Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 20 : KEJAM

' CINTA.? SUATU RASA YANG MEMBUAT KAMU MAMPU BERTAHAN SAMA SATU ORANG TANPA BISA MELIRIK YANG LAIN..?JADI APA ITU CINTA.?'

.

.

.

.

.

6 jam sebelumnya...

Arsana berlari menghindari laki - laki itu dengan wajah sembab dan airmata yang tak kunjung berhenti. disepanjang perjalanan ia hanya dipandang aneh oleh orang - orang pejalan kaki pasalnya penampilan gadis itu sangat berantakan dengan wajah sembab dengan baju seragam sekolah.

apa yang terjadi pada gadis itu.? pikir orang - orang yang berlalu lalang.

setelah sampai dirumahnya Arsana dikejutkan dengan beberapa pekerja rumah dimasion tersebut berdiri kaku didapur dan berbaris rapi. ada apa.?

terdengar suara bentakan keras dari dalam disaat kaki itu berada diambang pintu belakang, dan disaat kaki mungilnya melangkah terlihatlah sang pelaku dengan suara kerasnya. Devan dengan mata memerah penuh amarah memandangnya sengit. dan Arsana sudah pasrah jika sudah begini.

"ARSANA.....!! "bentak lelaki itu, Arsana hanya menunduk dalam dan menghampiri sang Ayah.

"Bagus kamu ya.! Anak perempuan gak pulang dan pulang pagi begini.? habis darimana kamu hah.? melac*r.!! dasar anak kurang diuntung ." teriak Devan kencang kemudian menyeret gadis itu kelantai dingin dapurnya.

Devan menghampiri tubuh yang terlempar keras itu yang kini beranjak berdiri, melihat Arsana berdiri Devan menarik wajah Arsana dan menamparnya keras.

Plak

Plak

Plak

lebih dari satu ataupun dua kali tamparan kencang lelaki paruh baya itu tmelayang dipipi mulus Arsana, perih dan kebas terasa amat menyakitkan bahkan bibir gadis itu sudah tak bisa digerakkan karena perih akan sobekkan disudut bibirnya.

Arsana bahkan terlempar kelantai dapur yang dingin itu kearah kanan dan sakit yang dirasakan, tak mampu membuatnya berdiri kembali.

Arsana menangis dalam diamnya. Ia sudah pasrah tak ingin membela diri, bahkan ia bingung mengatakan alasan apa kepada sang Ayah.

ini merupakan kesalahan diri nya sendiri pikir gadis itu, wajar sang Ayah khalaf dan kehilangan kewarasannya ketika dihadapankan dengan anak gadisnya pulang dipagi hari dengan sebelumnya tak menampakan batang hidung nya sama sekali.

"mau jadi apa kamu.?"

"JAWAB SIALAN...!!"

"A-Ayah...." lirih gadis itu pelan karena sang Ayah kini menjambak rambutnya sehingga tubuh tak berdaya gadis itu ikut berdiri. tak ada lagi tenaga untuk sekedar berdiri tegap.

Plak

tamparan kembali melayang dipipi yang sudah membengkak itu, Devan melepaskan Zipper nya dan melayangkan benda itu ditubuh Arsana.

Akh.. teriakkan tertahan para asisten rumah tangga tersebut makin membuat suasana muram, satu dua tiga lebih dari tiga kali Devan memukulkna benda laknat itu ditubuh tak berdaya Arsana dilantai dingin.

Sonya dan Shalom hanya diam memperhatikan Arsana tanpa niat menghentikan sang kepala rumah tangga tersebut.

"inilah akibat lo berani menjadi jalang sejak dini." batin Shalom, gadis itu menyeringai dengan tatapan penuh arti terhadap Arsana.

Arsana semakin merasakan panas ditubuhnya dan kepalanya sudah terasa berat juga perih diskujur tubuhnya sangat menyakitkan membuat pandangannya memburam dengan airmata mengenang serta sobekan dipunggungnya yang terasa berdenyut.

"Arsana..... sekali lagi kamu berbuat fatal. Ayah tak segan - segan akan menyiksa kamu lebih dari ini. cukup sekali ini Ayah lihat kamu tak pulang kerumah. jangan permalukan keluarga Widjoyo. mengerti!!" bahkan nama itu tak lagi tersemat diujung namanya, lalu kenapa Devan semarah ini saat dirinya tak berada dalam penglihatan lelaki paruh baya itu. pikir Arsana miris.

Atau memang sesuatu kesalahan kecil bisa menjadi alasan sang tuan rumah menyiksa nya sampai puas, atau sang tuan rumah memang mencari sebuah pelampiasan untuk melampiaskan segala kekesalan kepada sesuatu hal yang walaupun Arsana sama sekali tak mengetahui nya.? Tuhan inikah jalan hidup seorang Arsana..?

'Ibu Ayah bawa Arsana pergi...'

Arsana tak sanggup lagi bertahan dan tubuh ringkih itu mulai terkulai lemas dilantai tak sadarkan diri.

"bawa gadis itu kekamarnya.!" perintah Devan kepada asisten rumah tangganya.

Tikno dengan langkah cepat merengkuh tubuh itu dan membawa nonanya kekamar. saat telah sampai dikamar gadis itu ratih yang ingin mengobati nonanya itu dihentikan oleh sang nyonya besar.

"Bik, biar saya aja. kamu tolong ambilin air sama perasan jeruk nipis.!" perintah Sonya dengan nada tegas.

"hiks... jangan Nyonya, kasian non Arsana. saya mohon Nyonya jangan siksa Non Arsana lagi."

"saya suruh kamu bawain apa yang saya bilang tadi, bukan suruh kamu nangis.!" teriak wanita paruh baya itu kencang.

"Nyo-nya... saya mohon jangan sakitin Non Arsana , saya bawakan p3k saja bagaimana.?"

"kamu membantah saya.? HAH.! cepat bawakan air dan perasan jeruk nipis atau kaluarga kamu akan menanggung akibatnya."

Bik Ratih tak dapat berbuat apa - apa, ia sudah pasrah jika sang Nyonya sudah membawa - bawa keluarganya, ia tau bahwa ucapan sang majikan adalah mutlak dan tak dapat dianggap enteng.

dulu pernah saat seperti ini juga ia berusaha melindungi Arsana maka keluarga nya akan mendapatkan hasil dari pembelaannya terhadap nonanya ini.

mereka diusir dari rumah dan terlantar bahkan anak satu - satunya mengalami kecelakaan murni disebabkan majikannya ini. untung anaknya mendapatkan perawatan itensif karena Ratih bersedia kembali dan berjanji untuk tidak menghalangi perlakuan majikannya.

"semoga kamu baik - baik saja nak." lirih Bik Ratih melihat Arsana berteriak histeris saat sang Ibu membersihkan luka - luka nya menggunakan air jeruk nipis, bagai disayat perihnya membuat Arsana berontak terbangun dan menangis kencang.

kejadian seperti ini sudah menjadi pamandangan para pekerja seperti mereka sejak dulu.

"hiks .. hiks Bu.. kasian Non Arsana" gumam Anisa memeluk ibunya tak tega mendengar teriakkan Arsana.

Anisa adalah anak satu - satunya Ratih ia ikut tinggal bersama Ratih dirumah besar ini dan pemandangan penderitaan Arsana sudah menjadi hal yang setiap hari dilihatnya.

Anisa cukup akrab dengan Arsana karena gadis penyendiri itu selalu terlihat pendiam dirumahnya sendiri dan Anisa yang sudah dianggap adik bagi Arsana sealu menghibur gadis itu.

"sa- sakit Bu, Berhenti... Arsana mohon hiks hiks periiiihhhh.." tangisan dan keluhan Arsana bagaikan alunan yang membuat Sonya makin gencar membaluri luka - luka itu dengan air laknat bagi Arsana.

sudah sejak kecil ia sering membersihkan luka Arsana menggunakan perasan jeruk nipis. sungguh kejam.

"jangan cengeng Arsana , ini memudahkan luka mu cepet sembuh . hihi..!" ucap Sonya kemudian berlalu setelah membersihkan luka Arsana tanpa membalut luka itu dengan kapas dan obat luka.

akibatnya Luka yang diperoleh gadis itu semakin memerah dan berair terkena air laknat itu, membuat sang empuh menangis dalam tidurnya.

untung hari ini adalah hari minggu maka ia berniat memejamkan matanya dan kembali bekerja jam 3 sore nanti. tak berniat beranjak dari kasurnya Arsana sudah terlelap menutup matanya guna menghindari rasa sakit yang dirasakannya saat ini.

merasakan perutnya meronta minta diisi Arsana dengan pelan bangkit dan berjalan menuju kamar mandi guna membersihkan dirinya. tak lama a dengan hati - hati dan pelan membersihkan sendiri lukanya tanpa membalut luka itu karena akan semakin memperparah jika luka tersebut ditutup.

setelah selesai gadis itu bersiap untuk bekerja. sebelum bekerja Arsana menuju dapur untuk makan, setelah selesai Arsana kini bersiap berangkat dengan tak lupa baju lengan panjangnya dan topi serta masker untuk menutupi semua luka - luka nya.

meskipun dengan langkah gontai Arsana tak mau melewatkan tugas nya untuk bekerja, karena jikapun ia dirumah saja akan semakin membuatnya tertekan dan lemas. lebih baik bekerja sekedar melupakan apa yang sudah terjadi hari ini.

hatinya sedang tak baik - baik saja saat ini .

..................

back to topic.....

" Abram..? Bunda ga maksud bikin Arsana tertekan." Lirih Thania memperhatikan Arsana di ruangan pribadi Abraham.

" Abraham juga gatau kalo bakal jadi kayak gini."

"emang apa yang terjadi sama Arsana .?"

"Abraham masih mencari tau Bun, Bunda tenang aja."

"Abraham astaga................" kaget wanita dewasa itu ketika melihat banyak lebam diwajah gadis yang sedang terbaring itu setelah melepas masker dan topi Arsana.

Abraham ikut terkejut dan sontak memeriksa wajah Arsana dan memperhatikan disetiap luka diwajah Arsana, Abraham juga membuka lengan baju panjang yang dikenakan gadis itu. entah alasan apa Arsana hari ini menggunakan baju lapis panjang saat bekerja dan benar saja ada luka gores dan robek dilengannya.

Abraham berpikir ingin membuka baju itu dan memeriksa adakah luka ditubuh Arsana , namun niatnya berhenti saat ia menyadari bahwa itu semua bukanlah tindakan yang dibenarkan.

"Bun, coba nanti periksa tubuh Arsana."

"Iya, nanti ketika sadar Bunda mau periksa tubuh nya."

Abraham menatap gusar Arsana , matanya memerah menahan amarah, rahangnya mengeras melihat gadisnya penuh luka seperti ini.

"ini gak bisa dibiarin ." gumamnya yang masih didengar Thania dan Aryo.

"Bram, Ayah mau ngomong sebentar." ucap Aryo mengajak Abraham keluar ruangan pribadinya.

"duduk Bram." Aryo menatap Abraham intens ketika mereka duduk diruangan office caffe milik Abraham.

"Yah.?"

"Ayah rasa jika dibiarkan akan terjadi sesuatu yang lebih parah ."

"Yah, sebenernya Abraham mengirim orang untuk memata- matai keluarga mereka."

"kamu suruh mata - matain aja.?" Abraham mengangguk.

"Bram, ini sudah keterlaluan, gadis itu tertekan, kita harus cepat bertindak.!"

"Abram ngerti Yah, tapi harus gimana.? bukti yang kita dapat belum cukup."

Aryo terdiam mendengar ucapan Abraham dan berpikir keras sedangkan lelaki yang dihadapannya itu mendadak geram dan meremas rambutnya gusar memikirkan hal yang tak terduga ini.

"jadi.?"

"Abram ada ide Yah. gimana.........."

Aryo mengangguk mendengar usulan Abraham. dengan tersenyum tipis Abraham memandang pintu kamar yang ada diruangan tersebut." tunggulah sebentar lagi." lirihnya pelan.

...........

"Abramm...... " teriak Thania dari dalam kamar nya di office caffe.

Abraham dan Aryo mendengar teriakkan itu sontak berlari memasuki kamar tersebut dan mata Abraham membesar saat melihat tubuh Arsana kejang - kejang dan mengeluarkan keringat dingin dengan tubuh bergetar.

"sebaiknya kita kerumah sakit Bram." ucap Thania panik.

"Ayo cepat Bram." Aryo membuka pintu dan membantu Abraham membawa Arsana.

"Arsana..." lirih Abraham, perasaannya kalut takut kehilangan gadis itu dan dengan badan gemetaran Abraham mengangkat Arsana ala brydal style dan membawa gadis itu ke luar menuju mobilnya terparkir.

semua mata melihat kejadian saat Abraham menuruni tangga dengan gadis digendongannya.

tak luput juga Shalom yang baru saja masuk kedalam caffe tersebut, melihat pandangan tak terduga dimatanya membuat kedua bola matanya membesar. Arsana..? bagaimana bisa..? apa yang dilakukannya dicaffe ini.? banyak pertanyaan dibenak gadis itu.

mata itu memicing kesal penuh amarah saat melihat Abraham dengan wajah cemasnya tak memperdulikan sekitar membawa Arsana keluar dan membawa tubuh tak berdaya itu menuju mobilnya, entah kemana Shalom tak ingin mencari tau.

Shalom berdiri didepan pantri dan bertanya dengan gaya angkuhnya seperti biasa.

"ehemm ngomong - ngomong siapa yang barusan digendong Abraham tadi.?"

Davina yang terbengong melihat hal tadi langsung tersentak karena teguran Shalom, kemudian wajah gadis itu memandang Shalom kesal.

"pegawai disini." ucapnya singkat kemudian berlalu meninggalkan Shalom dengan wajah pucat, mengepalkan kedua tangannya marah.

"tunggu pembalasan gue adik kecil.? ternyata kau lebih licik ya.." seringai Shalom lalu tanpa pamit keluar dari caffe tersebut dan membuat para pegawai disana terbengong.

"ehmm dasar songong." seloroh Davina melihat kepergian Shalom tanpa pamit itu.

"iya baru juga temen nya boss udah gak ada tata krama . issh" kesal salah satu pegawai.

.

.

.

.

tobe continued*

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel