CHAPTER 5
Mini Market pukul 19.30.
Malam ini banyak pelanggan berdatangan terutama dari kalangan Mahasiswa baru yang baru saja menempati asrama kampus.
Mereka banyak membeli makanan ringan dan juga perlengkapan mandi seperti sabun dan pasta gigi.
Reva yang sedang sibuk menyusun barang yang baru saja datang berbagi tugas dengan Talita yang sedang melayani pembayaran para pelanggan.
Pintu kembali terbuka, pelanggan baru saja masuk.
Reva tanpa melihat siapa yang datang menyambut dengan kalimat khas tempat nya bekerja.
"Selamat datang" Sapa nya, sembari masih memasukkan makanan ringan ini ke dalam rak.
Kardus berat ini ia angkat untuk ia letakkan ke sisi Rak yang lainnya, hingga ada pelanggan yang berjalan ke sisi rak tempat nya sedang menyusun barang.
Reva berdiri untuk menanyakan barang apa yang sedang dicari oleh pelanggan ini.
Hingga mulutnya terdiam, saat ia baru mengetahui pelanggan ini adalah Raidan.
Spontan tubuh memundur ke belakang, waspada takut kalau Raidan akan menciumnya lagi secara paksa.
"Dimana letak kondom?" Tanya Raidan.
Reva terdiam sejenak, lalu ia melangkahkan kaki untuk menunjukkan rak yang tersusun dengan pengaman khusus pria dengan berbagai rasa itu.
"Disini " Ucap Reva sembari menunjukkan rak yang terletak banyak benda yang Raidan maksud.
Raidan melangkahkan kaki nya perlahan mendekati Reva yang sudah menunjukkan benda yang ia cari.
Diambilnya satu berwarna merah muda, dengan rasa anggur.
Reva spontan memundurkan tubuhnya, ia tidak mau terlalu dekat dengan laki-laki ini.
Raidan kembali mendekati Reva, dengan seringai nakalnya kedua bola matanya menatap Reva dengan tatapan yang intens.
Didekatkan nya wajahnya ke wajah Reva.
Tentu saja Reva spontan memundurkan tubuhnya. Hingga ia akan terjatuh, dengan cepat Raidan menangkap tubuhnya.
Di rengkuhnya pinggang langsing gadis cantik ini, lalu ia angkat.
Kemudian tubuhnya menghimpit tubuh Reva hingga buah dada kenyal itu terasa di dada bidangnya.
"Kalau kamu suka rasa apa?" Bisik Raidan di daun telinga Reva.
Reva tertegun, langsung ia dorong tubuh laki-laki ini untuk segera menjauh dari nya.
Kaki nya melangkah segera masuk ke dalam kasir.
Talita yang baru saja melayani banyaknya pelanggan terkejut melihat Reva terburu-buru masuk di dalam ruang sempit ini.
"Ada apa Reva?" Tanya Talita bingung.
Tidak berapa lama Raidan mendekati dua sahabat itu dengan membawa kotak kecil yang sudah ia pegang sejak tadi.
"Oh, ini biang keroknya !" Celetuk Talita.
Talita langsung keluar untuk berhadapan langsung dengan laki-laki ini.
"Tuan Raidan yang terhormat, jangan ganggu sahabat saya lagi. dia gadis baik-baik !" Ucap Talita yang semakin meninggi kan suaranya.
Raidan terkekeh melihat tingkah Talita yang menggemaskan.
"Kalau begitu kamu saja yang tidur denganku?" Ucap Raidan.
Talita gelagapan, laki-laki yang di depannya ini sudah sangat kurang ajar.
Reva yang mendengar perkataan Raidan langsung keluar dari ruang kasir, untuk menjauhkan Talita dari Raidan. Ia tidak mau sahabatnya ini akan mendapatkan masalah dengan meladeni Tuan muda kurang ajar yang ada di depan mereka.
"Kau..!" Tunjuk Talita di depan wajah Raidan.
Reva langsung menarik tangan Talita untuk menjauh.
"Biar aku saja yang bicara dengannya" Ucap Reva kepada Talita.
Reva mendekati Raidan, ia beranikan dirinya untuk berbicara dengan laki-laki ini.
Ia tarik nafasnya, lalu dihembuskan nya.
Raidan hanya tersenyum tipis melihat gadis yang ada di depannya ini terlihat gugup tetapi mencoba bersikap berani.
"Bisa kita berbicara di luar?" tanya Reva.
Raidan tersenyum simpul, ia memang sangat ingin berduaan saja dengan gadis cantik ini.
"Tentu saja, sayang" Jawab nya dengan seringai nakal.
Reva bersama dengan Raidan keluar dari minimarket, sedangkan Talita mengekori mereka dari belakang. ia tidak ingin sahabatnya itu mengalami hal yang buruk.
"Berbicara di mobil saja " Ucap Raidan.
"TIDAK !" Ucap Reva tegas.
Raidan terkekeh, ia semakin gemas dengan gadis cantik ini, hasratnya bahkan semakin besar untuk mendapatkan Reva.
Reva memberanikan dirinya untuk berbicara dengan Raidan.
"Raidan" Ucapnya dengan suara bergetar.
Raidan menahan senyum nya saat melihat Reva gelagapan, lalu ia pegang pundak Reva.
Spontan Reva memundurkan tubuhnya.
"Jangan gugup aku tidak akan memakan mu" Ucap Raidan.
Reva menghela nafas, lalu kembali ia hembuskan keluar.
"Aku hanya ingin mengatakan, Aku hanya seorang karyawan mini market dan seorang mahasiswi biasa. Tidak ada yang bisa di lihat dari aku, tidak wajahku ataupun asal-usul ku. aku dan Talita hanya ingin mencari uang untuk biaya kuliah dan biaya hidup kami. tidak ada waktu untuk membuang-buang waktu. jadi tolong aku memohon padamu, jangan ganggu aku dan sahabatku" Ucap Reva, lalu ia menundukkan kepalanya.
Raidan mendengus, lalu kaki nya ia langkahkan mendekati Reva.
Reva kembali memundurkan tubuhnya, lalu berdiri tegak melihat laki-laki yang ada di depannya.
"Reva, aku semakin menyukai mu" Ucap Raidan dengan senyum tipisnya.
Reva tertegun, nafasnya tersengal, jantungnya berdetak kencang.
"Kamu tidak menyadari betapa indahnya wajah dan tubuhmu itu" Ucap Raidan kembali.
Raidan dengan langkah cepat langsung merengkuh tubuh Reva dengan erat.
Mata Reva membulat sempurna, ia teguk saliva nya dengan berat.
Jantung nya berdetak lebih kencang.
DEG !
Raidan menatap setiap inci wajah cantik ini, tatapannya mengintimidasi yang membuat Reva mematung dan membeku.
"Aku benar-benar ingin tidur denganmu, menciumi bibir ranum mu, mencumbui setiap lekuk tubuh mu dan menghujami liang mu berulang kali" Gumamnya.
Sontak Reva mendorong tubuh Raidan, ia langsung masuk ke minimarket.
Talita langsung mendekati Reva, yang tampak terengah-engah bernafas.
"Apa yang dia kata Rev?" Tanya Talita.
Reva menoleh ke arah Talita, ia lalu menggelengkan kepalanya.
"Tal, dia benar-benar sudah gila !" Gerutu Reva.
Raidan menatap Reva yang sedang berbicara dengan Sahabatnya itu, ia tersenyum sejenak.
"Aku pasti akan mendapatkan mu, Reva"Gumamnya, sebelum masuk ke dalam mobil sport merah yang sudah diparkir di depan minimarket.
*
*
Di Dalam Apartemen,Pukul 10.30.
Reva terus mondar-mandir sembari melihat ke arah jam dinding di kamarnya, ia sejak semalam terus saja memikirkan mengenai perkataan Raidan. Bahkan untuk datang ke kampus pun sekarang, dirinya merasa ketakutan.
Jarum jam dinding itu terus bergerak, sudah tidak ada waktu lagi untuknya berpikir. Jika Ia tidak masuk kelas ini maka nilainya akan turun, kegelisahan menjadi karena harus memikirkan beasiswa nya.
"Masa bodoh, semangat Reva ! " Celetuknya.
Diambilnya Tas kainnya di atas kasur, lalu ia berangkat ke kampus dengan Scooter kesayangannya.
*
Lampu masih terlihat merah.
Reva dengan tenang menunggu lampu lalu lintas itu berubah menjadi hijau.
Tiba-tiba saja kedua bola matanya menangkap keberadaan mobil sport merah dari belakang, tepat di sebelah tempatnya berhenti.
"Ini bukannya mobil Raidan ?" Gumamnya dalam helm ini.
Beruntung ia memakai helm, jadi Raidan tidak akan melihatnya. Tetapi yang mengganggu pandangannya adalah saat ia melihat Raidan asyik bercumbu dengan wanita di dalam mobil itu.
Reva menggelengkan kepalanya, laki-laki itu benar-benar sudah gila pikirnya.
"Anak orang kaya, bebas. benar tidak Mici ?" Gumamnya kepada Motor Matic merahnya ini.
Tanpa ia sadari Raidan sudah menoleh ke arah nya sedang tersenyum tipis menatapnya yang sedang mengusap-usap motor scooter nya.
Tidak berapa lama, lampu lalu lintas berubah menjadi hijau.
Reva kembali mengemudikan scooter merahnya ini.
Hingga selang sepuluh menit, ia memasuki gerbang kampus.
Scooter ini ia arahkan ke tempat parkir yang berada di sebelah kanan dari pintu gerbang ini.
Setelah sampai, lalu memarkirkan di tempat yang kosong.
Dimasukkannya helm ke dalam bagasi, lalu ia ambil tas yang tadinya terletak di dalam bagasi, kemudian ia jinjing untuk segera menuju ke kelas nya.
Langkah kaki nya terhenti, lalu memundurkan tubuhnya beberapa langkah ke belakang.
Raidan yang sejak tadi berdiri bersama dengan sahabatnya yang bernama David itu seperti memang sengaja tengah menunggu dirinya.
Reva berbalik arah, ia lalu berjalan dengan langkah cepat melewati jalur memutar.
Tanpa ia sadari Raidan terus mengekorinya dari belakang.
Ia lalu menoleh, nafas lega nya terdengar saat ia tahu Raidan sudah tidak mengikutinya lagi.
"Huuh.." Menghembuskan nafasnya, lalu melangkahkan kaki dengan pelan.
Hingga ada seseorang yang menarik tangannya dari balik dinding putih ini.
"Raidan..!" Celetuknya.
Raidan tersenyum melihat wajah kaget Reva, ia rengkuh tubuh gadis cantik ini hingga tidak ada jarak yang memisahkan.
"Raidan, lepaskan !!" Teriaknya.
Raidan tertawa, mendengar gadis selembut Reva kesulitan berteriak.
"Jangan berteriak, nanti pita suara kamu putus" Ucap Raidan dengan seringainya.
"Tolong lepaskan dulu Raidan, bukan begini cara nya berbicara dengan orang lain" Ucap Reva.
Raidan terdiam, hanya dengan mendengarkan ucapan bijak gadis ini saja sudah mampu membuatnya tertegun.
Raidan melepaskan kedua tangannya dari pinggang ramping Reva, sembari menatap wajah gadis ini.
Reva merapikan rambut dan baju nya yang sedikit berantakan, lalu ia beranikan dirinya untuk menatap Raidan.
"Apa yang ingin kamu katakan?" Tanya Reva dengan suara lembutnya.
Tiba-tiba saja Jantung Raidan berdetak lebih kencang dari biasanya, ada sesuatu yang lain yang sedang ia rasakan sekarang.
Reva mengernyitkan keningnya, menunggu jawaban Raidan.
"Raidan?" Tanya Reva.
Raidan tersadar, lalu ia berusaha untuk tenang.
"Ehmm" Raidan berdehem.
"Tidak jadi, kamu boleh pergi" Ucap Raidan.
Tanpa pikir panjang, Reva langsung berlari untuk segera sampai di kelas.
Sedangkan Raidan sedang tertegun, menatap rambut panjang Reva yang tersibak.