Pustaka
Bahasa Indonesia

A Love Story

138.0K · Tamat
Nellamuni
103
Bab
2.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

(Bacaan hanya untuk di atas usia 21 ) Ini adalah kisah cinta sejati yang mampu mengubah seorang Raidan Greyson sang pewaris tunggal perusahaan Raksasa Greyson. Ia tidak sengaja bertemu dengan Revalina Mayers yang merupakan karyawan minimarket yang juga mahasiswa di kampus yang sama dengan nya. Pada awalnya Raidan yang terkenal sebagai seorang pria Nakal dan Playboy,hanya tertarik secara fisik terhadap Reva. Berjalannya waktu,ia mulai merasakan perasaan cinta yang tulus kepada Reva yang hidupnya hanya tinggal beberapa bulan lagi di dunia ini. Lalu apakah cinta mereka dapat bersatu disaat alam semesta memberikan takdir yang menyakitkan?

Cinta Pada Pandangan PertamabadboyWanita CantikTuan MudaRomansaBillionaireKampusplayboy

CHAPTER 1

Hujan terus turun sejak sore tadi, jalanan yang tadinya kering kini mulai becek dan berlumpur.

Suara gemericik air terus terdengar saat Reva mengendarai motor matik nya agar segera tiba di minimarket tempatnya bekerja.

Dengan mengenakan mantel hujan, ia berusaha menerobos deras nya hujan yang mungkin tidak akan berhenti di malam ini.

Lampu motornya terus menyoroti jalanan yang ada di depan, hingga ada satu mobil melaju dengan sangat kencang dari belakang.

"Oh..A..a.." mulutnya terus bergumam saat motor ini sudah oleng dan akan terjatuh.

BRAKKK !

Motor terjatuh tepat di jalanan becek. Beruntung Reva tidak terjatuh ke dalam selokan tepi jalan ini.

Ia mendengus kesal, tetapi mencoba mengatur pernafasannya agar lebih stabil.

Dihembuskannya Nafasnya, lalu ia keluarkan perlahan.

"Huuhh.."

Terdengar Hembusan nafasnya di tengah derasnya hujan.

"Sabar Reva, orang sabar pasti cepat kaya" Gumamnya sembari menegakkan kembali motornya yang sudah tergeletak di tanah.

Helaan nafasnya terdengar, semua pakaiannya basah dan penuh lumpur. Tatapannya nanar, ingin sekali dirinya menghujat pemilik mobil mewah berwarna merah yang tadi melaju dengan sangat kencang, mungkin pengemudinya tidak mengerti aturan dalam berkendara, pikirnya.

Drrt..

Ponselnya terus bergetar di dalam saku celana jeans nya. Ia pinggirkan sebentar motornya di tepi jalan, lalu mengambil ponsel yang sudah dibungkus nya menggunakan plastik bening. Selain untuk melindungi agar ponselnya tidak rusak, Reva juga masih memiliki cicilan atas Ponsel yang baru ia beli bulan lalu ini.

"Halo, iya Bi tunggu sebentar lagi, aku akan sampai" Jawab Reva ditengah derasnya hujan.

"Ya sudah, aku tutup dulu" Ucapnya sebelum memutuskan panggilan dari teman kerjanya yang akan berganti shift dengan nya malam ini.

Reva kembali naik ke atas motor, lalu memegang setir motornya, terpaksa menerobos derasnya hujan untuk melaju menuju ke mini market tempatnya bekerja.

*

Sesampai di Minimarket, Reva langsung memarkirkan motor di parkiran khusus karyawan tepat berada di belakang gedung ini.

Dengan pakaian yang penuh lumpur dan basah, ia masuk ke dalam minimarket melalui jalur belakang.

"Rev, kenapa kamu? Habis main di got?" Tanya Talita teman kerja wanita nya sekaligus sahabat baik nya yang akan ikut shift dengannya malam ini.

Reva tertawa terbahak-bahak, jika teringat bagaimana sulitnya menuju ke tempat kerjanya malam ini, ia tidak akan berpikir bisa sampai dengan selamat datang kesini.

"Beruntung kamu ada seragam di loker" Ucap Talita sembari memberikan handuk kecil kepada Reva.

Revalina mayers adalah mahasiswi semester lima yang sudah bekerja selama enam bulan di minimarket ini. Talita lah yang merekomendasikannya untuk memasukkan lamaran kerja di minimarket yang berada dekat dengan kampus tempat mereka berkuliah

"Kamu tidak apa-apa ?" Tanya Talita yang baru saja menyadari bahwa wajah Reva tampak pucat pasi.

"Kamu tahu sendiri, kulit ku putih jadi seperti ini kalau terkena air hujan" Jawab Reva, sebelum masuk ke dalam ruang ganti karyawan.

Tidak berapa lama, Reva sudah tampak cantik dengan seragam merahnya. Rambutnya di kuncir kuda, dengan gincu merah muda mengoles pada bibir tipis berbentuk hati nya.

Walaupun dirinya merupakan gadis yatim piatu yang besar di panti asuhan, Reva lebih terlihat seperti anak orang kaya raya. Dimana wajahnya yang terlihat blasteran, dengan kulit putih, hidung mancung, serta lesung pipi di pipi sebelah kanan nya. Bahkan Kecantikan nya inilah yang membuat dirinya banyak menjadi idola pelanggan minimarket yang kebanyakan adalah para mahasiswa yang tinggal di asrama kampus.

Ia menyusul Talita yang sudah menggantikan Bibi yang baru saja akan pulang malam ini, maklum saja Bibi menjaga minimarket sendirian sejak tadi siang. Ia cukup lelah, tetapi tidak pernah mengeluh.

"Kamu terlihat lelah Bi ?" Tanya Reva yang baru saja masuk ke dalam meja kasir.

"Masih harus mengetik skripsi Rev, aku mau mati saja !" Pekiknya.

Reva dan Talita spontan tertawa terbahak-bahak.

Jelas saja bibi yang jarang mengeluh akhirnya mengeluarkan uneg-uneg nya. Sekarang kakak tingkat dari Reva dan Talita ini sudah menginjak semester tujuh, dimana dirinya lagi sibuk-sibuknya untuk berkonsultasi masalah skripsi dan lainnya.

"Ya sudah aku pulang, kalian hati-hati jaga malam ini" Jawab Bibi yang memiliki postur yang cukup tinggi, dengan proporsi tubuh yang kurus.

*

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 20.30

Minimarket tampak sepi, mungkin karena hujan yang sedaritadi tidak kunjung berhenti.

Reva yang sedang sibuk menghitung uang di dalam laci kasir, Sedangkan Talita masih berada di gudang untuk menghitung stok barang.

Setelah beberapa saat pelanggan laki-laki dan wanita yang tampak sedang dimabuk asmara masuk ke dalam Minimarket

Reva dengan sigap mengunci laci, lalu menyambut Pelanggan pertamanya malam ini.

"Selamat datang ?" Ucapnya sembari tersenyum ramah di meja kasir.

Lelaki tinggi itu tengah merangkul seorang wanita yang berpakaian cukup terbuka dengan lekukan payudara yang hampir menonjol keluar, mereka berjalan menyusuri sisi minimarket lalu berdiri cukup lama di salah satu sisi rak makanan ringan.

Reva yang sedikit curiga melangkahkan kaki melihat apa yang sedang mereka lakukan.

Matanya membulat saat ia melihat dua sejoli itu tengah bercumbu panas, dengan saling melumat bibir pasangannya hingga lidah mereka beradu saat berada di atas birahi yang memuncak.

Kakinya membeku, rasa tidak bisa digerakkan. Reva ingin berlari lalu menyembunyikan wajahnya, tapi itu terlambat saat diantara mereka berdua menyadari keberadaan nya.

Tiba-tiba saja mata lelaki bertubuh tinggi dengan warna cokelat hazel itu menangkap sesosok karyawan wanita yang sedang menonton adegan erotis barusan.

Lelaki itu menatap tajam wanita bertubuh cukup tinggi yang tengah berdiri menyaksikan adegan mesra dirinya dengan wanita yang menjadi pelampiasan nafsunya malam ini.

Langkah kakinya terdengar mendekati Reva yang terlihat salah tingkah.

TAP..

TAP..

TAP..

Kakinya lalu berhenti.

Sungguh laki-laki yang ada di depan Reva sekarang terlihat sangat tampan. Bahkan ia takjub melihat betapa mempesonanya lelaki bertubuh atletis ini.

"Oh, Maaf Tuan saya permisi" Ucap Reva baru saja mengembalikan kesadarannya.

Lelaki ini langsung menarik tangan Reva, lalu merengkuh ke dalam pelukannya.

Reva sontak terkejut, ia tertegun, Nafasnya tersengal saat tatapan mata lelaki ini seakan-akan akan melahap tubuhnya malam ini.

"Reva.." Panggil Talita yang baru saja kembali dari gudang

Reva langsung melepaskan rengkuhan laki-laki ini, lalu ia kembali ke meja kasir dengan tergesa-gesa.

Jantungnya masih berdebar kencang, belum pernah ia bertatapan sedekat itu dengan seorang lelaki apalagi sampai dipeluk.

"Rev, kenapa?" Tanya Talita, saat baru saja masuk ke dalam meja ruang kasir.

"Oh, tidak Tal" Jawab Reva singkat.

Wajahnya pucat pasi, ia sungguh takut jika harus bertatapan lagi dengan laki-laki tadi.

"Kamu sakit ?" Tanya Talita

"Tidak, tidak" Jawabnya gelagapan

Tidak lama kemudian, laki-laki tadi mendekati kasir dengan memeluk erat wanita dengan rok mini, serta blouse berbelahan dada rendah.

Sungguh tubuh wanita yang ada dipelukkan lelaki tampan ini sangat sintal dan sexy.

Lelaki ini langsung meletakkan barang yang akan ia beli.

Mata Reva semakin membulat saat ia melihat kotak kecil dengan tulisan rasa buah anggur ada di atas meja kasir.

Ia tertegun sejenak, setelah itu ia tersadar. Diambilnya kotak kecil berwarna merah muda ini, lalu ia rekam untuk melihat harganya.

"35 Ribu rupiah" Ucap Reva.

Lelaki ini langsung menyerahkan satu lembar uang merah seratus ribu, kemudian pergi begitu saja dengan membawa kotak kecil ini.

Reva yang baru saja akan memberikan uang kembalian, spontan keluar dari dalam kasir untuk menyerahkan uang kertas yang ada di tangan nya.

Dibukanya pintu minimarket, kemudian ia berlari ditengah rintik hujan, kakinya melangkah terus ke depan untuk mendekati lelaki yang akan membuka pintu mobil sport merah itu.

Langkah kakinya terhenti, lalu terdiam sesaat setelah melihat mobil ini. Kedua manik cokelat hazel nya menatap sejenak untuk mencoba mengingat pelaku utama yang menyebabkan tubuhnya bisa jatuh ke genangan lumpur tadi.

Matanya membola, ia ingat ternyata ini adalah mobil tadi yang hampir menabrak dirinya saat berkendara.

"Ada apa ?" Tanya lelaki ini.

"Ini Tuan kembalian nya" Ucap Reva, sembari menyodorkan beberapa uang kertas kembalian di tangannya.

Lelaki ini menyeringai nakal, sontak menarik tangan wanita cantik ini, lalu ia rengkuh dalam pelukannya.

"Kamu cantik sekali" Gumam Laki-laki ini.

Reva langsung melepaskan pelukan laki-laki ini sekuat tenaga, dengan cepat ia serahkan uang kembalian, lalu berlari masuk ke dalam minimarket.

Lelaki dengan mengenakan kaos hitam ITU kembali menyeringai, tatapannya tajam melihat wanita cantik itu.

*

*

Pagi menyapa, langit tampak cerah tidak seperti semalam yang terus hujan tanpa henti.

Dengan scooter merahnya, Reva akan berangkat ke kampus untuk masuk ke kelas pagi mata pelajaran bahasa inggris.

Reva sendiri merupakan mahasiswi jurusan Sastra inggris, ia termasuk salah satu mahasiswa paling berprestasi di kampus. Bahkan setiap tahun nya dirinya selalu mendapatkan beasiswa berprestasi, sehingga bisa meringankan beban dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

*

Jalanan ibukota cukup padat dan ramai pagi ini, Reva dengan sabar menunggu lampu merah untuk berubah menjadi lampu hijau agar segera melaju.

Diliriknya beberapa pengendara roda dua dan empat yang tampak tertib mematuhi rambu-rambu lalu lintas.

Hingga Mobil sport merah kemarin tepat berhenti di sisi kiri motor nya.

"Bukannya itu mobil lelaki yang kemarin ?" Gumamnya dalam helm hitam ini.

Tidak lama kemudian lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau, kedua tangan nya langsung melajukan Scooter miliknya untuk segera sampai di kampus.

Setelah lebih dari sepuluh menit, Motor matic merah ini sudah masuk ke dalam gerbang kampus. Diarahkan motornya langsung ke parkiran khusus kendaraan roda dua. Lalu ia parkirkan di sisi yang masih kosong.

Dibukanya helm hitamnya, lalu ia letakkan di dalam bagasi motor, kemudian diambilnya tas kain nya dengan tangan kanannya menjinjing sembari melangkahkan kaki menuju ruang kelas yang berada cukup jauh dari area parkiran.

Reva berlari kecil mengejar waktu, tidak ingin terlambat karena akan mengurangi poin kehadirannya.

Kakinya terus berlari kecil, Hingga..

BRUKK !!

Ia tidak sengaja menabrak seseorang.

Tubuhnya terjatuh di lantai, tangan kanan nya menahan berat tubuhnya, lalu memijat sebentar tangannya untuk segera bangkit dan berdiri.

"Maaf Mas, saya tidak sengaja" Ucap Reva sembari menundukkan kepalanya.

"Saya permisi dulu" Ucap Reva.

Saat ia akan kembali berlari, tiba-tiba saja tangannya dipegang erat oleh seseorang yang tidak sengaja ia tabrak.

Spontan tubuhnya berbalik, Kedua bola matanya membulat saat betapa terkejutnya ia melihat siapa yang tadi bertabrakan dengan tubuhnya.

Senyum laki-laki ini sungguh mengintimidasi, tatapannya tidak lepas memandangi wajah cantik Reva yang tampak salah tingkah.

Ia rengkuh tubuh Reva, lalu didekatkan wajah wanita ini di hadapannya.

"Kita bertemu kembali" Gumam Lelaki ini sembari mengernyitkan Bibir kananya.

Reva tertegun, Ia diam membisu.

Kenapa diantara banyaknya manusia di dalam kampus, dirinya harus menabrak laki-laki yang membeli kondom di tempat ia bekerja semalam.