Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 21 : HANCUR

' TERKADANG TUHAN MEMBERI SEBUAH HAL YANG MENURUTNYA TERBAIK UNTUKMU TAPI KAMU TAK MENYADARI ITU'

.

.

.

.

Abraham , Thania dan juga Aryo menunggu Arsana diperiksa dokter. perasaan Abraham bukan main kacau dan rasanya sesak sekali melihat gadis itu kejang - kejang dan tak sadarkan diri. apa yang terjadi padanya.? Ya Tuhan ... Abraham mengusap wajahnya gusar.

sedangkan Thania sudah menangis sedari tadi, anak mereka sudah dibawa pulang oleh baby sister , kini hanya ia dan suami yang ikut kerumah sakit.

sang suami hanya bisa memeluk tubuh istrinya mengelus punggung rapuh itu agar tetap tenang, matanya berpancar kuat memandangi pintu ruang icu itu. keyakinan nya bertambah setelah melihat langsung hal seperti itu.

clek...

dokter keluar dari ruangan Arsana.

"bagaimana keadaan nya dok.?" sambut Thania dengan wajah cemasnya.

"keluarga korban.?"

mereka semua mengangguk. " sebaiknya kita berbicara diruangan saya, pasien sudah kita lakukan yang terbaik tinggal tunggu siuman saya."

"baik dok." Abraham dan Aryo mengikuti dokter tersebut keruangannya sedangkan Thania memasuki ruangan dimana Arsana tertidur, wajah gadis itu tenang sekali dan Thania takut kehilangan untuk kedua kalinya.

"kamu.... yang kuat ya sayang." lirih Thania.

"please jangan tinggalin bunda.!" Thania menangis menelungkupkan wajahnya ditangan Arsana yang bebas dari infus.

ditempat lain kini Abraham dan juga Aryo duduk diruangan dokter.

"silahkan duduk." dokter bername tag Anita tersebut mempersilahkan Abraham dan Aryo duduk diruangannya.

"apakah pasien mengalami kekerassan.?" Anita mengawali nya dengan bertanya perihal tersebut karena hasil pemeriksaannya terdapat banyak sekali luka disekujur tubuh Arsana.

"kita juga gaktau dok, sepertinya iya.." jawab Aryo ragu dengan melirik Abraham yang terdiam kaku ditempat duduknya.

"ehmm jadi begini, pasien mengalami banyak luka memar dan juga...Amnesia." terang dokter Anita .

"bagaimana bisa dok.?"

"Amnesia bukan hanya dapat terjadi ketika seseorang mengalami kecelakaan dalam bentuk benturan, cedera, atau pukulan saja. Tekanan emosi atau psikologis pun dapat menjadi penyebab yang perlu diwaspadai. Korban kejahatan seksual merupakan salah satu contoh. dan saya memastika bahwa pasien sudah lama mengidap penyakit ini."

"jadi itu alasan Arsana..." batin Abraham.

"Amnesia yang disebabkan emosi tertekan atau trauma psikologis ini disebut dengan amnesia disosiatif atau amnesia psikogenik."

"Kondisi tersebut merupakan ketidakmampuan otak untuk mengingat sesuai dengan detail, baik mengenai identitas diri sendiri atau pengalaman yang berhubungan dengan peristiwa traumatis dan sangat menekan emosi. Amnesia ini pun termasuk yang jarang ditemukan." lanjut dokter Anita.

raut wajah Abraham tak dapat diartikan, tangannya mengepal dan rahangnya mengeras.

"apakah ada hal lain mengenai amnesia ini dok.?" tanya Aryo sedangkan sedari tadi Abraham hanya duduk diam menatap kosong kearah dokter Anita.

"Hilangnya ingatan bukan disebabkan oleh disfungsi otak yang disebabkan oleh kerusakan otak atau akibat obat-obatan. Kondisi ini juga bukan seperti lupa pada umumnya. Pengidap amnesia disosiatif biasanya memberikan gambaran tentang sebuah rentang atau rangkaian dalam ingatkan mereka mengenai kejadian bermasalah di masa lalu atau bagian-bagian kehidupan mereka."

"jadi dok bisa dikatakan bahwa pasien mengalami permasalah pelik sampai menekan mentalnya dan mengakibatkan trauma dalam diri dan berakibat hilangnya ingatan, begitu.?"

"bisa dibilang begitu, jenis amnesia ini dipicu oleh faktor psikologis, terutama stres, atau trauma psikis, misalnya pada korban kekerasan. Pada kasus seperti ini, korban kekerasan bisa kehilangan ingatan-ingatan pribadi atau bahkan identitasnya sendiri. Jenis amnesia seperti ini biasanya tidak berlangsung lama, bisa sembuh dengan psikoterapi, meski ada juga yang menetap lebih lama."

"solusi apa yang harus kita lakukan dok.?" tanya Abraham dengan nada getir. ia tak menyangkah kehidupan Arsana ternyata begitu pahit dan gadis itu menanggungnya sendiri.

"saya mau bertanya, apakah pasien sering mengkonsumsi obat - obatan. saya menemukan beberapa jejak penggunaan obat tersebut.?"

"saya kurang tau dok." jawab Abraham dan diangguki Aryo.

"dia...teman saya disekolah dok, sering kali saya hanya melihat dirinya terluka dibagian wajah dan lengannya."

dokter Anita mengangguk." sebaiknya ketika pasien sudah membaik, daftarkan dirinya untuk menjalani psikoterapi dan hentikan tindakan pasien yang sering meminum obat penenang. dan... jika perluh jauhkan pasien dari hal yang memicu mentalnya tertekan."

"baik dok terima kasih atas informasinya." jawab Aryo dan Abraham. Aryo duluan keluar dari ruangan dokter Anita setelah menepuk sekali bahu Abraham untuk membuat laki - laki itu bangkit berdiri.

"kamu yang tenang, pacar kamu akan baik - baik saja. selama pasien menjalani harinya dengan baik. perlahan akan menyembuhkannya dari traumatis dan kemungkinan memorinya akan kembali." kalimat penenang dokter Anita membuat Abraham memandang dokter keluarganya itu.

"dia bukan pacar saya dok. " Abraham kemudian beranjak keluar ruangan itu setelah mengangguk dan tersenyum tipis kepada dokter Anita.

"yakin.? ga ada perasaan..?" goda dokter Anita saat Abraham berada diambang pintu ruangannya.

"hmm serah deh dok."

"hahhhh masih ngaku gak punya perasaan tuh anak, udah jelas - jelas mukanya khawatir banget. masih aja gengsi , dasar!" celoteh dokter Anita .

Abraham melangkah pelan menuju ruangan Arsana, gadis itu belum sadarkan diri dan masih setia menutup matanya.

"kamu.. gak mau pulang Bram.?" tanya Thania.

"enggak Bun, aku disini aja. Bunda sama Ayah pulang gih kasian Kezia sama Kezio kalo ditinggal lama."

"hmm yaudah kamu baik - baik ya, Ayah sudah mengabari orangtua kamu. Ayah sama Bunda pulang dulu." seru Aryo.

"kalo ada apa - apa kabarin Bunda sama Ayah yaa Bram."

"pasti Bun."

"yaudah kita pulang dulu, nanti kita balik lagi. Assalamu'alaikum"

"wa'alaikumsalam." jawab Abraham mengantar mereka keluar ruangan.

Abraham kembali memasuki ruangan itu, matanya memandang sendu sang gadis.

"hy tukang tidur.? buka mata lo.! ayo bertengkar , jangan pura - pura tidur.! lo bukan putri tidur , bangunlah." Abraham berbicara sendiri seraya meraih jemari itu memperhatikan luka gores dan sobekan, Arsana dibaringkan miring menghadap dirinya.

dengan keberanian nya Abraham memutar tubuhnya menghadap punggung gadis itu dan mencoba membuka selimut serta baju rumah sakit Arsana guna melihat luka dipunggung gadis itu.

setelah berhasil membuka baju tersebut terdapat banyak luka sobek memanjang dipunggung Arsana, Abraham mengepalkan tangannya, matanya memerah menahan emosi dan rahangnya sedari tadi mengeras melihat pemandangan menyayat hati ini.

"bagaimana bisa .?" gumam Abraham marah. dengan segera ia menutup kembali baju Arsana dan berdiri didepan jendela ruangan vip itu, Abraham merogoh saku celananya mengambil ponselnya disana.

Abraham menelpon seseorang dengan tampang garang.

"jelaskan.!"

"Nona disiksa saat pulang dari Apartemen anda tuan, Nona ketahuan tidak pulang dari semalam dan... Tuan Devan emosi dengan bengisnya pria itu memukuli Arsana menggunakan ikat pinggangnya Tuan."

"........." Abraham diam menahan emosi nya mendengar informasi dari suruhannya.

"Tu-an.?"

"ehm thanks." sahut Abraham kemudain memutuskan sambungan telpon dengan sangat emosi, tangannya meremas handphone keluaran terbaru itu dengan kuat.

"kau akan membayar semuanya Devan.!"

Setelah meredakan emosinya Abraham kembali mendekati ranjang yang terdapat gadis tak berdaya itu.

Abraham dengan pelan menaiki ranjang rumah sakit itu dan berbaring dibelakang Arsana, tangannya memeluk tubuh mungil itu serta kepalanya ia tenggelamkan dicuruk leher Arsana, menghirup wangi yang candu baginya dan memejamkan matanya untuk meluapkan segala emosi saat ini.

......................

Arsana terbangun karena sinar mentari yang menusuk dari sebuah jendela, ia mengerjabkan matanya dan seketika terkaget saat melihat dirinya tertidur disebuah ranjang ... eh rumah sakit.?

Arsana merabah tangannya yang diinfus dan merasakan sebuah tangan lain yang melingkar diperutnya serta tangan kekar itu berada dibawah kepalanya.

dengan gerakan pelan Arsana menoleh kearah belakang tubuhnya, sedikit meringis akibat luka ditubuhnya, Arsana terkejut mendapati Abraham yang sedang memluk tubuhnya.

Arsana mencoba melepas kaitan tangan lelaki itu tapi bukannya nya terlepas Abraham makin mengeratkan pelukkannya.

"Abraham lep-pas..!" ucap Arsana pelan.

"biarkan seperti ini, sebentar saja Arsana." ucap lelaki itu membuat Arsana terdiam dan memandangi wajah tampan Abraham.

setelah lebih dari lima menit mata kelam itu terbuka dan memandangi wajah pucat Arsana.

"sudah puas memandangnya ehm.?" sarkas lelaki itu dengan senyum smirknya.

Arsana gelagapan dan hendak beranjak dari ranjang tersebut.

"lep-pasin, sesak Abraham."

"ehm." Abraham melepas pelukkan mereka dan mendudukan dirinya kemudian turun dari ranjang itu dan menghilang dibalik pintu kamar mandi.

Arsana terbengong melihat tingkah Abraham, namun tak urung beranjak dari ranjang dan hendak melepas selang infusnya sendiri.

"berani melepas itu kamu aku cium disini.!" ancam Abraham.

"ohya.? siapa takut." tantang Arsana, karena ia tau Abraham sangat anti berdekatan dengannya dan mana mungkin laki - laki itu berani benar - benar melakukan ancamannya sendiri.

"yakin.?" Abraham mendekat dan menarik tangan Arsana yang hendak melepas infus tersebut.

"udah gak usah main - main, aku mau pulang Abraham.!" ketus Arsana dan melepas cekalan tangan Abraham, gadis itu benar - benar melepas infus tersebut, seketika darah segar mengalir dari tangannya.

tanpa rasa sakit Arsana beranjak dari ranjang tersebut namun baru beberapa langkah Abraham menarik lengannya dan meraih wajah gadis itu.

grebb...

membuat Arsana berbalik dan terkejut dengan perbuatan laki - laki itu.

Abraham hendak memaksakan sebuah ciuman kepada Arsana, lelaki itu mendekatkan bibir nya diatas bibir Arsana, membuat Arsana melotot dan semakin panik saat bibir lelaki itu semakin mendekat ke arahnya.

Arsana berontak ingin melepaskan rangkulan Abraham dan ciuman lelaki itu tapi nihil cekalan Abraham begitu kuat.

"Emmppt... lep--ehfm ...pas--in.!" Arsana berontak dalam pelukkan Abraham.

Abraham menekan kuat wajah Arsana .

Arsana tak kembali melanjutkan rontahannya melainkan meneteskan airmata nya, gadis itu menangis dalam diamnya. Abraham yang merasakan lelehan airmata yang menyentuh wajahnya tersentak dan membuka matanya yang sempat terpejam.

Abraham berhenti namun tetap menatap wajah Arsana yang sudah berlinang airmata itu.

Abraham memandang intens wajah pucat itu, Arsana memejamkan matanya takut sembari menangis dalam diam. hati Abraham hancur melihat gadis itu seakan terluka dengan tindakannya.

dengan pelan Abraham kembali dengan kesadarannya dan menarik tangan Arsana yang berada didadanya, gadis itu sempat memukul - mukuli dadanya.

tangan yang kini penuh darah itu berada dalam genggaman Abraham. dengan wajah memerah menahan tangisnya Abraham mengucapkan beberapa kali kata maaf membuat Arsana membuka mata nya dan memandang Abraham dengan wajah terluka.

"maaf... maaf... maafin aku, aku gak bisa nahan emosi tadi dan melakukan hal yang buat kamu terluka. maafin aku yang bersikap brengsek seperti tadi." gumam Abraham.

Arsana hanya diam memandang kosong Abraham kemudian melontarkan kalimat menyakitkan bagi Abraham.

"maaf gak bisa mengembalikan semua nya, aku sudah hancur dan kamu buat aku makin hancur.!! aku suka sama kamu bukan berarti kamu bebas melakukan apa aja sama aku Abraham.!" lirih gadis itu kemudian melepaskan genggaman Abraham dan berlalu dari hadapan lelaki itu.

Abraham terdiam dan memejamkan matanya menahan sesak didalam hatinya melihat Arsana begitu terluka akibat perbuatannya.

dengan langkah cepat Abraham keluar dari ruangan tersebut dan berlari ketika menyadari bahwa Arsana sudah menghilang dari pandangannya.

Abraham seperti orang gila berlari menyusuri koridor rumah sakit dan semakin gusar saat tak menemukan jejak gadis itu. kemana gadis itu.? cepat sekali jalannya. batin Abraham.

meremas rambutnya kasar Abraham menahan emosinya ingin berteriak ditengah - tengah lobi rumah sakit ini , melihat keseliling mencari keberadaan gadis itu yang pada kenyataannya Arsana bagaikan ditelan bumi tak terlihat dimana - mana. " maafin aku ..." lirih Abraham sembari menunduk dalam menyesali kelakuannya.

.

.

.

.tobe continued*

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel