CHAPTER 4
Apartemen khusus Mahasiswi, Pukul 06.30 pagi.
Setelah sampai di Apartemen sederhana nya, Reva langsung menatap cermin tegak di dalam kamarnya.
Jemari tangannya melepaskan satu persatu kancing pada seragam merahnya ini.
Lalu melihat bekas kecupan Raidan yang masih sangat merah membekas di leher mulus nya.
Tatapannya pun tampak kosong.
Lalu Ia ingat Talita bertanya saat di minimarket. Dengan menyembunyikan luka hatinya, Reva hanya bisa menjawab kalau ini adalah bekas gigitan serangga, beruntung Talita percaya dengan ucapan nya. Karena ia tidak mau Talita akan ikut terseret masalah dengan lelaki kaya raya itu.
Ditatap wajahnya yang masih terlihat pucat, lalu tanpa sadar air matanya mengalir deras membasahi pipinya.
"Tinggal sembilan bulan lagi Reva, kamu Harus banyak tersenyum" Gumamnya sembari menyemangati diri nya sendiri.
Ia lalu merebahkan tubuhnya diatas Kasur, beruntung hari ini kelas akan dimulai pukul sebelas siang, jadi ia bisa beristirahat setidaknya tiga jam dari sekarang.
*
*
Waktu sudah menunjukkan pukul 10.20, saat Reva melihat pada jam tangan yang ia kaitkan pada pergelangan tangan sebelah kirinya.
Setelah cukup beristirahat di Apartemen kecilnya, Reva bersiap untuk berangkat ke kampus dengan Motor Matic Merahnya yang sudah ia beri nama Mici.
*
Dalam perjalanan ke kampus matanya melihat bahan bakar motor ini hampir habis, Ia baru teringat kalau pagi tadi belum sempat mengisi karena sudah terlalu lelah.
"Mici, jangan mogok dulu ya" Gumamnya sembari memegang setir motor.
Setelah 10 menit, akhirnya ia pun tiba di depan gedung kampus, beruntung bahan bakar di dalam tangki motornya masih cukup untuk sampai kesini.
Motor matic merah ini baru saja memasuki area parkiran khusus motor mahasiswa. Reva Langsung memarkirkan motor nya di salah satu sisi Parkiran yang masih kosong. Setelah memarkirkan motor nya, lalu berjalan menuju ke ruang kelas yang berada di dekat perpustakaan fakultas nya.
Langkah kakinya pelan, dipadupadankan memakai celana Jeans biru dan juga kaos Putih polos yang sedikit ketat dengan rambut digerai.
Reva tampak sangat mempesona. Ini tidak terlepas dari kecantikan alami yang ia dapatkan sejak lahir. Walaupun, wajahnya masih terlihat pucat, karena kelelahan.
Langkahnya hati-hati menyusuri koridor kampus yang sudah ramai dengan mahasiswa yang baru keluar dari dalam kelas, ataupun baru datang untuk menghadiri kelas.
"Reva..!" Panggil Talita dari belakang.
Talita yang sudah terlhat kelelahan berlari menghampiri Reva yang sudah berhenti dan menoleh kepadanya.
"Kenapa, kok terlihat ngos-ngosan?" Tanya Reva.
Talita menarik nafasnya terlebih dahulu, lalu ia mulai bercerita kejadian yang baru saja ia alami.
"Kamu tahu David, teman pria mesum itu. tadi dia mengikuti aku terus, aku pikir dia akan melakukan sesuatu yang buruk. Ehh, ternyata dia minta maaf atas nama Raidan" Ucap Talita.
"Lalu kenapa kamu seperti di kejar setan?" Tanya Reva lagi.
"Saat aku ngobrol dengan David, Pria mesum itu datang jadi aku berlari" Jawab Talita.
Reva tersenyum, lalu terkekeh.
"Bagus, kalau ketemu mereka kamu harus berlari" Jawab Reva, sembari mengacungkan jempol kanannya.
"Ya sudah ayo ke kelas" Ucap Reva sembari menggandeng tangan Talita.
Setelah beberapa menit, mereka akhirnya sampai di kelas yang sudah dipenuhi oleh mahasiswa.
Reva dan Talita langsung mencari tempat duduk yang masih kosong, ternyata hanya tinggal di kursi depan.
"Mau jadi apa para mahasiswa itu. Heran deh, biasanya kursi depan yang duluan penuh. Sedangkan ini setelah aku jadi mahasiswi malah kursi depan yang terakhir penuh"Gerutu Talita yang baru saja duduk di sebelah Reva.
Mereka lalu mengeluarkan alat tulis, tidak lama kemudian dosen masuk ke dalam kelas.
"Siang ?" Sapa dosen laki-laki yang sudah cukup berumur ini.
"Siang,Pak" Jawab mahasiswa di kelas ini.
"Baiklah, saya ingin mengumumkan Asisten dosen nanti di semester berikutnya" Ucap nya.
"Revalina Mayers, kamu bisa menjadi Asisten saya?" Tanya nya
Reva berdiri, lalu mengangguk dan menyangggupi tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Ia lalu duduk kembali, Talita langsung berbisik di dekat telinganya.
"Kamu pasti capek sekali" Ucap Talita dengan suara pelan.
"Tidak apa-apa" Jawab Reva sembari tersenyum simpul
Pelajaran pun dimulai..
*
Setelah satu jam lebih, kelas pun usai. Reva dan Talita langsung beranjak dari tempat duduk untuk melangkahkan kaki menuju Kantin.
"Aku harap tidak ada gangguan lagi" Gerutu Talita.
Mereka terus berjalan, hingga sampai di kantin kampus.
Mereka memutuskan untuk makan di kantin yang berbeda agar tidak bertemu dengan para pengganggu itu.
Tetapi dugaan mereka salah, sekali lagi tanpa diduga kedua sahabat ini berhadapan langsung dengan Raidan yang sudah berdiri tepat di depan mereka.
Seperti memang sudah menunggu, Raidan bahkan menyediakan tempat untuk mereka makan.
Lelaki ini tersenyum manis menatap Reva yang masih tertegun, Talita yang ada di sebelah Reva langsung menarik tangan sahabatnya untuk segera keluar dari dalam kantin.
Tapi sekali lagi, Talita kembali di tahan oleh David.
"Hei, bukannya baru minta maaf tadi. dasar teman takut teman !" Celetuk Talita.
David lalu menarik tangan Talita untuk duduk di kursi berbeda.
"Reva..!" Teriak Talita.
"Talita" Ucap Reva.
Raidan lalu melingkarkan kedua tangannya di pinggang langsing Reva dengan lembut.
"Aku hanya ingin makan siang denganmu, sayang" Bisik Raidan.
Reva meneguk salivanya, lalu ia tatap dingin wajah Raidan yang sedang berada di depannya ini.
Di lepaskannya tangan laki-laki ini dari pinggangnya dengan kasar.
"Jangan sakiti Talita" Ucap Reva tegas.
"Itu tergantung pelayanan mu sayang" Bisik Raidan sekali lagi.
Reva menuruti kemauan Raidan, Raidan lalu merangkul pinggul Reva untuk duduk di kursi dan meja yang sudah dipersiapkan secara khusus.
Kedua tangan nya menarik kursi ini ke belakang, lalu ia persilahkan Reva untuk duduk.
Raidan ikut duduk di sebelah Reva, kemudian memanggil seseorang untuk membawakan makan siang untuknya dan Reva.
Saat menunggu makanan datang, Raidan mulai bersikap nakal. Ia meraba paha Reva, lalu meremasnya.
Reva tersentak, lalu berdiri.
"Jangan kurang ajar !!" Bentak Reva.
Raidan tersenyum, lalu ia tarik tangan Reva untuk duduk kembali.
"Baiklah sayang" Ucap Raidan dengan suara lembutnya.
Reva hanya duduk diam tanpa mengatakan sepatah katapun, sedangkan Raidan sedang menatap wajah cantik wanita yang ada di sampingnya ini.
"Kenapa aku baru melihatmu, kemana saja kamu selama ini ?" Tanya Raidan sembari menopang dagu dengan tangan kirinya.
Reva tidak menjawab, ia terus diam tanpa kata.
"Kamu tidak memakai riasan ataupun lipstik. Tetapi kenapa kamu sangat cantik Reva ?" Ucapnya lagi.
Reva tetap diam, ia berusaha tidak mempedulikan lelaki ini. Hingga makanan mereka datang.
Reva langsung memegang garpu, lalu ia suapkan lilitan Kwetiaw ke dalam mulutnya.
Mulutnya terus melahap makanan ini, karena sesuai perjanjian ia hanya menemani lelaki mesum ini untuk makan siang.
"Pelan-pelan" Gumam Raidan.
Tiba-tiba saja Reva tersedak dan batuk, lalu ia mengambil gelas berisi air putih di atas meja, kemudian ia teguk untuk menghilangkan rasa pedas di tenggorokannya.
Setelah itu, ia usap air yang masih membasahi bibirnya.
Hingga tubuhnya tertegun mematung, saat Raidan tiba-tiba saja meraup bibirnya, lalu menciuminya.
Mulut laki-laki ini mengulum dan menggigit bibirnya dengan kasar hingga berdarah
Di dorongnya dada Lelaki ini, lalu ia usap bibirnya dengan telapak tangannya untuk membersihkan sisa saliva dari mulut Raidan.
"Enyah dari hidupku !!" Ucap Reva dengan suara tinggi nya.
Diambil tas kainnya yang ada di kursi sebelah tempat duduknya, lalu ia beranjak pergi untuk segera menjauh dari lelaki kurang ajar ini.
Raidan tersenyum nakal, semakin Reva menolak sentuhannya semakin tertantang dirinya untuk mendapatkan wanita itu.
*
Dalam perjalan menuju Tempat parkir, Talita terus memeriksa bibir Reva yang sedikit berdarah akibat ciuman paksa dari Raidan.
"Kurang ajar !" Gerutu Talita.
"Aku takut Tal" Ucap Reva dengan tiba-tiba.
Mereka lalu berdiri, membeku di koridor Kampus.
Talita lalu memapah Reva untuk duduk di bangku yang ada di dekat mereka. Ia tenangkan Reva yang tampak tertekan dengan perlakuan Raidan.
"Aku takut Tal, dia sangat menakutkan" Gumam Reva.
Tiba-tiba saja air mata Reva membasahi pipinya, Talita terdiam.
Selama bertahun-tahun ia mengenal Reva baru kali ini kedua matanya melihat Reva menangis di depannya.
Kedua tangan nya merentang untuk memeluk tubuh sahabatnya ini. Lalu nengusap-usap bahu Reva dengan lembut, sembari memberikan kata-kata penyemangat agar Reva menjadi lebih baik.
Setelah beberapa menit, Reva kembali dalam keadaan yang stabil.
Sembari memasang senyum manisnya, mereka pun kembali untuk berjalan dan memutuskan untuk makan di luar kampus.
*
Sesampai di salah satu kantin umum, mereka langsung duduk dan memesan makan siang.
"Kamu sudah lebih baik?" Tanya Talita
Reva mengangguk, lalu tersenyum.
"Apa kita laporkan saja, ini sudah termasuk penyerangan secara seksual. Rev" Ucap Talita tegas.
Reva menggelengkan kepalanya, ia tidak mau memperpanjang urusan dengan lelaki itu.
"Kamu yakin, aku takutnya dia akan terus melakukannya Rev" Jawab Talita.
"Tenang saja Tal, aku akan mencari jalan keluar" Jawab Reva.