Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Liburan

Bab 6 Liburan

Menunggu masuk kuliah tidak ada yang dikerjakan oleh Teddy, membuat ayahnya menjadi kesal. Tetapi kekesalan itu ayahnya gunakan untuk memanasi hati Teddy agar mau untuk berubah pikiran belajar di Belanda. Namun, apa pun yang dikatakan oleh Edward, Teddy tidak mau mendengarkannya sama sekali.

Seperti hari ini ketika Teddy sedang memainkan HP-nya di ruang ke luarga. Ayahnya yang sudah rapi melewati anak lelakinya itu dan menyindir halus. Teddy pun hanya fokus dan berusaha tidak mendengarkan ayahnya.

“Kalau kamu di Belanda saat ini, pasti seru jalan-jalan ke banyak tempat,” ujar Edward.

“Di sini juga banyak tempat yang bisa dikunjungi,” jawab Teddy.

“Kamu lahir dan besar di sini, memangnya tidak bosan? Kalau di sana, banyak gedung-gedung tua, kesukaanmu memotret pasti akan terpenuhi,” lanjut Edward.

Teddy yang awalnya biasa saja mulai kesal dengan ucapan ayahnya yang terus saja memberikan doktrin. Ia seperti tidak bisa menikmati hidupnya sendiri jika masih tinggal bersama ayahnya yang egois. Teddy jadi berpikir, mungkin ini yang dirasakan oleh kakaknya dulu, sehingga memilih untuk tinggal jauh dari keluarga.

Namun, Teddy yang berbeda dengan kakaknya tidak mau mengindahkan perkataan ayahnya itu. Ia mencoba mengalah dengan beranjak dari duduknya lalu pergi ke kamarnya. Memang kamar adalah tempat tertenang untuk dirinya.

Dulu Teddy sangat jarang melihat kakaknya karena Grizelle selalu saja mengurung diri di kamar. Teddy hanya akan melihat kakaknya untuk mengambil minum atau makanan. Sekarang ia merasakan mengapa kamar adalah tempat yang lebih baik ketimbang berkumpul dengan keluarga di ruangan yang mewah.

Teddy pun menghubungi Ethan untuk mengusir rasa sepinya. Ia mengajak sahabatnya itu untuk pergi malam ini. Kebetulannya, malam ini ada balapan dadakan yang diadakan di tempat mereka biasa berkumpul.

Ethan menyuruh Teddy untuk ikut saja karena lawannya tidak sebanding dengan Teddy. Sebuah ide pun muncul dari Teddy untuk pergi menikmati hidup. Ethan pun menyetujui saja ide tersebut dan mengikuti Teddy.

Malam ini mereka akan bertemu di tempat biasa dengan menggunakan kendaraan masing-masing. Teddy pun keluar dari kamarnya untuk melihat kondisi motor. Sebelum itu, ia pastikan jika mobil ayahnya tidak ada di rumah.

*

Malam harinya, Teddy keluar diam-diam tanpa suara sama sekali. Ia memberikan sedikit uang jajan kepada satpam rumah agar tidak bilang kepada kedua orang tuanya. Satpam itu pun hanya menyetujui saja apa yang dikatakan Teddy.

Teddy mendorong jauh motornya agar tidak terdengar oleh siapa pun malam itu. Ethan yang menunggu di jalan menuju tempat balapan pun khawatir Teddy tidak lolos. Mereka kali ini tidak lagi berpamitan baik-baik karena merasa sudah cukup dewasa.

Keegoisan masa muda itu datang menghampiri mereka tanpa disadari. Baik Teddy maupun Ethan mereka menjadi lebih berani. Saat ini yang hanya ada di pikiran mereka hanyalah bagaimana menikmati hidup saja.

Setelah keduanya bertemu di jalan tersebut, mereka pun bergegas ke tempat balapan. Teddy memimpin jalan di depan dan Ethan mengikuti. Kemampuan Ethan belum sehebat Teddy, oleh karena itu malam ini Teddy yang akan turun tangan.

Balapan ini bukan hanya balapan iseng-iseng saja, namun ada hadiah yang akan diberikan untuk pemenangnya. Mereka akan bertaruh uang tunai yang jumlahnya sangat lumayan dan itu menggiurkan untuk Teddy dan Ethan. Seperti ide sebelumnya, uang itu sangat cukup untuk melancarkan ide menikmati hidup itu.

“Teddy, akhirnya turun juga,” ujar Bora – orang yang mengelola balapan ini.

“Iya, sudah lama tidak olahraga, Bor,” jawab Teddy.

“Yakin menang tidak ini?”

“100% yakin,” ujar Ethan.

“Teddy tidak perlu diragukan lagi,” lanjut Bora.

Salah seorang penantang pun tampak memandangi Teddy dengan sangat tidak menyenangkan. Teddy semakin terpancing untuk mengalahkan lelaki dengan tatapan sombong itu. Sepertinya, penantang itu sama sekali tidak mengetahui Teddy sama sekali.

Teddy dan Ethan tidak pernah melihat penantang itu. Namun, dari yang didengar Ethan lelaki itu tidak sehebat Teddy. Oleh sebab itu, Ethan membujuk Teddy untuk menghadapi lelaki bertatapan sombong itu.

“Sombongnya saja tinggi, pasti tidak ada apa-apanya,” ujar Ethan.

Teddy yang menatap penantang itu pun memberikan senyuman kepadanya. Namun, penantang itu membalas dengan membuang liurnya. Teddy pun hanya menunduk dan tertawa saja dengan Ethan.

*

Balapan pun di mulai, Teddy sudah bersiap di posisi. Bora mulai memimpin balapan tersebut dengan memberitahukan hadiah kepada semua yang hadir. Bora juga memberitahukan rute yang harus mereka lewati.

Setelah mengambil ancang-ancang, mereka pun mulai memacu kencang motor mereka. Ethan terus mengamati Teddy yang sempat tertinggal. Namun, tak berapa lama, Teddy mulai menyusul dengan cepat.

Teddy semakin di depan dan meninggalkan lawannya. Semua bersorak dengan performa Teddy yang selalu luar biasa. Ethan pun dengan bangganya mengatakan lelaki itu adalah teman dekatnya.

Balapan itu penuh dengan ketegangan, mereka lama tidak terlihat karena melewati rute yang sudah di berikan. Namun, tak berapa lama, Teddy mulai terlihat menuju garis finish dan disusul oleh lawannya. Teddy tetap memacu motornya dengan kekencangan penuh, dan akhirnya ia pun memenangkan balapan itu.

“Teman aku memang paling hebat,” ujar Ethan.

Bora menghampiri Teddy yang sudah sampai di garis finish dan memberikannya selamat. Lawannya pun tampak begitu kesal, namun Teddy tidak mempedulikannya sama sekali. Terpenting adalah dia sudah memenangkan balapan ini dan mendapatkan uang hadiah itu.

“Selamat, ya, Bro,” ujar Bora.

“Sudah kubilang, bukan?” ujar Ethan tertawa.

“Teddy memang tidak ada tandingannya,” ujar Bora.

Setelah mendapatkan uang hadiah tersebut, Teddy dan Ethan pun pergi ke salah satu club malam di Jakarta. Mereka berencana untuk membeli minuman keras dengan menggunakan KTP dari Ethan yang memang sudah berusia 18 tahun. Inilah yang mereka maksud dengan menikmati hidup.

Berpesta minuman keras tanpa memikirkan keluarga yang egois, dan mengekang mereka. Melupakan kekesalan yang membuat mereka sama sekali tidak nyaman hidup dengan keluarga sendiri. Menikmati setiap waktu walaupun hanya bisa malam ini saja.

Malam itu benar-benar menjadi malam yang panjang untuk Ethan dan Teddy. Bukan hanya mereka yang berpesta, namun ada beberapa lainnya. Kemenangan itu seperti menjadikan Teddy sebagai raja balap di pinggiran Bogor.

*

Teddy dan Ethan menyudahi pesta mereka karena minuman yang tersedia sudah habis. Mereka pun pulang dengan keadaan sedang tidak terkendali. Namun, jika tidak pulang sekarang mereka akan mendapatkan masalah besar.

Dengan sedikit goyang karena kelelahan dan sedikit mabuk, mereka menembus malam menggunakan motor sport mereka pulang ke rumah. Teddy yang mulai berbicara sembarangan berteriak sepanjang jalan. Ethan pun juga menyahuti temannya itu, untungnya jalanan tidak ada yang melewati.

“Aku benci dengan keegoisan!” teriak Teddy.

Teddy benar-benar meluapkan semua kekesalannya kepada ayahnya yang terus memaksakan kehendak. Sedangkan Ethan terus saja menyahuti Teddy karena mereka tidak jauh berbeda. Kedua remaja itu jadi hanyut dalam kekesalan yang bercampur dengan minuman keras yang sudah merasuki keduanya.

Saat mereka sedang dalam perjalanan, Ethan tiba-tiba berhenti di pinggir jalan. Ia pun menghadap ke semak belukar dan memuntahkan isi perutnya. Teddy yang melihat itu pun membantu Ethan.

“Bro, kenapa, Bro? Baru minum dikit sudah goyang,” ujar Teddy.

Ethan masih saja mengurusi dirinya yang merasakan tidak enak pada bagian perut. Teddy yang dalam pengaruh minuman keras itu hanya tertawa dan duduk di samping temannya. Ia hanya memejamkan mata dan terus saja berbicara tidak jelas.

Keduanya hanya duduk di pinggir jalan menunggu Ethan kuat untuk kembali melanjutkan perjalanan. Rumah mereka sudah tidak jauh lagi dari jalanan itu. Jika mereka tidak kembali sebelum pagi, maka pasti akan ada yang mengenali mereka.

“Ayo, nanti ada yang datang,” ujar Teddy.

“Iya juga. Ayo, kita pulang,” sahut Ethan.

Mereka pun berdiri dengan masih goyang dan berusaha menegakkan diri. Ethan masih tidak terkendali dan hampir jatuh dari motornya. Begitu juga dengan Teddy yang tampak tidak kuat lagi untuk menegakkan motor tersebut.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel