Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 . Menarik perhatian

Aranjo melewati hari-harinya dengan sangat gembira, dirinya akan pergi diam-diam saat Ara membantu di kediaman utama. Aranjo akan menghabiskan waktunya dengan membaca atau berendam di kolam air hangat yang ajaib. Walaupun waktu yang dihabiskan di sana cukup lama namun tidak pada kenyataannya, semua berkat jam pasir itu. Namun Aranjo tidak pernah bertemu dengan siluman itu lagi, sesekali siluman akan memberikannya catatan yang berisi pertanyaan. Hal itu untuk melihat apakah Aranjo benar-benar memahami bacaannya. Aranjo akan menulis jawaban dari pertanyaan itu, tidak sulit baginya. Aranjo akan memberikan separuh makanan enak yang dimilikinya dan meletakkannya di atas meja baca itu. Itu sebagai tanda terima kasih kepada temannya.

"Esok akan diadakan cara ulang tahun ayahmu!" ujar Ara saat mereka makan malam di Paviliun.

"Ya, pesta itu pasti sangat meriah, terlihat bagaimana sibuknya pelayan kediaman utama untuk mempersiapkan acara besok ," ujar Aranjo sambil menyantap makan malamnya yang sederhana.

Semenjak kejadian dirinya dikirim ke hutan kabut oleh ibu tirinya, Aranjo selalu menghindari ibu dan kedua saudarinya. Aranjo telah berusia 2000 tahun, namun kejadian itu seakan baru dilewatinya.

"Pastikan kamu tidak terlibat di acara besok!" ujar Ara.

"Tentu! Bukankah setiap tahunnya seperti itu!" balas Aranjo.

Dirinya tidak pernah terlibat di dalam acara apapun yang di selenggarakan kediaman utama. Aranjo sampai saat ini tetap dihindari oleh seluruh pelayan kediaman utama, wajahnya yang selalu tertutup cadar membuatnya dijuluki Dewi buruk rupa. Saat ini alasan dirinya menutup wajahnya dengan cadar adalah karena keburukan rupanya, itulah yang tersebar di seluruh alam langit dan Aranjo sama sekali tidak peduli.

"Besok aku akan sangat sibuk membantu di kediaman utama. Jadi kamu cukup berada di dalam Paviliun dan mengunci pintu!" lanjut Ara sambil merapikan piring bekas makanan mereka.

Aranjo mengangguk dan membantu Ara membersihkan meja makan mungil ini. Beruntung dirinya memiliki teman siluman itu, jika tidak Aranjo yakin dirinya akan tumbuh menjadi Dewi yang bodoh dan tidak memiliki pengetahuan apapun.

Keesokan harinya Ara sudah tidak terlihat saat Aranjo bangun. Aranjo terbiasa bangun pagi dan menyiapkan sarapannya sendiri. Akhir-akhir ini kekuatan sihirnya bertambah, berkat hadiah kekuatan sihir yang diberikan temannya jika dirinya dapat menyelesaikan soal yang diberikan dengan benar. Aranjo sangat bahagia, siluman itu satu-satunya yang memberikan kekuatan sihir kepadanya.

Aranjo membuka daun jendela Paviliun dan menatap ke arah kediaman utama. Masih sangat pagi, tetapi pelayan di kediaman utama berlalu lalang terlihat sangat sibuk. Setiap tahunnya, Aranjo hanya akan melihat dari sini kesibukan itu sampai dengan acara selesai. Itu membosankan karena dirinya tidak dapat pergi kemana-mana karena sangat banyak tamu yang berlalu-lalang.

Aranjo bosan dan kembali ke kamar lalu tiduran.

'TOK TOK TOK'

'TOK TOK TOK'

Aranjo terbangun dari tidurnya, mengucek matanya. Ketukan di pintu depan semakin keras. Aranjo turun dari ranjang dan berjalan ke arah pintu depan.

Aranjo membuka pintu dan melihat yang mengetuk pintu adalah salah satu pelayan kediaman utama, Aranjo sering melihat pelayan itu.

"Kenapa lama sekali?"

"Ayo bantu ke kediaman utama! Di sana kekurangan kaki tangan!" ujar pelayan itu sambil menarik tangan Aranjo.

"Tapi...." Aranjo hendak menolak tapi tangannya ditarik cukup keras oleh pelayan itu.

Mereka berlari ke arah belakang kediaman utama, terlihat para pelayan masih sibuk berlalu lalang.

"Seduh teh dan tuangkan ke dalam cangkir-cangkir itu!" ujar pelayan tadi.

Aranjo mengikuti perintah pelayan itu, tidak masalah jika dirinya tetap berada di belakang menyeduh teh, batinnya.

Aranjo ahli menyeduh teh, dirinya mempelajari hal itu dari gulungan naskah di ruang baca siluman itu. Aranjo tidak memperhatikan bagaimana pelayan tadi kembali dan menghampirinya lalu meletakkan nampan kayu berukiran indah di hadapannya.

"Letakkan cangkir-cangkir itu di atas nampan!" ujar pelayan tadi.

Aranjo menyusun cangkir-cangkir yang telah terisi teh ke atas nampan yang ada dihadapannya. Setelah nampan terisi, Aranjo pun mengangkat nampan itu dan menyerahkannya kepada pelayan tadi.

"Kamu bawa ke ruang depan! Dewa Malam meminta dirimu menyajikan teh itu kepadanya dan para tamu yang datang!" ujar pelayan itu lalu pergi meninggalkan Aranjo. Ara selalu berpesan padanya agar tidak menampakkan diri, tetapi jika itu perintah Ayahanda maka dirinya tidak bisa menolak.

Aranjo merapikan pakaian dan cadar hitamnya lalu membawa nampan itu ke aula kediaman yang berada di ruang depan.

Aranjo yang berjalan ke ruang depan menjadi pusat perhatian semua pelayan. Namun tidak ada satupun dari mereka yang menyapa dirinya, mereka semua menghindar sejauh mungkin darinya seakan dirinya dapat menularkan penyakit kepada mereka. Aranjo tidak peduli, dirinya sudah terbiasa diperlakukan seperti itu dan ini adalah perintah Ayahanda tentu dirinya harus mematuhinya.

Saat Aranjo masuk ke aula utama, dirinya disambut alunan harpa yang menenangkan jiwa. Aranjo tahu lagu itu, tidak terlalu sulit untuk memainkannya. Aranjo juga mempelajari beberapa alat musik di kediaman siluman itu dan harpa adalah keahliannya.

Aranjo berjalan di sisi ruangan agar tidak terlalu menarik perhatian para tamu. Namun satu hal yang tidak disadarinya, auranya mampu menarik perhatian tanpa harus terlihat. Perlahan namun pasti, setiap mata berpaling kearahnya. Rumor mengatakan dirinya buruk rupa dan itulah alasannya mengapa dirinya selalu mengenakan cadar hitam.

Melihat sosok dengan cadar hitam yang berjalan ke arah depan aula, semua tamu tahu itu adalah putri sulung Dewa Malam, Aranjo. Putri pertama yang selalu berdiam di dalam kediaman dan tidak pernah keluar satu langkah pun.

Walaupun terkenal karena buruk rupa, tetapi pandangan mereka masih terpaku pada Aranjo, ada sesuatu yang sangat menarik pada Dewi muda itu.

Dewa Malam dan Dewi Angin mengikuti arah pandang para tamu. Mereka membeku saat melihat siapa yang berjalan ke arah mereka untuk menyajikan teh. Aranjo tidak sadar dirinya diperhatikan karena dirinya telah berusaha tidak menarik perhatian dan pandangannya hanya tertuju pada nampan yang dibawanya. Aranjo tidak ingin teh itu tumpah dan tidak dapat memenuhi perintah ayahnya.

Halley yang sedang memetik harpa di tengah aula merasa pandangan para tamu tidak lagi tertuju padanya. Jari jemari indahnya masih memetik lincah senar harpa dihadapannya. Namun pandangannya mengikuti arah pandang para tamu dan sesuai perkiraannya itu Aranjo. Halley menatap Helene yang duduk di samping Ayah dan Ibu lalu .mereka berdua tersenyum penuh makna, mereka akan mempermalukan Aranjo.

Aranjo tiba di hadapan Dewa Malam dan Dewi Angin, dirinya tersenyum dan mengangkat wajahnya hendak menyapa Sang Ayah. Namun lidahnya kelu saat melihat ekspresi wajah Dewa Malam yang seakan berkata 'Apa yang kamu lakukan disini'.

Seketika tubuh Aranjo membeku. Apakah dirinya telah dijebak seperti waktu itu? batinnya ketakutan.

Dewa Archer, Sang Kaisar yang sedang berada di ruang baca dapat merasakan ketakutan Aranjo. Dengan kekuatan sihir, Kaisar membuka cermin portal untuk melihat dimana Aranjo berada. Kaisar melihat jelas saat ini Aranjo berada di hadapan Dewa Malam dan Dewi Angin, itu artinya Aranjo berada di tengah-tengah aula dimana pesta berlangsung dengan tamu yang sangat banyak. Kaisar cukup penasaran apa yang membawa Aranjo masuk ke aula itu. Kaisar yakin itu bukan kemauan Aranjo sendiri.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel