Bab 8 Rumah Sakit
Bab 8 Rumah Sakit
Teddy tidak dapat lagi memahami kejadian yang begitu cepat terjadi di depan matanya. Ia hanya mendengarkan wanita berhijab satu lagi dengan menggendong bayi berteriak histeris. Suasana itu juga dihiasi dengan tangisan tersedu seorang bayi mungil yang kondisinya tidak baik.
Warga berbondong-bondong menghampiri tempat kejadian perkara itu. Tempat itu sudah dipenuhi dengan darah, dan warga tak berani untuk berbuat apa-apa. Salah seorang ibu mencoba menenangkan Hana dengan memeluknya.
“Kak Nadia!” teriak Hana menangis menjerit kuat. Sedangkan Rainan hanya menangis di dalam pelukan bibinya.
Teddy mencoba melihat ke arah Ethan yang terkapar di aspal, terpental sekitar dua meter dari motornya. Sedang motor Ethan menghimpit seorang wanita muda, yang terlihat diam tidak bernyawa. Ethan sempat terlihat bergerak, namun kemudian gerakan itu terhenti, membuat Teddy sadar bahwa ia tidak boleh memindahkan sedikit pun temannya itu. Takut Ethan akan bertambah terluka.
“Ada yang melihat tidak bagaimana kejadiannya?” Salah seorang warga mencoba mencari tahu.
“Ini motor tadi kencang sekali.” Ibu-ibu yang memeluk Hana memberikan kesaksian.
“Mabuk mungkin orangnya,” ujar warga lainnya.
Warga melihat Teddy yang menghampiri sahabatnya, air matanya terus menetes namun masih tak bisa berkata apa-apa. Banyak yang menanyai Teddy, namun ia tidak bisa menjawab karena trauma yang dihadapinya. Warga bingung harus menanyai siapa karena semua saksi kunci mengalami trauma.
Teddy yang terlihat sangat panik tidak tahu harus bagaimana juga. Rasa panik yang melandanya membuat Teddy menyerahkan dompet pada seorang warga dan telponnya. Warga tersebut sepertinya menelpon polisi dan ibunda Teddy, sesuai urutan panggilan darurat di HP Teddy.
Warga mengerumuni dua sisi yang berbeda dan hanya melihat Teddy yang benar-benar meratap. Semua berasumsi jika Teddy adalah rekanan yang sedang melakukan balapan. Warga pun menyalahkan Teddy juga dalam kejadian ini.
Namun, sebagai warga dari negara hukum, mereka tidak mau main hakim sendiri. Teddy pun dibiarkan tanpa ada yang merangkulnya. Semua hanya menunggu polisi dan ambulans datang ke tempat kejadian. Ada juga warga yang bersedia untuk ditanyai oleh polisi bersiap di sana karena saksi utama tidak bisa ditanyai.
*
Hana terus saja menangis berteriak dan berbicara kepada ibu yang memeluknya. Ia benar-benar tidak menyangka jika ini akan terjadi kepada kakaknya. Rainan juga masih menangis dan digendong oleh warga lainnya.
Ibu yang memeluk Hana terus saja mengucapkan kata-kata menenangkan dan membacakan ayat-ayat suci. Ibu-ibu di sana benar-benar sangat iba kepada Hana yang tampak sangat lemas sekali. Ada yang melihat Hana dan kakaknya baru saja keluar dari klinik.
“Bayi ini sakit, badannya panas sekali.”
“Iya, saya tadi lihat mereka baru keluar dari klinik itu.”
“Ini pasti mau cari kendaraan untuk pulang.”
Semua bersahutan menceritakan apa yang mereka lihat sebelum kejadian ini. Sedangkan bapak-bapak di sana terus saja berkata tentang anak-anak lelaki itu. Pembicaraan pun terus saja bergulir tanpa harus tahu berbuat apa.
Tak lama ambulans pun datang untuk membawa Nadia dan Ethan ke rumah sakit. Teddy, Hana, dan Rainan juga turut dibawa. Mereka akan mendapatkan perawatan trauma karena melihat kejadian seperti ini.
Sedangkan warga yang sudah bersiap memberikan keterangan kepada polisi menceritakan apa yang terjadi. Warga pun sudah cukup tenang karena korban sudah ditangani oleh ahlinya, dan polisi pun ikut serta ke rumah sakit. Mereka akan meminta keterangan lainnya dari saksi kunci, yaitu Hana dan Teddy.
Orang tua Teddy yang sudah ditelepon sebelumnya pun datang untuk melihat anaknya. Mereka begitu panik dan langsung mendatangi Teddy. Jessica, ibunda Teddy berusaha menenangkan dengan memeluk anaknya.
“Mommy di sini, sayang,” ujar Jessica.
Teddy hanya terdiam saja dalam dekapan ibunya, dan masih meratapi Ethan. Jessica yang juga berteman dengan orang tua Ethan pun menelepon untuk mengabari apa yang terjadi kepada Ethan. Rasa panik sangat terasa karena kondisi Ethan yang buruk sekali.
Edward yang adalah pengacara terkenal sudah diketahui banyak kalangan polisi, sehingga ia menghadapi polisi dengan tenang. Ia mendengarkan penjelasan dari polisi tentang kejadian ini. Semua keterangan yang dikumpulkan dari warga pun dijelaskan dengan detail.
“Ini orang tua korban sudah dikabarin, Pak?” tanya Edward.
“Sudah, tadi katanya sudah di jalan, sepertinya sudah ada yang mengabarkan duluan,” ujar polisi tersbut. Mereka pun kembali membahas masalah ini lagi.
*
Edward juga menghubungi Grizelle dan Alan tentang kejadian ini. Ia ingin semuanya mengetahui kabar ini. Grizelle juga sangat dekat dengan Teddy, tidak mungkin tidak dikabari, mungkin saja Grizelle bisa lebih menenangkan.
“Halo, Zelle,” sapa Edward.
“Iya, Daddy, sepagi ini menelepon ada apa, Dad?” tanya Grizelle kaget karena mendapatkan telepon sepagi ini. Alan juga terbangun mendengarkan istrinya mengangkat telepon dinihari seperti ini.
Setelah mendengar penjelasan dari Edward, jantung Grizelle begitu berdebar. Ia panik bukan main karena mengkhawatirkan adiknya. Dengan tergesa Grizelle menanyakan kondisi Teddy saat ini.
Alan yang mendengar kepanikan istrinya juga ikut panik dengan kabar tersebut. Alan yang baru beberapa jam lalu berbincang dengan adik iparnya itu seperti tidak menyangka dengan kejadian ini. Mereka yang panik langsung bergegas bangkit dari tempat tidur untuk berganti pakaian.
“Tapi Teddy tidak apa-apa, bukan?” tanya Alan panik.
“Daddy bilang tidak apa-apa, tapi Ethan sangat parah,” jawab Grizelle.
Alan menghela nafas panjang, tidak mau banyak bertanya lagi. Ia takut akan semakin membuat istrinya khawatir saja. Mereka akan segera mengetahui kondisi keduanya jika sudah sampai di rumah sakit nanti.
Dengan cepat Alan dan Grizelle berkendara dari rumah mereka ke rumah sakit yang dituju. Mereka hanya mengenakan pakaian yang terlihat di mata saja. Anak-anak mereka akan dijaga oleh asisten rumah tangga yang terpaksa mereka bangunkan.
“Semoga saja Ethan tidak kenapa-napa,” ujar Grizelle.
“Teddy pasti sangat terguncang sekali,” lanjut Alan.
“Ya, itu yang sangat aku takutkan,” ujar Grizelle.
Sepanjang jalan yang sepi mereka hanya terdiam panik karena kecelakaan ini. Jalanan yang sepi membuat Alan terus saja menerobos lampu merah. Ia ingin cepat sampai di rumah sakit dan melihat keadaan adik iparnya.
Alan tahu, pasti ibu mertuanya sangat sedih melihat Teddy yang terguncang. Orang tua Ethan pun kata ibu mertuanya sudah mengetahui kondisi anaknya. Alan tahu jika pasti ini akan berat untuk semuanya dengan kondisi yang semakin kritis.
*
Di rumah sakit, orang tua Ethan sudah datang, dengan panik berlari melihat anaknya. Mereka sama sekali tidak melihat Teddy dan berjalan berlalu. Teddy hanya bisa melihat bagaimana wajah khawatir kedua orang tua sahabatnya itu.
“Ethan, ini Mami sayang, bangun Ethan,” ujar Ibunda Ethan histeris melihat anaknya tergeletak tak berdaya, dengan dipasangi berbagai alat penunjang.
Tak berapa lama, Grizelle pun datang bersama dengan Alan. Alan menyalami mertuanya dan mencoba menanyakan yang terjadi kepada Edward. Sedangkan Grizelle menemui ibunya dan mencoba menenangkan.
Setelah menemui ibunya, Grizelle kembali menemui ayahnya. Alan langsung mengatakan ada perempuan lain yang ikut ke rumah sakit bersama dengan Teddy. Grizelle pun langsung menemui perempuan itu.
Perempuan berhijab dengan wajah kusut sedih meratapi keadaan kakaknya. Sedangkan bayi yang ia bawa tertidur dengan pulas. Grizelle tersentuh dan merasa sangat iba kepada perempuan muda tersebut.
“Aku akan berbicara kepadanya,” ujar Grizelle kepada Alan.
“Hati-hati berbicara dalam situasi seperti ini.” Alan mencoba mengingatkan istrinya yang berniat begitu baik untuk merangkul korban lainnya.
Grizelle pun mulai mendekati Hana dan memberikan sapaan hangat. Namun, Hana sama sekali tidak menjawab dan masih hanyut dalam lamunannya. Grizelle menjadi tidak yakin dengan respon yang diberikan Hana.
Namun, saat Alan mulai menganggukan kepalanya, memberikan kode jika semua baik-baik saja, Grizelle kembali berbicara. Dengan keyakinan Alan yang selalu menguatkannya, ia memperkenalkan diri kepada Hana dan juga menawari perempuan itu minum. Hana pun akhirnya melirik ke arah Grizelle dan mengambil minuman tersebut.
Dengan sambutan itu, Grizelle pun semakin yakin untuk mengajak Hana berbincang. Hana masih terdiam dan kembali meneteskan air matanya. Grizelle pun menghentikan ucapannya dan hanya mengelus dan merangkul Hana. Alan yang melihat Grizelle dan Hana pun hanya bisa menghela napas panjang.
***