Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 5

Jantungnya terasa berdetak dengan lebih kencang, Zia tidak habis pikir Aaron bisa mengatakan itu dengan santai.

Aaron tersenyum, lalu ia suruh Zia untuk duduk kembali di kursi nya.

Dengan secepat kilat Zia duduk, lalu memfokuskan dirinya untuk bekerja.

*

Ruangan CEO Oxtoon Grup Company, Pukul 19.45

Hari sudah gelap, tampak jelas terlihat dari jendela kaca besar itu.

Zia masih sibuk dengan laptopnya, padahal tadi dirinya sudah bersiap untuk pulang tapi tidak mungkin saat atasannya masih sibuk di meja sana.

Zia pun menunggu sembari memeriksa beberapa dokumen yang sudah dikerjakan nya, lalu sesekali membuka layar ponselnya untuk membalas pesan yang masuk.

DIregangkan tubuhnya, lalu jemarinya memijat tangan dan juga lehernya dengan lembut.

Melihat Zia tampak lelah, Aaron meletakkan bolpoin di tangannya, kemudian menutup dokumen yang sejak tadi dibacanya. Tubuhnya beranjak dari kursi itu, kemudian mengajak Zia untuk pulang.

Spontan Zia menyeringai, lalu ia turut berdiri kemudian tangannya meraih tas yang terletak di atas meja.

Zia berjalan di sebelah Aaron, setelah itu keluar dari ruangan ini.

Kedua Resepsionis yang biasa berdiri menyambut tamu Pimpinan tampak sudah pulang, benar saja memang jadwal pulang sudah dari beberapa jam lalu.

TING !

Pintu lift terbuka..

Mereka masuk, lalu Zia dengan cepat menekan tombol untuk ke lobby.

Dering ponsel Zia terdengar, ia ambil dengan cepat di dalam tas hitamnya, kemudian menjawab panggilan suara ini.

“Zia baru pulang Nek, iya sebentar lagi sampai di rumah” Jawabnya sembari berbisik

Ia masukkan kembali ponselnya ke dalam tas setelah menerima panggilan dari sang nenek, kembali kakinya berdiri tegap menatap ke depan.

Pintu Lift kembali terbuka,

Zia langsung berpamitan dengan Aaron tapi tangannya dengan cepat di genggam oleh atasannya ini.

“Pulang dengan apa?” Tanya Aaron.

“Saya bawa mobil Pak” Jawab Zia.

“Pulang dengan aku” Jawab Aaron.

Zia mendelik, lalu ia membungkam mulutnya. Rasanya ia benar-benar seperti wanita bodoh hari ini, menuruti setiap perintah Atasannya ini tanpa membantah. Telapak tangannya pun mencengkeram rambut panjangnya, lalu memukuli kepalanya dengan lembut.

“Bodoh, wanita bodoh” Gerutunya terus menerus.

*

Di dalam mobil Zia hanya diam, terus memandangi keluar jendela dari dalam mobil dengan terus menghela nafasnya.

“Dia sudah punya kekasih, apa aku pelakor ?” Gerutunya dalam hati.

Ia terus menghela nafas berat, lalu dihembuskannya dengan kasar. Wajahnya terus saja ditekuk, kemudian mulai memikirkan cara untuk membatalkan perjanjian yang sudah ia buat sendiri dan ia tandatangani di kertas yang entah apa masih ada dengan Aaron atau sudah dibuang lelaki ini.

Dicengkeramnya rambut panjangnya, lalu memukuli kepala dengan tangannya.

Aaron dengan cepat menahan tangan Zia.

“Kenapa memukuli kepala ?” Tanyanya.

Zia tertegun, lalu menggelengkan kepalanya.

“Jangan biasakan memukuli tubuh mu, Zia” Ucap Aaron.

Zia mengangguk, lalu punggungnya bersandar pada jok mobil, diikuti kepalanya menengok pada jendela mobil ini.

*

Tidak berapa lama mobil tiba di depan rumah dua tingkat dengan pekarangan bunga yang subur.

Zia sedikit bingung, karena seingatnya tidak pernah mengatakan alamat rumahnya kepada atasannya ini.

Kedua manik cokelat hazel nya menatap wajah Aaron, lalu berbalik saat Aaron menatapnya.

“Baiklah Terimakasih Pak” Ucap Zia.

Aaron menahan tangan Zia, lalu ia ikut keluar.

Telapak tangannya mengenggam tangan wanita ini, kemudian ia ajak masuk ke dalam pekarangan rumah. Mereka berjalan mendekati pintu dengan lonceng malaikat tergantung di sana.

Ditekan nya Bell rumah dengan cat putih yang mendominasi ini.

CEKREKK

Nenek Laura membuka pintu, lalu menatap wajah lelaki yang berada berdampingan dengan cucunya.

“Siapa ini Zia ?” Tanya Nenek.

“Ini atasan Zia Nek, Pak Aaron” Jawabnya.

Aaron tersenyum, lalu menyodorkan tangan kanannya untuk bersalaman.

Nenek Laura mengangguk, lalu ia balas sapaan lelaki ramah ini.

“Oh, benar yang waktu itu di acara wisuda kan ?” Tanya nenek.

Aaron mengangguk..

“Tapi kenapa kamu bisa diantar atasan kamu, mana mobil ?” Tanya Nenek Laura.

“Di kantor nenek” Jawab Zia, sembari menyeringai.

“Ayo masuk Pak Aaron” Ucap nenek Laura.

“Saya berpamitan dulu Nek, karena masih harus kembali ke kantor” Jawab Aaron dengan ramah.

“Terimakasih sudah mengantarkan cucu nenek ke rumah” Ucap Nenek Laura.

Aaron pun menganggukkan kepalanya.

Nenek Laura tampak memicingkan kedua kelopak matanya, lalu ia dekat kan wajahnya untuk melihat wajah lelaki ini.

Wanita berusia tujuh puluh tahun ini mengernyitkan kening, karena sepertinya dirinya pernah melihat lelaki didepannya ini jauh sebelum hari wisuda itu, pikirnya.

Aaron berpamitan, lalu melangkahkan kaki menuju ke mobil yang tengah menunggunya.

Zia tersenyum kecut sembari menatap atasannya yang baru saja memasuki mobil mewah itu, ia tidak mengerti situasi seperti apa yang sedang dihadapi sekarang.

*

Di dalam kamar, pukul 23.30.

Zia terus uring-uringan, lalu mencengkeram terus rambutnya.

Tubuhnya kemudian beranjak dari atas ranjang. Sejak tadi ia tidak bisa memejamkan kedua matanya dan selalu memikirkan janjinya dengan lelaki itu.

Zia mendengus kesal, lalu meluapkan kemarahannya dengan terus berusaha menyambungkan panggilan suara kepada Steffy yang sejak tadi siang tidak bisa dihubungi.

“Kemana wanita ini?!” Tanya nya, sembari menggerutu.

Ia letakkan ponselnya, lalu kakinya mondar mandir di dalam kamar.

“Zia lima hari lagi..” Gerutunya.

“Apa aku minta maaf saja?” Gumamnya.

“Tapi seperti apa meminta maaf..?” Gerutunya kembali.

Ia ambil ponselnya, lalu mengambil gambar jemari tangannya kemudian menggunggah di media sosialnya.

“Tangan ini sudah melakukan dosa, ya tuhan” Tulisnya dengan banyak emoticon sedih.

***

Di dalam mobil.

Aaron tersenyum melihat status media sosial dari Zia, mulutnya tidak hentinya tertawa melihat unggahan yang sudah ia ketahui maksudnya itu.

Sejak empat tahun lalu, Aaron mulai mengikuti semua media sosial Zia, dan terus memantau kegiatan gadis itu hingga sekarang. Dengan nama akun yang tidak akan mungkin diketahui oleh Zia, ia terus melihat seluruh unggahan yang hanya berkutat dengan kegiatan kampus ataupun kegiatan Zia dan sahabatnya itu.

“Denis, belikan apa yang saya tugaskan tadi” Titahnya

“Baik Tuan “Jawab Denis.

Mobil pun melaju dengan kecepat sedang menuju kediaman Aaron di salah satu hunian mewah yang ada di kota jakarta.

*

Mobil pun tiba, dengan sigap Denis membukakan pintu lalu ia persilahkan majikannya keluar.

Apartemen mewah ini sudah sejak lima tahun lalu menjadi tempat tinggalnya, ketika baru pertama kembali lagi ke indonesia. Aaron sendiri tidak ingin tinggal bersama dengan ibu nya yang sudah menikah lagi dengan seorang pengacara ataupun tinggal dengan sang Ayah yang sudah menikah dengan model terkenal itu.

CEKREKKK

Pintu ia buka, lalu kakinya melangkah mendekati sofa hitam ruang tamu. Matanya pun memandangi foto yang ada di figura itu, senyumnya tersibak lalu ia tatap dengan lebih lekat Wajah gadis yang selalu membuat hidupnya bersemangat, hingga tawanya selalu tersibak.

*

*

Pagi menyapa.

Zia terus meringkuk menutupi telinganya, ia tidak bisa tidur semalaman karena memikirkan hal itu. Bahkan hingga pagi seperti ini, matanya masih belum mengantuk.

“Apa aku berhenti saja ?” Gerutunya.

Zia lalu merengek, saat kembali mengingat dalam perjanjian beasiswanya ia harus bekerja di Oxtoon Grup selama lima tahun, serta tidak boleh berhenti jika tidak akan dikenakan denda tiga kali lipat dari gajinya selama lima tahun.

“Ya tuhan, kenapa hidupku seperti inii?!” Gerutunya.

“Kalau Aaron masih sendiri tidak apa-apa, tapi seperti nya dia sudah punya pacar” Gerutunya lagi.

Ia terus saja mondar mandir, hingga suara Nenek Laura menghentikan langkahnya.

“Iya Nek, Zia mandi”sahutnya.

Ia pun bergegas lalu mandi, akan ia pikirkan lagi cara untuk meminta maaf dan mengambil kembali kertas itu.

*

TOK..TOK..TOK..

Zia yang sedang mengunyah roti panggangnya beranjak dari atas kursi, lalu melangkahkan kakinya untuk membuka pintu itu.

CEKREKK

Pintu terbuka.

Mulutnya menganga, jatuh sudah roti yang hampir habis itu.

“Pak Aaron ?!” Celetuknya.

Tubuhnya dengan cepat membungkuk, lalu mulutnya menyapa dengan hormat.

Aaron tersenyum, kemudian masuk ke dalam rumah ini tanpa permisi.

Zia terdiam, lalu ia ikuti langkah kaki atasannya ini dari belakang.

Nenek Laura yang baru saja keluar dari dapur tersenyum, ia letakkan mangkuk berisi sup jagung di atas meja lalu menyapa lelaki tampan ini.

“Maaf pak Aaron, keadaan rumah kami sederhana” Ucap Nenek Laura.

Aaron tersenyum, lalu ia berikan makanan yang baru saja dibeli nya di restauran tadi.

“Ini apa ?” Tanya Nenek Laura yang tampak sungkan.

“Ini sarapan yang sering saya beli Nek” Jawab Aaron.

Nenek Laura tersenyum ramah, lalu tangannya mengambil bungkusan mewah ini.

“Silahkan duduk” Ucap Nenek Laura.

Aaron duduk, lalu diikuti oleh Zia.

“Maaf ada apa ya pak, Pagi-pagi ke rumah saya?” Tanyanya Zia dengan sopan.

“Saya menjemput kamu” Jawabnya santai, seperti biasanya Aaron adalah lelaki paling santai yang pernah ia temui.

Zia menyeringai, kemudian menundukkan kepalanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel