Bab 11 . Kembali ke hutan kabut
Helene berdiri dari duduknya dan dengan suara lantang berkata, "Aranjo, cepat sajikan teh itu sebelum dingin!"
Ucapan Helene seakan tamparan bagi Aranjo, dirinya yakin Helene ataupun Halley yang meminta pelayan itu menariknya ke kediaman utama. Dan sekali lagi dirinya terjebak dalam perangkap yang mereka buat. Apapun yang dikatakannya untuk menjelaskan alasan mengapa dirinya berada di aula ini sudah tidak berguna, Aranjo harus siap menerima hukumannya nanti.
"Salam Dewa Malam dan Dewi Angin. Apakah Dewi muda ini putri sulung Anda?" tanya salah satu Dewa yang hadir.
Aranjo menunduk dan perlahan mundur, tetapi Helene menghampirinya dan memegang lengannya.
Dewa Malam bangkit dari duduknya dan berkata, "Benar."
Aranjo hanya menunduk tidak berani menatap ke arah ayah ataupun ibunya. Saat ini dirinya yakin dirinya berada dalam masalah besar.
"Kakak Aranjo, bagaimana jika kakak memainkan sebuah lagu untuk menambah kemeriahan acara ulang tahun ayah?" tanya Helene sambil mengambil nampan dari tangan Aranjo.
Aranjo menatap Sang Ayah, berharap ayahnya tahu ini semua bukanlah kehendak hatinya. Namun sebelum Dewa Malam sempat berkata, Dewi Angin bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Aranjo seraya berkata, "Tidakkah kamu ingin mempersembahkan sebuah lagu untuk ayahmu?"
Aranjo terdiam, mereka berencana mempermalukan dirinya. Tentu mereka tahu jelas dirinya sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk menimba ilmu apalagi kemampuan memainkan alat musik. Dewa Malam sama sekali tidak berkata-kata, seakan tidak peduli jika Aranjo dipermalukan.
Dewa Archer, Sang Kaisar tersenyum dingin menatap ke arah cermin portal menyaksikan apa yang sedang berlangsung di pesta Dewa Malam. Kaisar sangat jelas tahu akan kemampuan Aranjo memainkan musik, alunan musik sering terdengar di kediamannya saat Aranjo belajar bermain alat musik. Kemampuan anak itu tidak boleh di anggap remeh.
Halley yang berada di tengah-tengah aula berhenti memetik harpa, dengan suara lantang berkata, "Kakak, sekarang giliran dirimu!"
Aranjo berjalan ke tengah aula menghampiri Halley, terlihat jelas tatapan terkejut saudari tirinya itu.
Apakah mereka mengira dirinya akan berlari kabur dari aula ini? batin Aranjo.
Saat Aranjo dan Halley berdiri berdampingan, penampilan mereka sangat bertolak belakang. Halley sangat cantik dengan balutan pakaian mewah dan riasan diwajahnya. Aranjo sangat menarik perhatian dan keberadaan Halley sama sekali tidak dianggap, walaupun Aranjo hanya mengenakan pakaian sederhana dengan separuh wajah tertutup cadar hitam.
Aranjo duduk dihadapan harpa putih dengan ukiran yang indah. Halley berdiri di samping Aranjo, dirinya tidak sabar menunggu gadis iblis itu mempermalukan diri sendiri.
Aranjo memilih memainkan musik yang bertempo cepat, musik yang dimainkannya adalah lagu yang bercerita tentang kehebatan prajurit alam langit saat berperang. Begitu banyak perasaan yang terkandung di dalam musik yang dibawakannya. Satu hal yang tidak disadari Aranjo adalah saat dirinya tenggelam dalam irama itu auranya menguar dan mempengaruhi seluruh tamu. Hanya Dewa dan Dewi berkekuatan tinggi yang tidak akan terpengaruh oleh aura tersebut.
Kaisar melihat jelas warna aura Aranjo, saat ini kekuatan sihir Aranjo berada di tingkat sedang yang mana warna aura adalah merah. Namun percikan keemasan membingkai aura merah itu yang mempengaruhi para tamu. Pengaruhnya cukup kuat untuk tingkat kekuatan sedang, dan seisi ruangan seakan tersihir akan penampilannya. Aura keemasan itu membuat semua mata yang terpana pada Aranjo mulai mengaguminya lalu menyukainya kemudian memujanya.
Tidak banyak Dewa dan Dewi senior di ruangan ini. Dewa Malam dan Dewi Angin menyadari hal tersebut tetapi yang mampu melihat aura keemasan itu hanya Sang Kaisar. Dewi Angin menggunakan sihirnya untuk memutuskan sehelai senar harpa itu dan seketika itu juga sihir terputus. Para tamu kembali ke kenyataan dan mereka mulai memuja Aranjo.
"Kembalilah ke kamarmu!" ujar Dewi Angin kepada Aranjo.
Aranjo memberi hormat lalu berjalan meninggalkan aula utama dengan semua tatapan tertuju padanya.
Ara memeluk Aranjo saat bertemu di bagian belakang kediaman utama. Ara tidak berkata apa-apa, dirinya menarik Aranjo dan mereka kembali ke Paviliun.
"Istirahatlah! Tidak tahu hukuman apa yang akan kamu terima nantinya," ujar Ara risau. Dirinya tidak bertanya karena dirinya tahu betul itu adalah jebakan dari saudari atau ibu tiri anak itu.
Saat ini dirinya lebih cemas akan hukuman apa yang akan diterima oleh Aranjo. Apakah Aranjo akan kembali di kirim ke hutan kabut? Apakah Dewa penjaga hutan kabut akan kembali menolong Aranjo? batin Ara.
Saat langit gelap, pintu Paviliun dibuka. Ara dan Aranjo menghentikan makan malam dan memberi hormat kepada Dewa Malam serta Dewi Angin.
Dewa Malam tidak berkata apapun, dirinya menggunakan kekuatan sihirnya untuk memeriksa tubuh Aranjo. Dewa Malam terkejut karena dirinya menemukan kekuatan Kaisar di dalam tubuh Aranjo. Apakah selama ini Sang Kaisar memenuhi janjinya kepada Raja Iblis untuk mendampingi Aranjo tumbuh dewasa? Dan kemampuan musik Aranjo kemungkinan besar dipelajari dari Kaisar. Tapi bagaimana mereka bertemu? batin Dewa Malam.
Dewa Malam tidak ingin mempermasalahkan lebih jauh jika berkaitan dengan Kaisar.
"Renungkan kesalahanmu di hutan kabut!" ujar Dewi Angin marah. Dirinya sangat ingin anak iblis ini pergi jauh dari kediamannya, apalagi setelah melihat kemampuannya hari ini. Tentu Dewi Angin juga tahu apa yang diketahui oleh suaminya, tetapi sama dengan Dewa Malam siapa yang berani menentang Sang Kaisar.
Dewa Malam mengibaskan tangannya dan Aranjo sudah berada di tengah-tengah hutan kabut. Setelah sekian lama dirinya akhirnya kembali lagi ke hutan ini, bukan karena kesalahannya tetapi karena saudari dan ibu tirinya.
Aranjo menatap sekeliling hutan kabut, tidak ada yang berubah hutan ini masih terasa sama. Gelap, dingin dan menyeramkan tetapi Aranjo biasa saja, dirinya seakan terbiasa dengan keadaan seperti ini. Apakah karena di dalam tubuhnya mengalir darah iblis? Dirinya tahu bahwa ibunya adalah Putri Raja Iblis, Ara menceritakan jelas tentang ibunya dan Aranjo yang telah dewasa tetap tidak dapat mengerti mengapa ibunya memilih jalan itu. Alangkah baiknya jika ibunya membawa serta dirinya pergi ke alam lain dan hidup berdua dengannya daripada pergi melompat ke sumur itu dan meninggalkannya di alam langit. Satu hal yang disyukuri Aranjo adalah Ara yang bersedia meninggalkan alam iblis dan mengikutinya ke alam langit.
Aranjo teringat burung kecil yang di tolong olehnya waktu itu dan berjalan mengelilingi hutan kabut sambil memanggil "Burung kecil.... Burung kecil."
Suara Aranjo cukup keras memanggil burung kecil itu dan itu mengganggu roh-roh jahat yang tersesat di hutan kabut. Perlahan kabut hitam berkumpul dan mengikuti Aranjo, jiwa murni sangat disukai roh-roh itu. Roh yang memakan jiwa murni akan memiliki wujud dan itu memberi roh kesempatan untuk meninggalkan hutan kabut maupun alam langit.
Aranjo tidak menyadari begitu banyak kabut hitam yang merupakan roh-roh jahat telah mengikutinya. Aranjo masih dengan santai memanggil burung kecil berharap dirinya dapat menemui teman lamanya.
Griffin terbangun dari tidur panjangnya di gua hutan kabut. Griffin merasakan aura anak yang pernah menolongnya. Griffin membuka matanya dan dengan sekejap terbang meninggalkan gua itu. Griffin hewan spiritual agung berwujud gabungan elang dan singa. Tubuh bagian atasnya adalah elang dengan sayap yang lebar dan bagian bawah tubuhnya adalah singa. Dua kaki depan adalah cakar elang dan dua kaki belakang adalah kaki singa.
Griffin terbang cepat dengan kepakan sayapnya yang lebar menuju tempat Aranjo berada.