Bab 7. Asin
Aku langsung menuntun tangan kanan reva untuk memegang rudalku. reva memegang dan meremas remas rudalku yang sudah kembali lembek karna dianggurkan.
"Kok kenyal gini sih, kak?" tanya reva.
"Iya tapi nanti bisa jadi berdiri" ujarku.
"Gimana caranya kak, biar bisa berdiri?" tanya reva dengan polosnya.
"Sini, kamu naik ketempat tidur kakak" ujar gilang.
Gilang dan reva naik keatas ranjang, gilang terlentang di atas tempat tidur, lalu dia menyuruh reva berlutut didepan rudal nya.
"Nah... reva sekarang pegang punya kak gilang, terus jilatin seperti makan es cream yah" titah gilang.
"Siap, kak" reva menuruti saja kemauan gilang.
Karna reva belum pernah melakukannya gigi reva pun selalu menyentuh kepala rudalku, membuatku ngilu dan menggelinjang.
Perlahan rudalku mulai mngeras dan berdiri tegak seutuhnya.
"Wah... kak gilang bener yah, sekarang berdiri keras tambah besar lagi, kak" ujar reva kagum sekaligus aneh melihat ukuran rudal milik gilang yang semakin bertambah besar.
"Iya dong, ayo lanjutin jilatinya" titah gilang.
"Mau ngapain lagi, kak?, kan udah berdiri" ujar reva.
"Kalau kamu terus jilatin, nanti punya kak gilang nyembur ngeluarin cairan seperti susu kental" ujar gilang.
"Masa sih, kak?" ujar reva tak percaya karna ia bum pernah melihatnya.
"Iya beneran, tapi kamu harus buka dulu semua pakaian kamu, biar gak kena sembur nanti lengket" ujar gilang terus menjebak reva.
"Iya deh, kak. reva buka" reva yang masih polos dan penasaran pun menuruti apa yang gilang katakan.
Satu persatu reva melucuti pakaiannya hingga semuanya terlepas.
"Wahh... mulus banget tubuhnya" pikir gilang.
Reva yang sudah tidak memakai apa-apa itu ku suruh dia tidur terlentang. "reva kamu tiduran sini" titahku.
"Loh kok tiduran sih, kak. kan reva mau jilatin punya kak gilang" ujar reva.
"Nanti dulu reva, kak gilang mau bikin kamu enak dulu" ujar gilang.
"Enak gimana maksudnya, kak?" ujar reva yang kebingungan.
"Ada deehh.., mangkannya sini, kamu tiduran. kak gilang mau bikin kamu enak" ujar gilang.
"Iya deh, kak" akhirnya reva pun menuruti perintah gilang.
Aku langsung meremas remas kedua gunung kembar reva yang baru mekar itu.
"Udah ah, kak. geli tau" ujar reva merasa geli dibagian kedua gunung kembarnya.
Namun aku tidak menggubris permintaan reva, aku terus meremas remas kedua gunung kembarnya itu.
Setelah puas aku langsung berlutut didepan mulut goa milik reva, aku mulai menjilati benjolan kecil yang berada di mulut goa itu, sesekali aku juga menggigitnya perlahan.
"udah, kak, aku geli" rengek reva terus terusan meminta aku berhenti karna kegelian.
Namun setelah beberapa menit suara reva menghilang kini menjadi suara des4han
aahh.. ooh..h aahh... kaakk... kok sekarang jadi enak sih, kakk... racau reva sambil merem melek.
Aku terus menjilati pintu goa itu dengan perlahan.
Kaaakk... aahh.. oohh.. ahh... kak.. enak.. banget.. kak..
Tiba-tiba saja reva meminta berhenti, aku tau reva akan mencapai puncak kenikmatannya.
"Gimana, enak gak rev?" tanyaku berhenti mengerjai reva.
"Enak, kak.. tapi.. ahhhh" belum sempat reva selesai bicara aku langsung menjilati kembali pintu goa itu, hingga reva kembali mendesah.
aahhh.. aahhh... kaak... reva... ooghh... reva.. mauu... pipppp1ssss kaakk.. aaaaaaahhhh... serrrr...
Tubuh reva menggelinjang nafasnya terengah engah dan goanya memuntahkan cairan putih dan lengket.
Aku pun berhenti menjilati goa yang keluar cairan itu.
"Gimana enakan?" tanyaku kepada reva.
"iya, kak. enak banget kok bisa gitu sih, kak" ujar reva heran.
"bisa. dong.." jawabku.
"Kalo gitu, reva mau tiap hari boleh gak kak?" tanya reva.
"Boleh dong.. kapanpun reva mau tinggal bilang aja sama kak gilang" ujarku.
"Sekarang gantian, reva harus bikin kak gilang enak juga", aku pun langsung mengarahkan rudalku kearah pintu goa milik reva namun aku hanya menggesek gesekan rudalku kemulut goa itu. sebenarnya aku ingin menjebol goa milik reva yang belum pernah dimasuki oleh siapapun itu. namun aku tidak berani, takut reva kesakitan karna goa milik reva terlalu sempit untuk menampung rudalku yang ukurannya panjang dan besar itu.
Setelah beberapa menit kemudian, aku pun menyuruh reva untuk menjilati kembali rudalku.
Aku menikmati jilatan reva sampai aku merasakan akan mencapai puncakku.
Aku mengganti posisiku menjadi berdiri, sedangkan reva kusuruh jongkok di depan rudalku, reva kembali mengulumnya setelah aku merasakan akan menyemburkan susu kentalku, aku menahan kepala reva.
crott... crott... crott...
Aku menumpahkan susu kentalku didalam rongga mulut reva.
Reva kaget dan agak berontak, ia ingin sekali memuntahkan cairanku itu.
hmm... hmm....
Namun aku menyururuh reva menelan semuanya.
"Reva, jangan di muntahin, telan semuanya" titahku.
Akhirnya reva pun menuruti perkataanku, kemudian ku suruh reva menjilati rudalku sampai bersih dari susu kental itu, setelah bersih kusuruh reva berdiri, terlihat ada sisa-sisa cairan dimulut reva.
Aku dan reva duduk ditepi tempat tidur. "gimana, enak gak?" tanyaku
"Asin, kak" jawab reva.
"Yaa sama, tadi punya kamu juga asin, tapi enak kan?" ujarku
"Iya, kak. enak banget, kalo reva mau tiap hari bolehkan kak?" tanya reva.
"Boleh dong, tapi gantian kaya tadi yah" ujarku.
"Siap, kak" saut reva.
"Sekarang kamu duduk ditengah tempat tidur yah" titahku
Reva pun langsung menuruti perintahku. setelah reva dudum ditengah tempat tidur, aku melebarkan kedua pahanya.
"Coba, sekarang kamu elus punya kamu kayak gini" ujarku sambil mengeluskan jari tanganku di mulut goa yang masih basah.
"Nah.. terus gitu rev, nanti kamu bisa enak lagi" ujarku.
"Baik, kak" reva terus mengelu-elus goa yang masih basah itu.
Aku langsung berpindah posisi duduk dibelakang tubuh reva, lalu ku remas kedua gunung kembarnya dari belakang.
oouuhh... terus remasin kaak.. jangan berhenti... pinta reva
Akupun menuruti permintaan reva, lalu ku arahkan wajah reva kesamping agar wajahnya saling berhadapan dengan wajahku, aku langsung melumat bibir mungilnya itu.
hhmm.. hmm....
Entah sudah berapa menit kita dengan posisi seperti itu, dan kulepaskan lumatanku.
kaakk... oouhhh... kaaakm... reva mau keluar lagi kaaakk...
"ya udah keluarin aja, jangan ditahan" ujarku
"i---iyaa kaak..." jawab reva terbata bata.
ooohh... oohh... oouuhhh....
Tubuh reva bergetar dan dia mencapai puncaknya kembali.
Reva terlihat lemas dan bersandar di tubuhku, kemudian aku pegang goa milik reva yang sudah benar-benar basah.
"Reva, kamu keluarnya banyak juga yah" ujarku.
"Iya, kak. habis enak banget kak, apa lagi pas gunung reva kakak remas. enak banget" ujar reva.
"Remas remas gini" ucapku sambil meremas gunung kembar reva dengan tangan kiriku sedangkan tangan kananku kembali mengelus-elus pintu goa yang basah itu.
hhhmmm.. iya kaak... gitu... terus kak sampe reva keluar lagi kakk... oouuhhh.. desahan reva kembali terdengar.
Aku terus mengerjai reva sampai reva mencapai puncaknya untuk yang ketiga kalinya.
"Kaak.. udahan ah, reva cape kak" keluh reva yang sudah merasa lelah.
"Ya udah, sekarang kamu pake bajunya terus tidur dikamar yah" titahku
"Siap, kak" saut reva
"Nanti kalo reva pengen lagi, tinggal bilang ke aja yah, tapi kalo mamah kamu gak ada atau mamah kamu udah tidur" ujarku
"Iya kak.. reva bakalan minta tiap hari sama kakak" ujar reva tersenyum.
"hmm.. dasar kamu, ya udah sana kekamar, nanti mamah kamu keburu pulang" ujarku.
"Baik, kak. kalo gitu reva kekamar dulu ya kak", reva pun keluar dari dari kamarku dia terlihat gembira.
"Akhirnya aku tidak bingung lagi kalau lagi pengen" gumamku senyam senyum sendiri.
Seminggu sudah berlalu, aku dan reva selalu melakukannya setiap hari bahkan reva sehari bisa meminta lebih dari satu kali, kini keponakanku itu sudah kecanduan, namun sayangnya aku belum berani menjebolnya.