Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 18 : MACAM UPIK ABU DAN PANGERAN

" INI BUKAN HANYA TENTANG KAU YANG TERLUKA, AKU JUGA.!!

.

.

.

.

"Sudah sampai mbak."suara sang supir taksi mengagetkan Arsana yang memejamkan matanya , gadis itu mengerjab - ngerjabkan matanya agar terbuka sempurna dan melihat keseliling daerah tujuannya tadi. dengan rasa lelah yang mendera Arsana segera merilekskan tubuhnya.

Arsana melihat jam diponselnya sudah menunjukkan pukul sebelas malam, matilah riwayatnya jika Ayahnya tahu ia belum pulang. namun masalah itu nomor dua setelah mengantar lelaki ini barulah ia memikirkan untuk pulang.

sedikit aneh kenapa lelaki ini tidak sadar - sadar membuat Arsana mendelik tak suka, merogoh saku seragamnya Arsana harus merelakan uang gaji nya hari ini membayar taksi yang sangat mahal itu.

untung sayang kalau enggak sudah Arsana tendang lelaki yang masih setia menyenderkan kepalanya dibahu nya ini batin Arsana.

dengan membopong Abraham Arsana terbengong melihat bangunan menjulang dihadapannya, Arsana tidak bodoh ini adalah kawasan Apartemen elit. kenapa Raihan memberikannya alamat Apartemen lelaki ini bukan rumahnya yang asli.? apa Abraham memang tinggal diapartemen.? sepertinya tidak juga.

"Pak satpam... to-longi" lirih Arsana terseok - seok berjalan kepos satpam dengan Abraham yang belum sadar dibahunya.

"eh eh ya ampun neng malam - malam begini ngapain.? eh ini teh Den Abraham." ucap Satpam itu panik

"aduh tolongin deh pak bawa ke unit Abraham."

"ayok neng saya bantu."

"bapak aja deh, saya pulang aja. ni saya titip ke Bapak." Arsana menyerahkan tubuh Abraham kepada Satpam tersebut dan beranjak pergi.

"ehhh neng gak bisa begitu dong, ini tanggung jawab eneng,.! yaudah nanti saya minta kunci cadangan unit Den Abraham sama receptionist dan eneng harus bantuin den Abraham sampe sadar yak."

"loh Pak.-"

" gak pake tapi - tapi an neng, tanggung jawab dong.!"

"yaudah deh ayokk." pasrah Arsana mengikuti satpam tersebut ynag membopong Abraham sampai ke unit Apartemen laki - laki itu.

setelah sampai didepan pintu Apartemen Abraham satpam tersebut menyerahkan kunci nya kepada Arsana yang sebelumnya diminta dari receptionist dilobi tadi. Arsana membuka pintu Apartemen tersebut dan satpam tadi menurunkan Abraham disofa ruang tengah Apartemen.

"yaudah neng, Bapak tinggal dulu ya."

"makasih Pak atas bantuannya."

Arsana memandnag wajah lelaki itu intens disofa tersebut, lelaki itu tampak tertidur pulas.

"kamu kenapa Abram.? kenapa bisa mabuk - mabukkan.? hati Arsana sakit liat kamu gak berdaya kayak gini... hiks kamu... pengecut.!" lirih Arsana merapikan rambut - rambut Abraham yang menutupi wajah tampan lelaki itu.

Arsana membawa sebaskom air dan kotak p3k diatas nakas sebelah tv . Arsana membalikkan tubuh itu, membuka jaket yang telah sobek dan membersihkan luka - luka Abraham, lelaki itu tampak meringis tapi tak kunjung membuka matanya.

Ada lebam kebiruan dipergelangan tangan lelaki itu dan juga luka lecet disepanjang tangan kanannya, mungkin karena menahan gesekan aspal sehingga menyebabkan jaket yang ia pakai sobek memajang dan luka dibagian lengan.

setelah selesai mengobati Abraham dan membilas wajah dan tangan lelaki itu dengan air bersih, tak lupa sepatu yang sudah ia lepas. Arsana kembali membopong tubuh itu menuju kamar , Abraham akan merasakan sakit jika tidur disofa pikir Arsana.

dengan susah payah Arsana membopong tubuh itu, sangking susahnya ia tak sengaja melepaskan tubuh tegap itu diranjang dan terasa seperti ia menghempaskan tubuh itu dan Arsana sontak membulatkan matanya terkejut akan kelakuannya barusan.

"eghh..." gumam Abraham bergerak diatas ranjang tersebut tapi untungnya lelaki itu tetap memejamkan matanya.

menghelah napasnya lega kemudian Arsana membenarkan posisi tidur Abraham, setelah Arsana pikir lelaki itu sudah nyaman dengan posisinya, barulah gadis itu beranjak dari sana.

srett...

saat hendak berjalan keluar kamar tangannya dicekal seseorang, siapa lagi kalau bukan Abraham dengan pelan Arsana menolehkan kepalanya takut - takut dengan ekspresi Abraham.

mungkin lelaki itu akan memaki dirinya karena berhasil menghempaskan tubuh atletisnya keranjang dengan kasar.

mata sekelam malam itu menatapnya tajam, bola mata Arsana sontak membesar saat melihat ekspresi Abraham yang begitu menakutkan ini.

grebb... bugh

bola matanya semakin membesar seakan ingin keluar dengan detak jantung yang hampir meledak, bisa dikatakan bahwa Arsana merasa takut sekaligus merasa canggung dengan perlakuan Abraham saat ini.

lelaki itu menarik kasar tangannya mengakibatkan dirinya terjatuh tak indah dipelukkan lelaki itu diatas ranjang. diatas ranjang perluh dicatat dan keadaan jantung Arsana yang terasa lepas dari posisinya.

Abraham mengubah posisi mereka, Abraham memeluk tubuhnya erat memposisikan dirinya didepan dan Abraham memeluknya dari belakang.

Abraham menggumamkan sesuatu hal yang membuat Arsana terdiam. lelaki itu menangis, pundak Arsana basah akibat airmata lelaki itu.

"Abram...?" panggil Arsana pelan namun tak ada sahutan dari lelaki itu.

"Ana... jangan pergi ... Abram gak mau ditinggal lagi.. please Ana, Abram minta maaf. Abram salah hiks.. Abram sangat mencintaimu, jangan pergi.. aku takut kamu ninggalin aku lagi.!" lirih Abraham membuat Arsana membeku.

ternyata Abraham memang benar - benar tak bisa mencintainya, Abraham mendambakan gadis lain. sakit sekali ... Tuhan kenapa kau memberi tamparan yang begitu menyakitkan.

semakin kecil lirihan lelaki itu semakin berat pula matanya menahan beban dibelakang tubuhnya, Abraham seakan menumpuhkan berat tubuhnya dibelakang tubuh Arsana. sehingga membuat Arsana ikut mengantuk dan memejamkan matanya.

...................

sinar mentari menerobos masuk melalui jendela yang tak tertutup gorden sejak tadi malam, sinar matahari pagi dihari minggu membuat sang empuh yang merasakan sinarnya mengerjabkan mata dan memandang sinar itu lama hingga tersadar akan keberadaan dirinya.

Arsana membulatkan matanya saat sadar dirinya terbangun dikamar semalam, kamar Abraham.! ternyata semalam bukan mimpi.? jadi benar rasa sesak pagi ini dan mood yang berantakan pagi ini karena ingatan semalam. ada tangan kekar bertengger diperutnya, memeluknya erat.

Arsana membalikkan tubuhnya dan beng.... terpampang wajah tampan Abraham yang masih tetap memeluknya erat. walau Arsana sudah mencoba melepaskan tangan itu.

mata sekelam malam yang biasa memandangnya tajam itu tertutup rapat dengan bulu mata yang lentik , alis tebal yang tersusun rapi, wajah dengan pahatan sempurna ini terasa begitu sempurna jika dimiliki olehnya dan Arsana baru menyadari itu, ia tak akan bisa sebanding dengan Abraham.

bagaikan Upik Abu dan Pangeran.

sekeras apapun Arsana berusaha dekat dengan lelaki ini, sekeras itu pula kenyataan menamparnya jika Abraham bukanlah takdirnya, Tuhan memang baik sudah mengingatkannya untuk sadar siapa dirinya. bahkan keluarganya sendiri enggan mengakui keberadaan nya. biarlah waktu yang menjawab jika memang rasa ini benar - benar hilang pada waktunya ia akan rela menahan sakit untuk saat ini.

Mencintai lelaki dihadapannya ini.

ya Arsana mengakui melupakan seorang yang sudah menetap direlung hati itu membutuhkan waktu, dan Arsana akui dirinya memang telah terjebak dirasa itu. rasa yang membelenggunya. rasa mencintai dan egois untuk memaksa lelaki ini mempunyai rasa yang sama kepadanya.

Arsana terus memandang wajah itu, sebelum mata tajam Abraham kembali menusuk nya dengan didampingi kata - kata pedas nya. biarlah ia nikmati waktu ini sebelum kembali kedalam kenyataan.

hingga mata itu mengerjab pelan dan juga ikut memandangnya intens.

"bernapas lah.!" perintah lelaki itu enteng setelah sekian lama.

"hah.?" sedangkan nyawa gadis itu terasa tertarik keluar saat tatapan mata itu menusuk ke arahnya.

akh.. spontan Arsana saat tiba - tiba Abraham memeluknya.

"Ab- Abraham jangan gi- gini. gak bo- boleh loh.." ucap Arsana gagap.

"kekekh.. gak papa selama aku gak keberatan." lelaki itu, memeluk tubuh Arsana erat dengan posisi yang masih sama. Arsana terdiam kaku didekapannya. " tetaplah bersabar." lirih Abraham tanpa suara.

"hell apa - apaan lelaki ini, apa katanya tadi.? wah kurang ajar." batin Arsana kesal dan selanjutnya gadis itu dengan kejam mencubit perut Abraham mengakibatkan lelaki itu mengaduh kesakitan.

"Akh... siistttt, sakit !!" Abraham mengernyitkan dahinya menahan sakit.

"rasain, siapa suruh kurang ajar sama Arsana, ini tuh namanya pelecehan.!!" ketus Arsana mencoba bangkit dari ranjang lelaki itu karena Abraham sekarang sudah melepaskan pelukannya.

" kekekkh sama - sama suka namanya bukan pelecehan tapi khilaf." sahut Abraham membuat Arsana mendelik.

"siapa yang suka.?"

" siapa coba.?" tantang Abraham dengan muka menyebalkan.

"Lo lah, gue mah udah gak suka.!" Arsana mengalihkan tatapannya kejendela kamar Abraham malu saat berhadapan dengan Abraham sedekat ini.

"yakin udah gak suka.?" ucap Abraham kemudian mendekat kearah Arsana membuat gadis itu menoleh dan memasang kuda - kuda menjaga dirinya saat Abraham mendekat dan ...

Bugh.!!

Arsana melempar bantal tepat didepan wajah Abraham dan berteriak kencang.

Akhh................ teriak gadis itu lalu turun dari ranjang dan berlari keluar kamar, Abraham kemudian terkekeh dan ikut menyusul Arsana keluar kamar.

Abraham menemukan Arsana didapur Apartemen lelaki itu, gadis itu sedang mencuci mukanya dan Abraham kemudian berdiri tepat dibelakang gadis itu sembari membisikkan sesuatu.

"jangan coba - coba keluar dari sini.! gue mau mandi, tunggu gue sebentar , ada yang perluh kita bicarakan." ucap Abraham kemudian beranjak dari belakang tubuh Arsana.

"gak ada yang perluh kita bicarakan Abraham."

"stop berlagak sok peduli sama gue.!!" teriak Arsana kemudian.

"Stop bertingkah kekanakan Arsana.!! selangkah lo keluar dari apartemen ini, gue pastiin kaki lo patah dan gak bisa berjalan lagi besok!!" ancam Abraham dengan nada bentakan kepada Arsana, gadis itu bahkan sudah gemetaran menahan takut karena bentakan Abraham, lelaki itu membuatnya bingung atas sikapnya.

" apa yang lo inginin dari aku Abraham.? rasa sakit seperti apa lagi yang harus aku rasakan" lirih Arsana pelan dan tak terdengar oleh Abraham.

Arsana terkejut saat mendengar lelaki itu sudah kembali memasuki kamarnya dengan membanting daun pintu bercat abu - abu tersebut.

........................

Arsana termenung duduk dikursi meja makan Apartemen lelaki itu, Arsana sangat bingung saat ini. Abraham bersikap seolah dirinya yang tertekan pada kenyataanya dirinyalah yang tertekan akan sikap lelaki itu yang seakan menarik ulur hatinya.

sebentar - sebentar lelaki itu memberi perhatiannya , menunjukkan kepeduliannya, memberi harapan seakan lelaki itu membalas cintanya tapi kenyataannya nol besar lelaki itu mencintai gadis lain.

terkadang sikap kejam dan tak ada sedikitpun kata - kata manis yang keluar dari bibir itu untuknya membuat ia berpikir untuk lebih keras dalam memperjuangkan seorang Abraham. tapi setelah satu nama keluar dari bibir itu, bahwa Abraham mencintai gadis lain, merupakan satu hal yang fatal baginya.

tak ada yang namanya cinta jika mudah untuk melupakan, kamu tau bahwa jika seseorang sudah mencintai satu hal baik itu manusia maupun benda maka akan sulit melupakannya jika sudah pergi sekalipun, sebagaimana pun kau berusaha melupakan akan tetap tersemat rapi dihati, akan tetap terkenang walau pahit dan akan tetap bangkit kembali jika kembali.

clek..

suara pintu terbuka membuat lamunan Arsana buyar dan memandang wajah lelaki itu yang sudah tampak segar dengan baju casualnya, mengenakan kaus dan celana pendek. cool dan tampan seperti biasanya Abraham.

"bukan karena penampilanmu aku mencintaimu tapi karena tatapan mata kelam nan tajam itu. bukankah mencintai tak membutuhkan sebuah alasan, maafkan aku yang masih mencintaimu sampai detik ini" gumam Arsana didalam hatinya tersenyum miris melihat gerak gerik lelaki itu yang mendekat kearahnya dan duduk dihadapannya dikursi sebrang memang tepat sekali julukan Upik Abu dan Pangeran itu jika tersemat untuknya .

.

.

.

.

. tobe continued*

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel