis itu kemudian melakukan transaksi kepada pelanggan itu. sesekali ia mendengar suara ketawa dan bercengkrama dari Abraham dan Davina disampingnya. sakit sekali rasanya... huuu harus semangat demi uang , bahkan gadis itu lupa untuk memakan sesuap nasi hari ini.
gak papalah gak terlalu sakit juga perutnya gak sesakit melihat dua orang yang sok romantis dibelakangnya ini.
aishhhh menyebalkan.....
..................
jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, caffe tutup dan Arsana segera mengganti baju kerjanya dengan baju seragam sekolah nya kembali.
" astagaaaa.... lupa ngabarin!" gumam Arsana prustasi dan menepuk kepalanya.
" haduhhh gimana ini.?" Arsana cepat - cepat keluar dari ruang ganti karyawan dan melihat kedalam caffe yang sudah ditutup itu, kemudian matanya celingak - celinguk mencari Abraham karena niatnya mau nebeng, biar cepet sampai rumah yakan.
" ehhh Bang, liat Abraham gak.? dia kok udah ngilang aja perasaan tadi masih duduk disitu." Arsana menarik tangan Imam bertanya .
" lah, si Abram mah udah pulang daritadi bareng Vina." ucapan Imam membuat Hati Arsana serasa diremas. huuu lagi - lagi kecolongan batinnya.
" yaaa... yaudah deh.!"
" mau bareng .?" tanya Imam melihat Arsana menunduk lesu.
" gak deh Bang, gak mau ngerepotin. "
"mana ada ngerepotin ."
" ehh gak usah bang, Aku pulang sendiri aja lagian masih jam 8 gak malem - malem amat."
" oh yaudah hati - hati dijalan kamu.!" Imam menganggukkan kepalanya kemudian berjalan keluar yang disusul Arsana , setelah Imam pulang menggunakan motor maticnya , Arsana menunduk lesu berjalan sampai kehalte bus.
perut yang sedari tadi tak diisinya meronta minta diisi, "hmmm sabar ya perutku yang mungil, bentar lagi sampe rumah kok." gumamnya sembari melihat - lihat beberapa kendaraan yang melaju duduk dihalte menunggu bus tujuan daerah rumahnya datang, tapi sejak setengah jam lalu bus tersebut tak kunjung datang, apalagi malam tampak seperti gelap gulita terlihat mendung dan angin kenjang mennerpah wajahnya membuat rambutnya bertebrangan .
dengan gelisah Arsana memilih berlalu dari halte dan berlari kearah rumahnya, gawat kalau sampe hujan dan ia tetap dihalte. ibunya akan mengamuk dan sasaran wanita itu tubuh nya ini.
Arsana berlari digelapan malam, walaupun ada beberapa orang yang juga berlari menghindari cuaca yang nampak nya akan hujan. namun langkah kaki kecil itu tersandung batu karena mata nya yang tak sengaja menangkap bayangan hitam dibalik gedung kosong tersebut membuat ia tak fokus kedepan dan akhirnya terjatuh ditrotoar jalan .
tes tes tes....
langit sudah menumpahkan airmatanya membuat Arsana tersentak dan hendak berdiri namun sayangnya kakinya tak sanggup untuk berdiri dengan cepat dan berlari lagi, rasanya sangat sakit.
ia merasakan sakit yang luar biasa .. terduduk trotoar dengan luka dan badan yang sudah basah kuyub. bahkan suara hujan menyamarkan suara tangisnya. " tolong bu, ibu... sakit hiks." gumamnya lirih sambil menunduk meremas jantungnya yang tercekat tak lupa perutnya yang sedari tadi melilit.
selang beberapa menit berdiam disana ia merasakan ada seseorang yang menghampirinya dan tetesan hujan juga tak terasa lagi ditubuhnya sontak membuat kepala gadis itu melihat keatas apakah hujan sudah redah.? memastikan penglihatannya benar - benar jelas memandang keatas, matanya membulat melihat Abraham berdiri disamping nya dengan memegang sebuah payung transparan melindunginya dari tetesan hujan.
laki - laki itu hanya berwajah datar memandang Arsana yang mengenaskan duduk ditrotoar tersebut. Arsana dengan cepat menunduk malu sekali rasanya.
"bangun.!" ucap laki - laki itu datar. Arsana hanya diam hingga ia merasakan tubuhnya melayang , Abraham mengangkat tubuh itu dan memasukkan nya kedalam mobil yang terparkir dijalan pinggir trotoar tadi. kok dia gak tau ya.? Abraham hanya diam dan masuk kemobilnya kemudian.
"di mana alamat lo.?" Arsana menunduk malu dan mengucapkan alamatnya lirih, tapi tidak dengan detail rumahnya, gadis itu menunjuk tempat lorong kompleknya dan menyuruh Abraham stop dipertigaan dekat komplek rumah nya itu, ia takut Abraham mengetahui hubungannya dengan Shalom. bisa jadi kan kemarin Abraham mengantar Shalom pulang kerumahnya.
karena Abraham laki - laki berhati dingin sehingga ia menuruti ucapan Arsana, ia menghentikan mobilnya dipertigaan dekat komplek rumah mewah tersebut, yang ia tau Arsana adalah anak dari orang kaya si dan jangan lupa sifat manja gadis itu. jadi tak heran alamat gadis itu menuju perumahan konglomerat.
Abraham tipe orang yang malas ikut campur urusan orang lain, ataupun ingin tahu hal pribadi orang lain jadi ia tak menanyakan perihal Arsana yang ingin diturunkan di pertigaan komplek tersebut.
" makasih buat tumpangannya Abram." ucap Arsana kemudian membuka seatbelt dan keluar dari mobil tersebut, Abraham hanya diam dan menekankan klakson kemudian berlalu dari pandangan gadis tersebut.... Arsana hanya bisa menghelah napas melihat perlakuan Abraham yang dingin padanya.
dengan berjalan pincak gadis itu menuju rumah nya dengan pelan, yaa karena kakinya masih terasa sangat sakit, dan juga luka robek dikedua lututnya. biarlah hari ini menjadi cerita baginya demi sebuah uang untuk mencukupi hidupnya. miris sekali tinggal di rumah mewah tapi gak ada pegang duit, makan aja enggak . dengan wajah pucat gadis itu sampai dirumahnya.
tobe continued*