Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 13 : KABAR BURUK

"BIARLAH AKU YANG BERJUANG SENDIRI KALI INI."

.

.

.

Arsana turun dari tangga menuju ruang makan disana masih ada Shalom dan kedua orangtuanya, entah apa yang dibicarakan mereka yang pasti Arsana sedikit mendengar mengenai sebuah perjodohan.

"kamu harus jaga sikap kamu Shalom, jangan terlalu manja lagi. kamu tau keluarga Hartono itu mendidik anak - anaknya dengan keras, jadi gak akan ada yang bakal manjain kamu disana."

"tenang aja Ma, Abraham yang bakal manjain Shalom kok ."

deg.

percakapan Ibu dan kakaknya membuat langkah Arsana yang hendak kedapur terhenti, terhenti bukan karena yang lain tapi mengenai satu nama itu. nama yang selalu tersemat didalam hatinya. Abraham.

apakah yang dimaksud nama Abraham disana adalah laki - laki penyemangatnya.? bagaimana bisa.?

"bi, maksud mereka itu Abraham siapa.?" tanya Arsana memastikan keraguannya kepada asisten rumah tangga disana.

"aduh non bibi teh kalo gak salah denger mah Abraham put putra wartono har - har.? " sembari berpikir keras pembantu rumah tangganya itu memejamkan matanya mengingat.

"ahh Abraham Putra Hartono atuh non.!"

"hah.?" Arsana terdiam, melihat nanar sandwich yang sudah diraciknya tergeletak didalam kotak bekal itu, sanggupkah ia memberi bekal ini.? jadi benar ucapan Abraham bahwa laki - laki itu tak akan pernah bisa membalas perasaannya.

"iya keluarga Hartono yang dulu ituloh non yang kesini, bukannya sering ya mereka kesini. non kok gak tau sih. mereka kan sudah lama ingin menjodohkan anak mereka sama keluarga widjoyo."

"dulu.? maksudnya.?"

"ehmm gak tau deh non, yaudah itu bekalnya mau digimanain.?" kilah bi ratih mengalihkan pembicaraan mereka, Arsana hanya bisa menghelah napas panjangnya dan pergi dari dapur.

"ehh gausah deh bik, biar aku aja."

"Arsana.!" panggil Devan saat melihat Arsana melewati pintu dapur untuk berangkat sekolah.

"iya Yah.?" tanya Arsana dengan wajah polosnya.

"kamu... sudah mau berangkat.?" Arsana mengangguk terlihat jelas wajah itu masih tampak pucat dan tak bersemangat, ada apa dengannya.? batin Devan

"ayo berangkat bareng, kebetulan Ayah melewati sekolah kalian." ajak Devan, tumben baik batin Arsana semangat, baru saja wajahnya tampak cerah dan mengangguk kemudian hendak melangkahkan kaki nya kearah Devan tapi urung karena sang kakak menolak pergi bersama dengannya.

"ahh enggak - enggak, ntar satu sekolah tau kalo aku bareng dia Pa.!"

"Shalom adik kamu juga satu sekolah sama kamu kenapa tidak sekalian saja."

" Pa, aku malu kalo satu sekolah bakal tau aku punya saudara cewek bar - bar kayak dia."

" gitu- gitu dia adik kamu.! biarpun dia murahan sekalipun." hati Arsana mecelos mendengar perkataan keluarganya , sakit sekali rasanya. dengan senyum terpaksa Arsana menggelengkan kepalanya menghalau airmata yang hendak menetes, dengan suara bergetar dan mata berkaca - kaca Arsana mencoba menormalkan nada suaranya.

" gak papa kok Yah, biar Arsana naik bus aja. lagian kata kak Shalom bener. aku...bisa malu - maluin dia kalo sampe ketahuan pergi bareng. yaudah Yah Arsana berangkat duluan, Ibu Arsana berangkat." ucap Arsana tanpa menoleh lagi dan keluar dari ruang makan menuju keluar dengan berjalan kaki.

" diajak enak gak mau, dasar jiwa miskin emang.!" celetuk Sonya sinis.

" tuhkan Pa, dia gak papa kalo berangkat sendiri, lagian udah biasa dia." ucap Shalom kemudian meraih tasnya dan beranjak dari ruang makan. Devan hanya bisa menghelah napas berat.

tin tin...........

bunyi klakson dihidupkan ketika mobil mewah itu melintasi Arsana yang sedang berjalan dipinggir jalan. Arsana tidak bodoh mobil yang barusan mengklaksonnya adalah mobil Ayahnya dan juga Kakaknya.

satu tetes berhasil turun dari mata indahnya, pandangannya mengabur karena airmata. " Arsana Capek Bu.!" Arsana menepuk - nepuk dada nya sesak, sakit sekali rasanya hidup ditengah - tengah keluarga yang sama sekali tak menganggapmu ada.

Arsana melihat jam dipergelangan tangannya jam sudah menunjukkan pukul enam lewat empat puluh lima menit, sudah sedari tadi bus yang ditunggunya tak kunjung tiba membuat ia gelisah tak karuan hingga bunyi klakson memecah lamunannya dari jalanan pagi ini.

tin tin......

"woii mau telat lo.!" teriak Arion melihat Arsana melamun menatap kedepan dengan tatapan kosong.

" ayok buruan naik.!!" senyum Arsana mengembang melihat sahabatnya satu ini, kemudian dirinya naik keatas motor gede Arion.

"pegangan .!" ucap Arion yang dianggukki Arsana.

disepanjang perjalanan pun Arsana hanya melamun memikirkan keadaan hatinya. sudah patah hati diruntuhkan lagi dengan kabar tunangan lelaki itu, matanya sudah bengkak karena menangis semalaman malah rasanya sudah tak dapat mengeluarkan airmata sekarang. hmmm.......

disepanjang perjalanan hanya diisi dengan keheningan karena sifat si Arion yang jutek dan cuek dan Arsana yang sedang bergalau ria. tak ada percakapan yang tercipta hingga sampai disekolah Arsana hanya mengucapkan terimakasih dan berlalu dari parkiran.

" kenapa Arsana.?" tanya Chandra ketika mereka bertemu diparkiran dan anak - anak Danger lainnya.

"gatau, gue tadi gak sengaja ketemu sama dia dihalte." jelas Arion yang dianggukki anak - anak lain

" mungkin lagi galau." celetuk Althaf

"palingan juga galauin Abraham."

" hmmm galauin anak monyet, mending gue mayan lebih ganteng." sahut Hisyam sok tampan memainkan alisnya naik turun.

"lebih ganteng dari monyet." balas Arion dan beranjak pergi dari parkiran.

" yeee sirik aje lo.!"

"ehh btw mana boss kok belom dateng sih.?" tanya Chandra kepada teman - temannya, mereka kini sedang berjalan dikoridor yang lumayan ramai karena anak - anak sudah berdatangan.

" paling juga jemput ayang Laras dirumahnye." jawab Hisyam.

"ehh kok lo tau sih.?" tanya Chandra lagi.

"yaa tau lah wong tuh anaknya baru nongol panjang umur." tunjuk Hisyam kearah parkiran mereka tadi.

" lah bisa kebetulan gitu." celetuk Althaf dan membuat yang lain juga heran.

"gue nanya di WA tadi sama Alex buat bareng, ehh ternyata die lagi mau pdktan sama doi."

" jadi si Alex tuh suka nya sama Laras apa Arsana sih.?"

"yaa gatau gue."

"apa dia cuma buat mengalihkan aja, deketin Laras terus biar gak ketahuan suka sama Arsana.?"

"jangan soudzon sama orang, sapa tau dia memang suka Arsana dulunya tapi karena Arsana suka sama orang lain makanya beralih ke Laras yang jelas - jelas udah suka juga ke dia." penjelasan Chandra membuat teman - temannya mengangguk membenarkan.

"widih tumben Chand lo waras."

"yeee Karman emang gue selama ini gila apa.?" Chandra mendelik kesal kepada sahabatnya yang satu ini.

"sejak kapan nama gue jadi Karman." ketus Hisyam tak terima.

"lagian gak enak kalo didenger sama anaknya, gak usah dibahas lagi." final Althaf memberi wejangan kemudian mereka menyetujui itu.

" yoi lagian sama siapapun yang penting sahabat gue bahagia gue udah seneng." ucap Arion kemudian.

..................

para anak osis memasuki satu persatu kelas, kini giliran kelas XI ipa 2 yaitu kelas nya Arsana and the geng.

" permisi Pak.?" ucap laki - laki berperawakan tinggi memasuki kelas yang sedang berlangsung dalam pelajaran bahasa inggris ini.

" iya ada apa nak Abraham.?" tanya Bapak guru tersebut dengan senyum ramah.

"saya ingin meminta waktunya sebentar boleh Pak ya.?" Guru tersebut mengangguk dan berjalan kebelakang kelas meyaksikan anak - anak osis berpidato.

para osis memperhatikan satu persatu murid untuk menyimak pengumuman yang akan mereka sampaikan saat ini.

sampai Abraham melihat Arsana menelungkupkan wajahnya dilipatan kedua tangannya yang sengaja ia taruh diatas meja.

" Ehemm... kamu! yang diujung paling belakang tolong bangunkan temanmu ."tegur Abraham dengan masih wajah datarnya.

"stttt hey Arsana.. Na,!" bisik Laras membangunkan Arsana mengoyangkan badan Arsana, gadis itu hanya menggeliat enggan untuk bangun.

"isss Arsana... Arsana.!!"Abraham mendekat kearah mereka melihat usaha Laras yang tak berhasil emmbangunkan Arsana membuat dirinya geram dan menggebrak meja dengan keras agar gadis itu bangun.

Brakkk!

" Hahhhhhh.... Ayam - Ayam - Ayam.!!! " spontan Arsana berteriak menyebutkan nama hewan itu sembari berdiri dengan wajah sembab nya.

Hahhahhhhahahhahha................ semua anak - anak yang ada didalam kelas itupun tertawa terbahak - bahak melihat tingkah Arsana yang terlihat lucu dengan muka bantalnya.

"ehem. Diam semuanya!! " Marah laki - laki itu membuat semua murid terdiam dan menunduk takut, aura gelap dari wajah tampan itu sangat mengerikan.

" cepat cuci muka kamu dan kembali kesini.!" teriak Abraham memerintah Arsana sembari menunjuk wajah pucat pasi itu.

Arsana yang mendapat bentakan itu langsung berlari ngibrit kedalam toilet dan membasuh wajahnya dengan cepat - cepat kembali kedalam kelas. untuk toilet dilantai dua sekolah ini tak jauh dari kelasnya.

Abraham belum menyampaikan pengumumannya sebelum Arsana kembali kedalam kelas. setelah Arsana kembali dengan langkah gontai dan wajah yang sembab, Arsana duduk dibangkunya menopak dagu dan memperhatikan para anak Osis sedang berbicara.

" Selamat Pagi anak - anak, kami berdiri disini dalam rangka.................."

mereka membicarakan tentang Acara Amal yang akan diadakan minggu depan, para anak osis meminta beberapa sumbangan uang seikhlasnya kepada murid - murid dalam rangka berbagi makanan untuk para TunaWisma untuk rasa syukur bertambahnya umur Sma Cakrawala.

rencananya saat uang mereka terkumpul akan dijadikan makanan kotak dan dibagikan kepada Tunawisma disekitar daerah sekolah mereka.

ada juga diberbagai rumah Panti Asuhan dan Panti Jumpo. mereka akan mengadakan gala berbagi rejeki dalam rangka perayaan ulang tahun Sma Cakrawala.

sesampainya dimeja Arsana kardus yang sebagai menaruh uang - uang sumbangan mereka menghadap kedepan wajahnya, dan lebih sialnya yang membawa kardus tersebut adalah Abraham sendiri.

Arsana dengan menunduk menaruh uangnya kedalam kardus tanpa repot - repot memandang wajah datar sang pemegang kardus, Abraham hanya menatapnya sinis dan beranjak dari hadapannya.

" terimakasih atas perhatian dan sumbangannya, semoga apapun yang kita amalkan mendapakan balasan yang baik dari Tuhan yang Maha Esa. Aamiin." para osis pamit undur diri.

" kenapa sesakit ini hanya untuk memandangmu.? aku... gak sanggup kalo sampai kamu bersama dengan yang lain. hiks hiks kenapa harus selalu Shalom yang bahagia, aku... kapan bahagianya ..." lirih Arsana dalam hatinya saat tak sanggup memandang wajah Abraham tadi.

.

.

.

tobe continued*

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel