Chapter 6
Suara klakson dari kendaraan yang tengah melewati jalanan protokol terdengar bising, Sedangkan Zia sedang sibuk dengan dokumen yang sudah ada ditangannya, di dalam mobil sedan mewah ini.
“Aku kira dia perhatian menjemput ku, ternyata..” Zia mendengus dalam hati.
Ia baca satu persatu dokumen ini, lalu disusunnya berdasarkan tanggal dan waktu, karena setelah tiba di perusahaan, pimpinan perusahaan akan melakukan rapat penting dengan para Dewan direksi yang sudah menunggu di ruang rapat utama.
Aaron yang terus memegang gawai nya tampak sesekali melirik Zia yang tengah sibuk dengan tumpukan dokumen yang ia pegang, senyumnya tipis lalu tertunduk saat melihat alumni dari universitas milik Grup perusahaan nya ini tampak kewalahan.
*
Tepat pukul 08.34, mobil mewah keluaran eropa ini berhenti di depan pintu masuk perusahaan.
Semua anggota rapat sudah menunggu kehadiran pimpinan mereka sejak tadi di depan pintu masuk. Wajah mereka tampak sumringah saat Aaron baru saja keluar dari mobil nya, bersama dengan wanita cantik yang baru saja mereka lihat.
“Selamat pagi Tuan Aaron ?” Sapa Seorang dewan kehormatan perusahaan ini.
Aaron menyapa mereka semua dengan ramah, tentu saja ia terkenal sebagai salah satu pimpinan perusahaan yang memiliki sifat dan perilaku yang baik.
“Oh, dia memang baik dengan semua orang” Gumam Zia dalam hati
Mereka lalu berjalan memasuki gedung tinggi ini, dengan perlahan sembari beberapa dewan membahas mengenai rencana kerja perusahaan konstruksi terbaik di indonesia ini selanjutnya.
“Kalian bisa sampaikan semuanya kepada sekretaris saya, dia akan merangkum semua pekerjaan saya” Jawab Aaron.
Zia tersenyum kecut, ia pikir setelah kemarin mereka berciuman maka dirinya akan diperlakukan dengan lebih khusus tetapi perkiraannya salah, Aaron memang jenis orang yang sangat ramah kepada siapa saja.
Helaan nafasnya berat, dengan terus melangkahkan kaki di samping atasannya ini.
*
Ruang rapat, Pukul 10.45.
Suasana rapat tampak serius, ada situasi dimana keadaan menjadi sangat tegang dan dingin.
Zia yang bertugas sebagai Sekretaris CEO tampak serius meringkas semua penyampaian dari para anggota rapat penting ini.
CEKREKK
Pintu terbuka di saat suasana rapat semakin dingin.
TAK..
TAK..
TAK...
Suara hentakan sepatu tinggi terdengar, semua orang pun menoleh.
Aaron tersenyum, ia berdiri lalu ia sambut wanita cantik dengan Blazer merah ini. Wajahnya sangat cantik, dengan kulit putih nan mulus, tinggi yang semampai, dan senyum yang menggoda.
Aaron langsung memeluk tubuh wanita ini, ia tampak bahagia, dan itu terlihat dari raut wajahnya. Pelukan Itu terlihat erat, hingga membuat Zia menghela nafas panjang kemudian tertunduk.
Wanita ini lalu menatap Aaron, kemudian ia kecup pipi lelaki tampan itu. Bola mata Zia membulat, lalu ia genggam kedua tangannya yang sedang di bawah meja ini.
“Kenapa kamu tidak menghubungi ku ?” Tanya Aaron.
“Surprised !!” Jawabnya sembari tersenyum manis.
Wanita itu benar-benar terlihat sempurna, hingga membuat Zia yang sudah sangat cantik menundukkan kepalanya karena ia merasa rendah diri.
Semua peserta rapat membungkukan tubuh mereka, lalu menyapa wanita cantik itu. Zia yang tidak mengenalnya ikut berdiri, lalu membungkukkan tubuhnya.
“Memang siapa dia? Kenapa semua menunduk?” Gumam Zia dalam hati.
“Nyonya Maria, bagaimana Mexico?” Tanya salah satu dari peserta rapat di ruangan ini.
“Lebih baik daripada disini” Jawabnya singkat.
Ia tersenyum sejenak menatap Aaron, lalu menatap Zia dengan tatapan mengintimidasi, dengan lekat, dan seperti sedang memberikan peringatan.
Zia tertegun, lalu ia tersenyum kecut. “Kenapa dia menatapku seperti itu?” Gerutunya dalam hati.
Wanita itu lalu tersenyum, lalu menyodorkan tangan kanannya. Zia menyambut tangan wanita ini, lalu dengan spontan wanita ini memeluknya dengan cukup erat.
“Perkenalkan Aku Maria” Ucapnya.
Zia tersenyum, kemudian ia jawaban sapaan wanita ini.
“Saya Sezia, Nyonya” jawab Zia dengan ramah.
Maria tersenyum, lalu ia kembali berpamitan dengann Aaron.
“Aku tunggu di Apartemen “ Ucapnya.
Aaron tersenyum, lalu ia peluk kembali wanita cantik itu.
*
Ruangan CEO Oxtoon Grup, Pukul 17.10.
Zia terus menatap kosong kearah layar Laptop putih yang ada di depannya, ia terus menghela nafasnya, kemudian ia hembus dengan kasar.
Aaron yang awalnya fokus bekerja, menatap Zia yang tampak tidak bersemangat. Tubuhnya beranjak dari atas kursi kebesarannya, lalu ia dekati sekretaris nya ini.
“Ada apa?” Tanyanya dengan suara lembut.
Ia menunduk, lalu ia tatap wajah wanita cantik di depannya ini dengan lekat dan mengintimidasi.
“Oh tidak Pak, maaf saya melamun tadi” Jawabnya salah tingkah.
Aaron tersenyum, lalu ia usap kepala Zia dengan lembut. Tentu saja Zia akan salah tingkah, gugup, bahkan detak jantungnya berdetak dengan kecepatan yang tidak karuan.
Spontan ia berdiri, lalu ia mundurkan tubuhnya sedikit menjauh.
Aaron terkejut, lalu ia tatap wajah Zia.
“Maaf Pak, saya izin ke toilet” Ucapnya.
Ia lalu berjalan dengan langkah kaki yang terburu-buru, keluar dari ruangan ini lalu menuju ke toilet yang ada di ujung ruangan ini. Sebenarnya, di ruang Aaron toilet tersedia, tapi ia akan semakin gugup, kemungkinan akan mati di tempat, pikirnya.
*
CEKREKK
Pintu ia buka, lalu ia melangkahkan kaki menuju wastafel besar dengan cermin yang besar itu, jalannya lunglai. Ia terus menatap wajahnya, lalu dinyalakannya kran wastafel ini, kemudian ia hembuskan nafas nya.
“Apa yang kamu pikirkan si Zia, ingat dia boss, orang kaya raya, konglomerat, tidak mungkin dia menyukai mu, dia memang baik kepada semua orang” Gumamnya di depan cermin besar ini.
Ia ambil air, lalu ia usap di wajahnya. Kemudian ia kembali keluar dari toilet.
*
Zia memasuki ruangan ini kembali, lalu duduk setelah itu dipegang kursor laptop nya kemudian mulai fokus dengan pekerjaannya.
Drrt.Drrt..Drrt..
Suara ponsel Aaron bergetar diatas meja itu, dengan cepat atasannya itu menjawab panggilan. Senyum lelaki itu kembali merekah, terlihat sangat bahagia.
Zia kembali termenung, tidak bisa dipungkiri setelah Aaron menciumnya, ia bahkan tidak bisa fokus melakukan apapun. Jelas saja, karena selama ini ia tidak pernah menjalin hubungan asmara dengan orang lain, jadi saat seorang lelaki menciumnya maka itu adalah suatu kejadian besar. Meskipun, mereka sudah pernah bercumbu mesra empat tahun lalu.
“Zia..” Panggil Aaron.
Zia yang sedang termenung, langsung berdiri dari tempat duduknya, kemudian ia melangkahkan kakinya mendekati atasannya itu.
“Ada apa Pak?” Tanyanya dengan sopan.
“Nanti mau makan malam apa?” Tanya Aaron.
“Makan malam?” Tanya Zia bingung.
“Sebelum mengantar kamu, aku mau mengajak makan malam” Jawabnya sembari menatap Zia dengan lekat.
“Oh, maaf Pak, saya izin tidak ikut makan malam karena saya malam ini ada urusan penting” Jawabnya, padahal tidak ada urusan penting apapun.
“Urusan apa?” Tanya Aaron penasaran.
Zia tampak gelagapan, ia harus bisa memberikan alasan yang kuat agar bisa pulang sendiri.
“Saya akan, Ehmm..Itu..Ehmm” Jawabnya bingung.
Aaron memicingkan matanya, ia tatap terus wajah Zia untuk mengetahui alasan dari wanita ini.
“Kucing saya ulang tahun Pak” Celetuknya
Aaron mengernyitkan keningnya, lalu ia miringkan kepalanya.
“Kucing, Popy?” Tanya Aaron
Zia membulatkan matanya, dari mana atasannya ini tahu kucingnya bernama Popy.
“Bapak tahu nama kucing saya?” Tanya Zia.
“Oh, itu tadi pagi saya lihat kucing kamu memakai kalung dengan nama Popy” Jawabnya
Zia menghela nafas lega, ia lalu menceritakan sedikit mengenai Popy. Aaron mendengarkan cerita Zia dengan serius, hingga Zia tersadar lalu membungkam mulutnya.
“Maaf Pak, saya menceritakan sesuatu yang tidak penting” Gumamnya.
“Itu penting, dan kamu harus lebih sering bercerita mengenai kegiatan sehari-hari mu” Ucap Aaron.
Zia semakin tidak mengerti maksud dari atasannya ini, jelas-jelas ia tahu kalau Aaron sudah mempunyai kekasih, apa mungkin karena Aaron baik kepada semua bawahannya, pikirnya.
“Baik Pak” Jawabnya
“Baiklah, karena kucing kamu ulang tahun. Saya izinkan untuk pulang sekarang” ucap Aaron.
Bola mata Zia membulat, dengan segera ia ambil tas, lalu ia matikan laptop yang masih menyala kemudian langsung berpamitan.
*
Lampu jalan terlihat terang berjajar rapi di sepanjang trotoar untuk menerangi para pengendara dan pejalan kaki yang lewat.
Di dalam mobil, ia terus memegang setir nya di jalanan yang cukup ramai ini, sembari terus memikirkan mengenai Aaron.
BRUKKK !!!
Zia mengernyitkan keningnya, lalu ia tertunduk. Baru saja ia menabrak mobil yang ada di depannya.
“Keluar !!!” Teriak seorang lelaki yang baru saja keluar dari mobil sedan itu.
Di pukuli nya pintu mobil Zia, lalu ia paksa Zia untuk turun.
"Turun !!"Teriaknya.
Zia dengan takut-takut keluar dari mobil nya. Ia tertunduk lalu meminta maaf.
“Maaf pak, saya tidak sengaja” Ucapnya sembari menunduk.
Lelaki ini tampak mendengus kesal, lalu ia tarik tangan Zia dengan kasar.
Zia mendongakkan kepalanya, lalu ditatapnya lelaki ini.
“Kamu cantik sekali, kebetulan saya sedang ingin, ayo..” Ucap lelaki ini.
Ia tarik tangan Zia dengan paksa, Zia terus memberontak, mengerahkan semua tenaganya untuk melepaskan cengkeram ini.
BRUKKK !!!
Tangan seseorang baru saja melayangkan bogem mentah nya di wajah lelaki ini, ia terjatuh lalu darah terus keluar dari hidungnya.