Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 3 : MELAMAR KERJA

sesuai kesepakatan setelah pulang sekolah Arsana harus membersihkan toilet cewek lantai dua. badannya terasa remuk dan sakit semua, belum lagi kurang tidur. dengan malas malasan Arsana mengambil peralatan kebersihan kemudian memasuki bilik - bilik toilet. memebersihkan semua sudut toilet dan kaca besar yang ada didalam toilet tersebut, walaupun toilet nya sudah sangat bersih tetap saja para guru dan anak osis memanfaatkan toilet untuk bahan hukuman. tidak elit sekali.!

saat hendak keluar setelah menyelesaikan pekerjaannya Arsana dikejutkan dengan laki - laki jangkung bertubuh atletis yang sialnya sangat tampan. siapa lagi kalo bukan Abraham.

"astafirullah, ngagetin njir." seru Arsana mengelus dada nya kaget, ni orag udah kaya hantu tiba - tiba aja nongol.

"sudah istigfar trus ngumpat." gumam laki - laki itu membuat Arsana meringis.

" sudah.?" Arsana mengangguk kemudian wajahnya cengok saat melihat sikap Abraham yang tiba - tiba pergi begitu saja setelah bertanya padanya dan tangannya sibuk menulis dibuku hitam itu sambil berjalan.

" ebuset nanya gitu doang, kagak ada inisiatif nganter pulang gitu." celetuk Arsana disamping Abraham setelah berusaha mengejar langkah besar sang pujaan hati.

" nggak."

" gak mau nraktir aku makan diluar gitu, itung - itung sedekah sama aku.?"

" nggak."

" aku belom makan lo."

" bukan urusan gue."

" beneran gak--'

" bisa diem!" mata itu melotot garang menghadap Arsana kemudian menuju langkah besar laki - laki itu menuju parkiran dimana letak motor besarnya berdiri dan... ada seorang cewek disana. Shalom.? hati Arsana mencelos melihat pemandangan itu, mata nya berkaca - kaca .

kenapa bisa sesakit ini, jika cewek lain sudah pasti dapat labrakan Arsana karena sudah berani mendekati calon masa depannya tapi... gadis itu tak bisa berbuat apa - apa jika menyangkut keluarganya. dengan lemas Arsana melanjutkan jalannya.

Abraham menaikkan motornya dan melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan Arsana yang sudah berada didekat gerbang sekolah, mata lelaki itu sedikit melirik ke arah Arsana yang tiba - tiba menunduk tak melihat nya lagi, biasanya juga cewek yang mendekatinya mendapat dampratan dari gadis bar - bar itu tapi kali ini tidak. udah sadar mungkin kalau Arsana bukan apa - apa dibanding shalom. batin Abraham menenangkan pikirannya.

**********

disepanjang trotoar ini Arsana hanya berjalan pelan sembari memikirkan bagaimana cara mencari uang, hahhhhh uang tabungannya sudah menipis. apalagi akhir - akhir ini Ibu memotong uang sakunya sudah pas-pasan dipotong lagi, terpaksa Arsana tidak pergi makan dikantin, ia lebih memilih menahan lapar nya tapi terkadang Laras dengan senang hati menraktirnya.

yaaa Laras adalah satu - satunya orang yang tau tentang keadaannya.

" apa aku cari kerja aja ya, part time kan lumayan buat ngumpulin uang . " gumam gadis itu dalam kesendiriannya. tiba - tiba matanya melihat - lihat deretan cafe dan juga toko - toko lain disepanjang jalannya ini.

mata nya berbinar saat melihat Abraham .. ehhh Abraham.? bukannya Abraham anak dari keluarga kaya raya, terkaya malah kok bisa.? apa laki - laki itu kekurangan uang.?

laki - laki itu terlihat sedang menyajikan sebuah minuman disalah satu meja tamu di cafe ini.

"Double A caffe" eja Arsana, tiba - tiba mata nya membola melihat pengumuman didepan jendela kaca caffe tersebut.

dibutuhkan pegawai part time bla bla bla.......

dengan girang Arsana memasuki caffe tersebut dan berjalan menuju pantri yang tepat berada didepan setelah membuka pintu caffe tersebut.

TING....

bunyi dentingan bell pintu saat pintu terbuka dan Abraham laki - laki yang sedari tadi menunduk menegakkan kepalanya dan mata hitam sekelam malam itu menangkap siluet gadis dengan senyum ceria berdiri didepannya. dengan wajah datar Abraham memandang Arsana sembari menaikkan sebelah alisnya.

" ada yang bisa saya bantu.?" bukannya menjawab Arsana malah celingak - celinguk membuat Abraham mengernyitkan dahinya.

" mau pesan apa.?" ucap nya lagi tapi Arsana masih memperhatikan keseliling bahkan meja pantri ini sebatas bahunya ia berusaha menjinjit untuk melihat ke arah belakang Abraham.

" kalau tidak ada yang mau dipesan, silahkan menyingkir ada antrian dibelakang anda." Arsana tersadar dan mengerjabkan matanya menoleh kebelakang dan benar saja ada beberapa antrian dibelakangnya. hmmm memalukan batin Arsana.

Arsana menyingkir dari antrian, dan memperhatikan para pembeli yang sebagian dari kalangan perempuan. huuu bahkan mereka terang - terangan memandang wajah tampan lelakinya . ehh? ada juga yang menggombal padahal gombalannya receh tak sekeren yang sering Arsana lontarkan kepada Araham. batin Arsana kesal

Arsana juga yakin 99 persen mereka membeli bukan karena menyukai minuman nya tapi menyukai penjualnya. huu dasar!!

" Ehemmm!" deheman dari sebelah kananya membuat ia tersadar dari lamunannya , dan yaa ternyata semua antrian tadi sudah tidak ada lagi, Arsana menoleh dan disana ada wajah datar Abraham yang memandangnya penuh tanda tanya.

" ehemmm " Arsana berdehem menetralkan rasa gugubnya. " gue-- mau-- "

" mau apa.?" tanya Abraham cepat.

" mau kerja disini .? " jawab Arsana cepat. Abraham bahkan tidak mendengar dengan jelas.

"Enggak!"

"please ya... aku -- aku mau kerja gak ada tempat lain yang nerima aku." bohong sekali padahal caffe ini tempat pertama nya melamar pekerjaan."

"lo kekurangan duit.?" sarkas Abraham.

" yeee enggak ..." Abraham menaikkan satu alisnya. bohong lagi, Arsana merasa tak ingin kehidupannya diketahui orang lain, penderitaannya dan segala hal yang ia alamin selama ini, cukup sahabatnya yang menangis mendengar kisah hidupnya jangan ada orang lain. bukan sombong atau apa memang Arsana harus menutup rapat - rapat kisah hidupnya.

" trus alesannya."

" biar bisa mandiri."

" gak nyusahin orang namanya juga mandiri.!" sarkas Abraham membuat Arsana mendelik

" iyaa mangkanya aku mau kerja disini, sekalian cari pengalaman"

" kami gak jual pengalaman."

" ishhhh... please dong ya ya manager kalian mana.?"

" alesan yang tepat baru gue kasih tau." ketus Abraham, huu untung ganteng.

" BIAR BISA JAGAIN KAMU DARI MATA GANJEN TANTE - TANTE KAYAK TADI...!!! puas.? " ucap Arsana cepat dan lantang membuat beberpa tamu yang berada didalam caffe melihat kearahnya.

"alesan lo gak berbobot, lebih baik lo pergi dari caffe ini menganggu ketenangan ."

"please, ya ya ya."

" Enggak. keluar ! pintu keluar sebelah sana." tunjuk Abraham kemudian hendak berlalu dari gadis itu.

" hiks hiks jahat." lirih Arsana pura - pura menangis didepan banyak pelanggan caffe. Abraham berbalik dan hanya diam memperhatikan gadis ini.

" kamu harus tanggung jawab.!!" teriaknya membuat Abraham melotot. semua pelanggan caffe terkejut mendengar ucapan Arsana, apa - apaan gadis ini bisa - bisa ia dituduh berbuat tak senonoh dengan Arsana dan tak mau bertanggung jawab..

"pokoknya harus tangg-hmfpptt..." Abraham membekap mulut Arsana menggunakan tangannya dan menyeret Arsana dari sana dan membawa nya kedalam sebuah ruangan.

" lo--" Abraham kehabisan kata - kata

"please tolongin guee.... gue pengen kerja hiks hiks " lelaki jakung itu menghelah napas jengah memandang keluar kaca ruangan itu pikirannya kacau.

Abraham hanya diam memandang Arsana dengan wajah datarnya , kemudian laki - laki itu mengambil hpnya disaku celana dan menelpon seseorang siapa Arsana tak tau itu. tapi, setelah lelaki itu menelpon masuklah laki - laki lain yang sepertinya lebih tua dari mereka, mungkin sang pemilik.

Abraham kemudian berlalu dari hadapan Arsana dan tinggalah Arsana bersama laki - laki yang menurut manis ini. " silahkan." ajak laki - laki itu menuju sofa dan duduk disana.

" kamu.. serius mau kerja disini.?"

" iii-- iya Pak.!"

" jangan panggil Pak, panggil Abang aja. lagian saya belum tua - tua amat."

"ehmm Bang."

" kamu... satu sekolah sama Abraham ya.? " Arsana mengangguk dan Raihan tersnyum tipis sembari mengulurkan tangannya.

"ohya, nama saya Raihan nugraha. kamu bisa panggil saya Bang Rai seperti Abraham karena kita cuma berjarak lima tahun. kamu...?"

" ehh Arsana Arumi. panggil Arsana aja Bang." Raihan mengangguk kemudian telp genggamnya berbunyi menandakan pesan masuk, setelah melihat pesan itu Raihan tanpa pikir panjang menerima Arsana menjadi karyawan dicaffe tersebut, dan yaa Arsana sudah bisa bekerja hari ini juga jika mau tapi spertinya Arsana tidak menolak. dengan senyum sumringah Arsana menerima seragam caffe tersebut 'akhirnya' batinnya.

tobe continue*

BAGUS GAK YA..? LANJUT ?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel