6. perang batin Nina
Setelah Damian pergi, Nina berdiri di depan jendela, menatap kota yang mulai tenggelam dalam kegelapan malam. Suasana di luar tampak tenang, namun di dalam dirinya, badai berkecamuk. Pertemuan dengan Damian tidak berjalan seperti yang ia harapkan. Alih-alih menyelesaikan masalah, perbincangan mereka hanya menambah beban di pundaknya. Damian tidak memaksanya, tapi ancamannya tersirat begitu jelas. Dunia mafia, dunia yang sama sekali tidak ia pahami, kini menyeretnya ke dalam jaringannya.
"Ini gila," gumam Nina, mengusap wajahnya dengan kedua tangan, mencoba menenangkan pikiran yang berantakan.
Di satu sisi, ia ingin menolak sekeras mungkin. Bagaimana mungkin hidupnya, yang selama ini penuh dedikasi dan pencapaian sebagai seorang dokter, harus diubah begitu saja karena perjodohan konyol ini? Apalagi dengan seorang pria seperti Damian, pewaris keluarga mafia. Segala hal tentang situasi ini terasa tidak masuk akal dan bertentangan dengan nilai-nilai yang selama ini ia pegang.
Namun, ada satu hal yang membuat Nina tak bisa sepenuhnya menutup mata—keselamatan keluarganya. Kata-kata Damian terus terngiang di kepalanya, "Jika kamu menolak, kamu harus siap dengan konsekuensinya."
Apa yang akan terjadi pada orang tua angkatnya jika dia menolak perjodohan ini? Apakah mereka akan berada dalam bahaya? Damian mungkin terlihat dingin dan tak berperasaan, tetapi dari apa yang dia katakan, jelas bahwa keluarga mafia tidak mengenal belas kasihan. Dunia mereka keras dan penuh kekerasan, dan Nina tidak bisa membayangkan orang tua angkatnya yang sudah berusia lanjut terlibat dalam kekacauan seperti itu.
Nina menatap bayangannya di cermin. Matanya menunjukkan kelelahan, bukan hanya karena hari panjang di rumah sakit, tetapi karena pergulatan batin yang kini menghantuinya.
“Bagaimana ini bisa terjadi?” tanya Nina pada dirinya sendiri, suaranya hampir seperti bisikan. “Apa yang harus aku lakukan?”
Nina duduk di tepi tempat tidur, mencoba mengatur napasnya yang berat. Ia merasa terjebak di antara dua pilihan yang sama-sama buruk: menyerahkan kebebasannya dengan menikahi Damian, atau mempertaruhkan keselamatan orang-orang yang ia cintai.
Dia memikirkan orang tua angkatnya, orang-orang yang telah merawatnya sejak kecil, yang memberinya cinta dan pendidikan tanpa syarat. Mereka adalah segalanya bagi Nina, dan dia tidak bisa membiarkan mereka terluka karena keputusan yang dia ambil.
"Tapi menikah dengan Damian?" pikir Nina, suaranya terdengar getir dalam hatinya. "Bagaimana mungkin aku hidup dengan pria seperti itu?"
Damian, dengan dinginnya, adalah simbol dari segala hal yang Nina hindari dalam hidupnya. Dunia kekerasan, kekuasaan yang berlumur darah, dan kehidupan tanpa kebebasan. Bagaimana ia bisa menjalani hidup seperti itu? Nina tahu, jika ia setuju untuk menikah, dirinya yang sekarang mungkin akan hilang. Dia akan menjadi seseorang yang berbeda, terperangkap dalam dunia yang penuh bayangan dan bahaya.
"Apakah aku benar-benar harus mengorbankan hidupku untuk melindungi mereka?" Nina bertanya pada dirinya sendiri, rasa putus asa mulai merayap di hatinya.
Namun, di tengah kebingungan itu, sebuah pikiran muncul. Mungkin ada jalan keluar yang belum ia lihat. Mungkin, jika ia bisa berbicara dengan Damian lagi, ia bisa menemukan cara untuk melindungi keluarganya tanpa harus menyerah pada perjodohan ini. Damian memang dingin dan misterius, tetapi dia tampak rasional. Mungkin, ada solusi lain yang bisa mereka capai tanpa harus mengikuti perjanjian bodoh ini.
Nina bangkit dari tempat tidurnya. Keputusan mulai terbentuk di dalam pikirannya. Dia tidak akan menyerah begitu saja. Dia akan bertemu dengan Damian lagi, tetapi kali ini, bukan untuk menerima takdir yang ditentukan untuknya. Dia akan mencari cara untuk melindungi keluarganya tanpa harus mengorbankan dirinya sendiri.
"Aku tidak akan menyerah tanpa perlawanan," Nina berbisik pada dirinya sendiri. "Aku akan menemukan jalan keluar."
Dengan tekad yang mulai menguat, Nina merasa sedikit lebih tenang. Meski keputusannya belum final, setidaknya ia tahu satu hal: dia tidak akan membiarkan hidupnya diatur oleh orang lain, bahkan oleh keluarga mafia sekalipun. Dan jika Damian berpikir bahwa dia bisa mengendalikan hidupnya begitu saja, maka dia jelas salah.
Bersambung
Happy reading