CHAPTER 3
Istana kediaman Keluarga Greyson.
Mobil sport merah keluaran terbaru memasuki halaman dengan luas yang hampir mencapai dua hektare.
Tampak Pohon-pohon tinggi berjajar rapi di sepanjang jalan menuju ke Mansion utama Kediaman Sang Pewaris tunggal keluarga Greyson.
Dengan kecepatan di atas 100 Km/jam, Raidan melajukan mobil yang baru tiga hari lalu dikirim khusus dari Eropa.
Moibil yang dikirimkan secara khusus untuk cucu kesayangan dari Sebastian Vettel Greyson itu, seorang pimpinan tertinggi sekaligus pemilik Perusahaan raksasa IT terbesar di Benua Asia, Greyson Company.
Sudah tampak Para pelayan berbaris rapi menyambut Tuan muda mereka yang sudah tiga hari tidak pulang.
Kaki kanan Raidan menginjak pedal Rem, lalu telapak tangan kanannya membuka pintu mobil ini.
Wajah tampan dengan kaca mata hitam terlihat bak karya seni berharga, terus memancarkan aura yang tidak akan pernah bisa ditolak siapapun yang melihatnya.
Tubuh dengan tinggi 186 Cm, berdiri menerima sapa hormat dari para pelayan setia keluarga Greyson.
Seorang kepala pelayan yang sudah berusia lima puluh delapan tahun menghampiri Tuan muda mereka yang baru saja keluar dari dalam mobil.
Raidan lalu dengan erat memeluk wanita yang ia panggil Nanny ini.
Wanita paruh baya yang dengan setia sudah menjadi ibu pengganti untuk nya sejak ia berusia lima tahun hingga sekarang.
Wanita tua yang selalu menyiapkan apa saja yang menjadi kebutuhan dan keinginan satu-satunya putra tunggal dan cucu tunggal keluarga Greyson ini.
Raidan sendiri adalah anak Yatim-piatu saat ia berusia lima tahun, kedua orang tuanya mengalami kecelakaan pesawat tepat setelah akan kembali ke Indonesia.
Beruntung nya saat itu Raidan sedang sakit sehingga ia harus menetap di rumah sakit dan tidak bisa ikut dengan kedua orang tua nya untuk menghadiri pernikahan sahabat baik Ayah nya yang berada di Spanyol.
"Nanny buatkan Air lemon hangat" Ucap Raidan, sembari berjalan masuk ke dalam Mansion mewah ini.
Mereka lalu memasuki Mansion yang memiliki lebih dari dua belas kamar Tidur, dengan masing-masing kamar memiliki kamar mandi di dalamnya.
Langkah nya tegas melewati ruang tamu dengan beberapa lukisan berharga yang di gantung di dinding itu. Lukisan itu sendiri merupakan Koleksi pribadi sang Nenek yang sudah wafat tepat sebelum Ia melanjutkan pendidikan nya ke jenjang perkuliahan.
"Tuan muda, Semalam Tuan besar pulang" Ucap Nanny.
Sontak Raidan menghentikan langkahnya, lalu meneguk saliva.
Jika ada manusia yang mampu menaklukkan sifat liar nya hanya sang Kakek satu-satunya yang Mampu mengontrol nya.
"Bukannya kakek lagi di Praha?!" Celetuk Raidan.
"Benar Tuan, Tapi Tuan besar sengaja menggunakan pesawat pribadi untuk mengunjungi anda" Jawab Nanny.
"Lalu kenapa tidak menghubungi ku" Ucapnya
"Saya sudah menghubungi tuan semalaman tapi tidak diangkat"Jawab Nanny.
Jelas saja semalam dia tengah menikmati malam panas dengan teman wanita nya.
Malam yang membuatnya harus mengeluarkan banyak tenaga karena terlalu bergairah.
"Ya, sudah nanti akan aku hubungi kakek" Jawab Raidan.
Ia kemudian naik menggunakan lift menuju ke kamar nya yang ada di lantai lima.
*
TING
Pintu Lift terbuka
Raidan langsung melangkahkan kaki menuju ke kamar nya.
Ia buka pintu kamar, lalu merebahkan tubuh di atas kasur empuk ini.
Tiba-tiba saja ia mengingat ketika ia melumat bibir gadis cantik tadi saat di Kampus.
Raidan lalu mengambil Ponsel nya untuk menghubungi David, sahabat baik nya sejak ia masih duduk di bangku taman kanak-kanak.
"Kirimkan data gadis cantik tadi" Ucapnya
"Apa?! Jangan deh Dan. Dia gadis baik-baik"Jawab David Terdengar dari pelantang suara yang dinyalakan pada layar ponselnya.
"Dalam satu Menit !"Ucap Raidan tegas, ia lalu memutuskan panggilan suara ini.
Tepat semenit kemudian, David mengirimkan data pribadi Reva melalui surel pribadi Raidan.
Raidan langsung membuka pesan masuk. kemudian ia baca dengan teliti setiap informasi yang ada di dalam file yang baru saja David berikan.
Beruntung sekali Rektor kampus tempat mereka belajar adalah kakak kandung Dari David sendiri, jadi informasi apapun akan lebih cepat ia dapatkan. Apalagi Raidan, sahabat nya itu selalu meminta data gadis-gadis cantik di kampus. Tetapi David selalu mengecualikan Reva, karena ia kenal Reva Sebagai gadis baik-baik dan cerdas.
"Tinggi 168 Cm, Berat 47 Kg"Ucap Raidan saat membaca data pribadi Reva.
"Revalina mayers"Gumamnya
"Kamu milikku sayang "Ucapnya sembari tersenyum nakal.
***
Pukul 18.50.
Reva baru saja tiba di minimarket, Wajahnya masih tampak pucat.
Ia lalu masuk ke dalam minimarket setelah memarkirkan motornya di parkiran belakang gedung.
Kakinya melangkah pelan sembari memegangi perutnya yang masih terasa perih dan sakit.
"Hai, Rev. kenapa kamu pucat sekali?"Sapa Bibi yang sedang menghitung uang pendapatan tadi siang hingga sore hari ini, di dalam meja kasir.
Reva Tersenyum, lalu mendekati Bibi yang sedang sibuk.
"Aku hanya kelelahan"Jawab Reva
"Biar aku saja yang menyelesaikan nya, kamu pulang saja bukannya besok harus sudah bimbingan?" Ucap Reva.
Bibi Tersenyum, ia letakkan kembali uang yang sudah ia susun rapi di dalam laci. kemudian ia keluar dan mempersilahkan Reva untuk mengambil alih meja kasir.
"Terimakasih banyak Rev, aku pulang duluan ya"Ucap Bibi sebelum keluar dari pintu belakang.
Reva harus menjaga minimarket beberapa jam ke depan, malam ini Talita akan datang terlambat, Karena harus ke rumah sakit untuk menjaga teman sekamar nya yang sedang sakit.
Ia lalu membuka laci, Ia susun kembali uang kertas dan uang receh, sembari ia hitung agar tidak terjadi kesalahan.
Pelanggan pertama setelah ia berjaga malam masuk ke dalam minimarket, Reva dengan sigap menyapa calon konsumen di minimarket nya dengan Ramah
"Selamat datang ?"Sapa nya sembari menebar senyum di bibir nya.
Setelah menyambut pelanggan, Reva kembali membuka laci kasir dan menghitung kembali sisa uang.
Pelanggan perempuan ini meletakkan dua botol air mineral dan juga dua mie instan di atas meja. Pasti wanita ini akan memasak mie di kampus pikirnya.
Diambilnya barang belanjaan ini lalu ia rekam pada alat perekam yang tersedia di meja kasir.
"Total harganya dua puluuh tujuh ribu mbak"Ucap Reva.
Wanita ini mengeluarkan uang kertas lima puluh ribu, lalu diberikan nya kepada Kasir.
Reva dengan sigap mengambil uang kertas ini, Kemudian ia ambil beberapa uang kertas dan uang receh sebagai kembalian di dalam laci.
Terimakasih, silahkan mampir kembali"Ucapnya dengan ramah.
*
Minimarket kembali sepi.
Langit semakin gelap, Talita belum juga datang. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 20.30.
Ia cukup khawatir jika harus menjaga minimarket sendirian di malam hari. Tetapi dirinya mencoba bersikap tenang.
Setelah melihat banyak para mahasiswa berlalu lalang di jalanan dekat minimarket, dan itu membuat nya bisa bernafas lega.
Beberapa orang masuk ke dalam minimarket, Reva menyapa dengan senyum ramahnya.
Deg !
Lalu ia terdiam, saat Raidan terlihat menyusul beberapa teman nya yang baru saja masuk.
Reva terlihat gugup, tapi mencoba bersikap tenang. Walaupun ia takut kalau laki-laki itu akan mencium nya secara paksa lagi.
Kepalanya terus tertunduk saat Raidan masuk, tidak ia biarkan lelaki itu melihat wajahnya.
Hingga ia tersentak saat Raidan sudah berada di depan meja kasir.
Kepalanya tegak, lalu di tatapnya sejenak laki-laki ini.
Setelah itu, Ia sapa dengan ucapan khas minimarket tempat nya bekerja.
"Selamat datang Tuan ?"Sapa Reva, sembari tersenyum.
Raidan terus menatap wajah Reva, ia tahu kalau wanita yang ada didepannya ini tengah gugup.
Senyumnya mengembang saat Reva terus menunduk dan tidak menatap wajah nya lagi.
"Aku ingin tidur denganmu"Ucap Raidan
Reva tertegun, lalu ia tatap dengan tajam wajah lelaki yang sudah dengan kurang ajar mengajak nya untuk bercinta.
"Maaf Tuan, Silahkan pilih barang yang akan anda beli"Ucap Reva.
"Aku ingin membeli tubuh mu"Jawab Raidan.
Jantung nya berdetak kencang, Nafasnya berat. Ingin ia maki lelaki yang ada di depannya ini, dirinya merasa hina saat laki-laki ini mengucapkan kata-kata yang membuat harga dirinya terluka.
"Maaf saya bukan wanita seperti itu !" Reva jawab Ucapan laki-laki ini dengan tegas.
Ia lalu beranjak untuk meletakkan produk yang sudah disusun Bibi sebelum rekan kerjanya itu pulang tadi.
Kakinya melangkah menuju salah satu rak yang ada di sisi Minimarket ini, untuk meletakkan satu per satu makanan ringan pada tempat yang seharusnya.
Raidan mengikuti Reva, lalu dengan paksa ia rengkuh tubuh wanita cantik ini.
"Aku ingin bercinta denganmu"Ucap Raidan di daun telinga Reva.
Reva melepaskan rengkuhan lelaki kurang ajar ini.
Plakkk.. !!
Telapak tangannya mendaratkan tamparan di pipi laki-laki ini.
Wajahnya sudah tampak merah padam, sungguh ia merasa sangat terhina sekarang.
Raidan Kembali merengkuh tubuh Reva, ia himpit tubuh langsing ini hingga terasa buah dada kenyal yang cukup montok di dada bidangnya.
"Aku ingin menghisap puting mu, menghujami liangmu, lalu akan aku jilati selangkangan mu" Ucap Raidan.
Reva Memberontak, lalu ia dorong dengan kuat tubuh lelaki ini. Tetapi tenaganya kalah kuat.
Raidan langsung meraup bibir Reva dengan agresif lalu ia lumat, Ia paksa mulut Reva untuk menganga kemudian ia berikan liur nya hingga Reva hanya bisa menelan saliva laki-laki ini.
Raidan tidak berhenti disitu, ia ciumi tengkuk leher Reva dengan beringas lalu ia hisap leher mulus ini dengan mulut nya.
Reva terus memberontak. Hingga ia berhasil membuat tubuh Raidan menjauh dari tubuh nya.
"Jangan melakukan ini padaku, biarkan aku hidup tenang !"Ucap Reva sembari menangis sesenggukan.
Raidan terdiam saat ia melihat betapa piluh nya ketika ia mendengar tangisan Reva.
Dengan mata sembabnya, Reva kembali ke meja kasir.
Ia lalu mengusap air mata yang sudah membasahi pipinya, lalu merapikan rambut dan bajunya, kemudian kembali tersenyum menyambut pelanggan yang baru saja masuk.
Raidan menatap Tanpa henti kepada Reva, wanita itu berbeda pikirnya. Tidak seperti Wanita-wanita lainnya yang justru akan sangat senang menunjukkan tubuh telanjang nya tanpa ia minta.
Raidan keluar menyusul teman nya yang sudah keluar terlebih dahulu.
Reva terlihat tenang saat ia melihat Raidan yang baru saja melewati meja kasir.
*
15 Menit Kemudian, Talita baru saja datang. Ia tampak terburu-buru, karena sadar tidak bisa membuat Reva menjaga minimarket sendirian.
"Maaf Rev, Tadi aku kesulitan mencari kendaraan"Gumam Talita dengan suara tersengal-sengal.
Reva Tersenyum, lalu diberikan sebotol air mineral yang baru saja ia ambil dari salah satu rak yang ada di minimarket ini agar Talita segera menuntaskan Dahaganya.
Talita kemudian salah fokus pada leher Reva yang terlihat merah.
"Ini kenapa Rev?" Tanya Talita sambil memegang leher jenjang sahabatnya ini.
Reva terdiam, tangannya bergetar.
Ia tidak ingin menambah masalah dengan Talita masuk dalam urusannya dengan lelaki bejat tadi.