CHAPTER 2
Jantungnya berdetak kencang.
Deg..
Deg..
Matanya terpanah melihat hidung mancung lelaki ini hampir menyentuh wajahnya.
Spontan kedua telapak tangannya mendorong tubuh lelaki pemilik mata cokelat hazel ini dengan pelan.
Ia atur nafasnya terlebih dahulu, lalu kembali berlari kecil menuju ke ruang kelas.
Tatapan Nakal lelaki ini terus terpaku pada tubuh wanita cantik yang hampir menghilang dari padangan nya, Wanita yang sudah bertemu dua kali dengannya.
Ditengah lamunan nya.
"Hei, Honey" Peluk seorang wanita dari belakang.
Tangan seorang wanita tengah memeluk tubuh Lelaki ini dengan erat, hingga buah dada nya menekan bahu kekar lelaki yang ada didepannya ini.
Lelaki ini melepaskan rengkuhan dari wanita yang semalam sudah bercinta dengan nya.
Nafas panjangnya terdengar, lalu ia cengkeram rahang wanita dengan lipstik merah ini.
"Kau sudah aku pakai, sebaiknya enyah dari hadapanku !" Gumamnya dengan tatapan sinis nya, lalu dengan kasar ia lepaskan cengkeramannya.
Ia lalu beranjak pergi meninggalkan wanita yang semalam ia pakai hanya untuk pelampiasan nafsunya saja.
"RAIDAN..!!"Pekik Wanita dengan rok mini dengan kemeja ketat ini.
Lelaki itu adalah Raidan Greyson, pewaris tunggal perusahaan Greyson yang merupakan perusahaan IT Terbesar di Asia.
Sebagai seorang pewaris tunggal dan cucu satu-satunya dari keluarga Greyson, Raidan memiliki sikap yang bebas. Ia juga adalah Mahasiswa yang paling populer dikampus ini, selain karena keluarganya yang merupakan donatur tunggal di kampus, laki-laki itu juga memiliki kesempurnaan yang tidak dimiliki orang lain. Yaitu sebagai mahasiswa paling tampan yang banyak membuat wanita tergoda akan pesonanya.
Dengan memiliki semua yang tidak dimiliki orang lain, membuat Raidan bersikap seenaknya. Ia menganut pergaulan bebas yang sering melakukan hubungan seksual bersama wanita yang menarik perhatiannya, Tetapi setelah itu ia akan membuang Wanita-wanita yang sudah ia pakai dengan membayar mereka layaknya seorang wanita panggilan.
Tidak ada yang berani melawannya, semua orang takut dan tunduk terhadap pengaruh keluarga dan pesona dirinya.
***
Di dalam ruang Kelas.
Reva baru saja masuk dengan nafas tersengal-sengal. Ia langsung duduk disebelah Talita yang sudah beberapa menit lalu masuk ke dalam kelas.
"Ada apa Rev?" Tanya Talita
"Ada anjing?" Talita terkekeh,
Ia ingat Reva sangat takut dengan anjing bahkan pernah berlari terbirit-birit karena anjing Talita yang ingin menjilati kakinya.
"Lebih dari anjing, aku lihat buaya" Jawabnya dengan masih mengatur Nafas.
"Buaya?!" Celetuk Talita panik
"Dimana?" Tanya Talita sembari melirik ke segala penjuru.
Reva terkekeh saat melihat Talita yang percaya kalau ia baru saja bertemu buaya.
"Bukan Buaya di sungai, tapi buaya darat" Jawab Reva.
"Playboy, maksudnya?" Tanya Talita.
Reva mengangguk, lalu ia ceritakan mengenai Lelaki yang kemarin malam membeli kotak kecil dengan rasa anggur di tempat mereka bekerja.
"Dia berkuliah disini?" Tanya Talita.
"Aku juga saat melihat lelaki itu seperti pernah melihat dimana, tapi aku lupa" Ucap Talita yang sedang terlihat berpikir.
"Ya, sudah tidak perlu dipikirkan laki-laki seperti itu. Semoga saja tidak pernah bertemu lagi" Ucap Reva
"Amiin.." Sahut mereka berbarengan.
Mereka lalu tertawa terbahak-bahak.
Tidak berapa lama kemudian, Dosen masuk dengan membawa lembar kertas ujian yang minggu lalu sudah dilaksanakan.
"Pasti B lagi" bisik Talita di daun telinga Reva
"Tenang saja, kamu sudah belajar" Jawab Reva dengan suara pelan.
Dosen membuka kelas dengan memanggil satu persatu nama dalam lembar jawaban yang sudah ia nilai.
*
Satu jam sudah berlalu, pelajaran pun baru saja selesai.
Reva dan Talita masih berbincang membahas mengenai pekerjaan mereka yang dalam bulan ini akan selalu mendapatkan jatah di malam hari, hal ini mereka lakukan demi Habibi yang sering mereka panggil dengan Bibi, karena tengah sibuk mengurusi skripsi.
"Nanti bawa makanan saja Tal, kalau beli terlalu boros" Gumam Reva sembari memasukkan buku tulisnya di dalam tas.
"Oke, aku juga rencananya begitu" Jawab Talita.
Mereka lalu beranjak dari tempat duduk, kemudian melangkahkan kaki menuju Ke kantin untuk makan siang.
*
Koridor kampus tampak ramai, seperti biasa setelah ujian pasti nilai sudah ditempel oleh bagian akademik pada papan pengumuman.
Reva dan Talita yang sedang berjalan menghentikan langkah mereka untuk melihat nilai yang baru saja di umumkan.
"Rev, kamu itu terlalu jenius. Disaat sibuk bekerja masih bisa mendapatkan peringkat satu" Puji Talita, sesaat setelah melihat papan pengumuman.
Reva menghela nafas panjang, ia tersenyum.
Ini satu-satunya merupakan hal yang dapat ia lakukan untuk ibu asuhnya yang sudah menyayanginya sejak ia bayi.
"Aku ingin memberikan memori terindah untuk ibu Dewi, Tal" Jawab Reva
"Hussh, seperti mau pergi jauh saja" Ucap Talita.
Reva tersenyum manis, lalu mereka kembali melangkahkan kaki menuju ke Kantin kampus.
*
Kantin tampak ramai, jelas saja di jam seperti ini banyak mahasiswa sedang makan siang. Hingga tempat duduk hampir semuanya penuh.
"Di situ kosong" Tunjuk Talita.
Mereka berjalan menuju ke meja yang kosong, tetapi seorang wanita menghalangi mereka untuk duduk di kursi ini.
"Hei, ini bukan kursi nenek moyang kamu !" Celetuk Talita dengan suara tingginya.
"Ini tempat Raidan, kalian tidak punya hak untuk duduk disini !" Jawab wanita berambut pirang ini.
Talita tampak emosi, tetapi Reva langsung menenangkannya.
"Kita kesana saja, itu baru selesai makan sepertinya" Ucap Reva sembari menarik tangan Talita.
Mereka lalu melangkahkan kaki menuju ke meja yang baru saja kosong. Kemudian duduk.
Talita masih terlihat kesal, ia terus menggerutu. Sedangkan Reva tengah menenangkannya.
"Kamu itu terlalu baik, Rev" Celetuk Talita.
"Sudah, biarkan saja mereka. Yang penting kita makan" Ucap Reva tengah tersenyum manis.
Mereka meletakkan tas di kursi terlebih dahulu, kemudian mengantre untuk mengambil makan siang yang disajikan prasmanan.
Ditengah Antrean, lagi-lagi wanita berambut pirang ini menerobos barisan. Talita yang sudah menahan emosi sejak tadi langsung melabrak wanita dengan pakaian terbuka ini.
"Siapa Bernama Raidan itu, memangnya dia presiden !" Ucap Talita, sembari membusungkan dadanya di depan wanita yang membuatnya emosi.
Reva langsung memegangi tangan Talita yang tengah emosi.
"Tal, biar aku saja yang bicara" Ucap Reva.
Dengan suara lembutnya Reva menjelaskan dengan bijaksana dari perilaku kurang terpuji yang sedang wanita ini lakukan sekarang.
"Siapa kamu, mengatur aku !!" Celetuk wanita ini.
"Kau..!" Celetuk Talita, sembari menunjuk wajah wanita ini.
Reva kembali menenangkan Talita, ia kembali berbicara dengan wanita berbaju merah ini. Hingga dengan kasarnya wanita ini mendorong tubuh Reva hingga terjatuh.
Tiba-tiba saja Raidan datang bersama dengan sahabatnya David.
Dengan manja wanita berambut pirang ini memeluk Raidan yang sudah berdiri diantara mereka. Reva yang masih terduduk di lantai, langsung di bantu Talita untuk berdiri.
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Talita
Reva menganggukkan kepalanya, Ia tidak ingin permasalahan ini berlanjut.
Akhirnya Reva dan Talita memutuskan untuk tidak jadi makan siang di kantin, dengan langkah cepat mereka kembali ke meja untuk mengambil tas yang masih terletak disana.
Raidan yang tiba-tiba saja sudah berada di belakang mereka, dengan cepat menarik tangan Reva.
Sontak Reva terdiam, langsung ia lepaskan tangan lelaki yang selalu bersikap kurang ajar dengannya.
Tetapi, Raidan sepertinya tidak ingin melepaskan Reva dengan mudah. Ia lalu mengangkat tubuh Reva, dibawa paksa seperti membawa sekarung beras.
Talita langsung panik, ia paksa Raidan untuk melepaskan sahabatnya itu. Hingga suara teriakannya terdengar di kantin yang luas ini.
"Reva, lepaskan !!!" pekik Talita yang sedang ditahan oleh David.
Raidan masih mengangkat tubuh Reva, ia tidak tinggal diam, tubuhnya terus memberontak untuk dilepaskan. Tetapi tidak seorang pun yang melihat mereka berusaha untuk menolongnya.
"Lepaskan !" Pekik Reva dengan suara seraknya.
"Lepaskan !" Teriaknya lagi.
Raidan dengan cepat membawa wanita ini ke dalam mobilnya, Reva langsung berusaha untuk keluar tetapi Raidan dengan cepat menahan tubuhnya.
Raidan spontan mencium bibir Reva dengan Agresif, hingga Reva mengalami kesulitan bernafas.
Tangan Reva terus berusaha mendorong tubuh Raidan yang tengah menghimpitnya.
Mulut Raidan terbuka, lalu memaksa agar mulut wanita ini terbuka, diberikan liur nya, kemudian ia telusuri rongga mulut ini hingga nafas wanita ini terdengar pendek.
Dilepaskannya mulutnya, lalu ia tatap wajah cantik yang sudah terlihat pucat pasi.
"Lepaskan aku" Gumam Reva, suaranya terdengar nanar.
Raidan menatap terus hingga ia tersenyum, lalu kembali ia lumat bibir wanita yang ada didepannya ini.
Lalu jemarinya melepaskan kancing kemeja wanita ini, kemudian ia cumbui tengkuk leher nya, Hingga terlihat bekas kecupannya pada leher mulus ini.
"Kamu milikku sekarang !" Ucap Raidan.
Reva dengan cepat mendorong Tubuh Raidan, lalu ia berlari keluar dari dalam mobil merah ini.
Ia terus berlari sembari mengancingkan kemejanya.
Hingga ia terhenti, karena kelelahan.
Tubuhnya terasa sangat lelah setelah kejadian tadi, ia putuskan untuk duduk di bangku yang ada di koridor. Ia atur nafasnya agar lebih stabil, lalu menghapus air mata yang terus mengalir membasahi pipi. Reva tidak ingin Talita tahu bahwa baru saja ia mendapatkan penyerangan secara seksual oleh lelaki tadi.
*
Tidak lama kemudian, ia kembali menemui Talita yang sedang berada di kantin.
"Reva..!" Panggil Talita yang terlihat berlari menghampiri sahabatnya.
"Apa yang dilakukan oleh lelaki bejat tadi?!" Tanya Talita Khawatir.
"Tidak ada Tal, dia hanya berbicara saja" Jawab Reva sembari tersenyum.
Talita menarik nafas lega, ia mengusap wajahnya.
Entah sedang bermimpi apa mereka berdua, kenapa sejak tadi malam selalu bertemu dengan lelaki mesum itu dimana saja.
"Kita pulang saja Tal, aku lelah" Ucap Reva
Mereka lalu pulang untuk beristirahat sebelum akan bekerja di malam hari. Tempat tinggal mereka berdua juga berdekatan, Karena itu kalau pulang dari kampus atau bekerja Talita selalu menumpang dengan Reva.
*
Pukul 16.30
Di dalam Kamar Apartemen sederhana ini.
Reva terus meringkuk di atas ranjang kecilnya, Tubuhnya terasa sangat sakit hingga terus mengeluarkan peluh.
Ia benar-benar tidak boleh kelelahan, tetapi karena Raidan ia banyak mengeluarkan tenaga hari ini.