Bab 14 Cerita Ridwan
Bab 14 Cerita Ridwan
Pada perjalanan pulang, Grizelle menanyakan kembali tentang Ridwan. Lelaki itu tampak sangat dekat dengan Hana, membuat Grizelle sedikit penasaran. Akhirnya, Hana pun menceritakan bagaimana hubungan di kampung.
“Namanya di kampung, Kak, semuanya pasti akan saling mengenal. Kalau aku dan Ridwan, dia adalah kakak kelas waktu sekolah dulu. Rumahnya juga dekat, jadi sudah cukup akrab satu sama lain,” ujar Hana.
“Seperti itu. Lalu, apakah ada kejelasan tentang ayahnya Rainan?” tanya Grizelle.
“Ridwan memiliki informasi, mungkin nanti akan dijelaskan lebih lagi, Kak,” jawan Hana.
“Semoga saja nanti di rumah ia bercerita lebih banyak,” ujar Alan.
“Iya, semoga saja,” lanjut Grizelle.
Grizelle mengangguk dengan ucapan Hana, ia merasa sedikit lega dengan kabar ini. Grizelle berharap jika ayah dari Rainan bisa segera ditemukan dan bertemu dengan anaknya. Ia juga harus tahu bagaimana keadaan istrinya yang sudah tiada.
Setelah pembicaraan mengenai kampung Hana selesai, Alan masuk untuk menanyakan apakah ada yang ingin cemilan. Grizelle pun teringat oleh Teddy di rumah, dan orang tuanya juga akan datang untuk melihat Aisha yang sedang sakit. Alan pun menepi dan berhenti di salah satu toko kue.
Hana juga ditawari oleh Alan, tetapi ia terlihat segan untuk menerima tawaran itu. Alan yang tahu jika tawarannya akan ditolak tidak mengindahkan penolakan Hana, ia tetap akan membelikan satu kotak. Roti ini lumayan untuk makanan Rainan dan juga sarapan Hana besok pagi sebelum ke kampus.
Alan pun keluar meninggalkan istrinya dan Hana di mobil menemani Aisha yang tertidur pulas. Grizelle mengingatkan untuk membeli lebih agar bisa dibawa pulang oleh orang tuanya. Alan mengangguk dan bergegas pergi ke dalam.
“Hana punya paspor?” tanya Grizelle.
“Tidak punya, Kak. Tidak ada kepikiran akan keluar negeri,” ujar Hana tersenyum.
Grizelle ikut tersenyum mendengarkan jawaban dari Hana. Wanita polos itu benar-benar lugu, ia menjalani hidup dengan baik dan apa-adanya. Grizelle menawarkan untuk membuatkan Hana paspor agar bisa ikut mereka jalan-jalan, atau jika diizinkan bisa pergi mencari ayah dari Rainan nantinya.
Kembali, Hana merasa dirinya selalu saja merepotkan orang lain. Grizelle bukanlah keluarga tapi ia memikirkan Hana sejauh ini. Hana tidak tahu harus berkata apa lagi dengan kebaikan yang diberikan oleh Grizelle.
*
Sesampainya di rumah, mobil Edward dan Jessica sudah terparkir rapi di sebelah mobil Teddy. Grizelle pun segera turun dibantu oleh Hana untuk membukakan pintu. Sedangkan Alan membawakan barang-barang.
Kepulangan mereka disambut hangat oleh Edward dan Jessica yang mengkhawatirkan cucu perempuan mereka. Jessica tampak sangat cemas dan mau memeluk cucunya, tapi tidak tega jika nantinya dia terbangun. Namun, setelah memasuki rumah, Aisha terbangun dan sudah bisa tersenyum kepada seluruh keluarga.
“Cucu Oma, jangan sakit lagi, ya, sayang,” ujar Jessica.
“Cuma demam biasa, Mom,” ujar Grizelle.
“Mommy kamu tidak sabaran mau ke sini lihat Aisha, khawatir sekali dia,” ujar Edward.
Grizelle menenangkan ibunya dengan menceritakan hasil dari pemeriksaan tadi. Untungnya tidak terjadi sesuatu yang serius dengan Aisha. Grizelle juga sangat bersyukur tidak terjadi apa-apa dengan putri kecilnya.
Grizelle juga menceritakan tentang Hana yang membantunya mengurusi Aisha. Ia kagum dengan ketelatenan wanita muda itu. Begitu juga dengan Jessica yang mendengarkan cerita Grizelle. Wanita semuda Hana bisa dengan baik merawat anak-anak, bukan hanya satu tapi tiga sekaligus setiap harinya.
“Hana memang luar biasa. Terima kasih untuk bantuannya, ya,” ujar Jessica.
“Jarang sekali ada anak muda seperti ini,” ujar Edward.
Teddy yang mendengar orang tuanya memuji Hana jadi penasaran dengan wanita muda itu. Ia tertarik untuk mengenali Hana lebih jauh, namun tidak tahu harus bagaimana. Alhasil, dirinya hanya bisa memandang dari jauh.
Teddy juga tidak ingin menjadi sorotan oleh keluarganya karena pendekatan ini. Ada juga yang menjadikannya berpikir panjang untuk melakukan itu. Nicole, adalah penghalang terbesarnya saat ini karena mereka berpacaran.
Selain itu, ada lagi yang menjadi pertimbangan Teddy untuk mendekati Hana, yaitu rasa bersalah. Setiap kali melihat dan dekat dengan Hana, ia mengingat kembali kejadian malam di mana Ethan kehilangan nyawanya. Bayangan itu menghantui dan membuat tidak nyaman.
*
Saat mereka sedang berbincang bersama terdengar suara bel pintu. Bu Ria segera pergi ke depan untuk memeriksa yang datang dan membukakan pintu. Seorang lelaki terdengar berbicara kepada Bu Ria.
Grizelle yang mendengar itu langsung beranjak dari duduknya dan berjalan ke depan. Yang datang adalah Ridwan untuk memenuhi undangan Alan dan Grizelle di rumah sakit tadi. Lelaki itu pun di persilakan masuk dan duduk.
Tak lama, Alan pun menghampiri Ridwan dan Grizelle yang sedang berbincang. Hana juga menghampiri mereka dan bergabung untuk berbicara mengenai kakak iparnya. Pembicaraan pun dimulai dengan menanyakan kabar Sophian saat Ridwan bertemu.
“Bagaimana keadaannya saat Kak Ridwan bertemu?” tanya Hana.
“Baik, tetapi tampak lebih kurus dari yang aku tahu. Ia tampak sangat khawatir dengan keberadaan istri dan juga anaknya waktu itu,” ujar Ridwan.
“Setelah itu apakah ada pesan lainnya yang disampaikan?” tanya Grizelle.
“Hanya soal alamat saja, Bu,” ujar Ridwan.
Grizelle mengangguk dan melihat Hana yang duduk di sampingnya. Wanita muda itu tampak sedih dan menunduk. Ia seperti menyesali dan meratapi sesuatu. Grizelle pun menenangkan dengan memegang pundak wanita cantik itu.
Ridwan melanjutkan ceritanya, ia pun kembali menjadi pusat perhatian karena menceritakan tentang kakak ipar Hana itu. Hana mendengar dengan dengan baik, begitu juga dengan Alan dan Grizelle. Pasangan suami istri ini sangat ingin membantu Rainan menemukan ayah kandungnya yang sudah lama hilang.
Sophian bekerja di sebuah perkebunan sawit besar di Malaysia. Ia baru-baru ini diangkat menjadi salah seorang pengawas karena kecerdasannya. Di sela-sela pekerjaannya, Sophian juga mengambil kursus sebagai teknisi komputer.
Hana sangat menyayangkan dengan kehidupan Sophian yang seperti diceritakan tidak bisa pulang ke kampung. Setidaknya ia bisa memberikan kabar kepada anak istrinya tentang kondisi saat ini. Namun, kenyataannya sampai Nadia sudah tiada pun tidak ada satu pun pesan, atau telepon yang diberikan.
Hana tak bisa lagi menahan air matanya kala ia berbicara mengenai Sophian dan menceritakan kakaknya. Grizelle sangat iba dan berusaha membuat Hana kembali tenang dan mendengarkan lebih banyak cerita lagi. Alan juga membantu dengan menanyakan beberapa hal lainnya karena Hana yang sudah terlanjur emosional.
*
Teddy yang duduk dekat dengan ruang tamu mendengarkan pembicaraan keluarganya dan Ridwan. Ia menjadi merasa bersalah karena kepergian kakak Hana yang juga merenggut nyawa sahabatnya. Teddy pun memandang Hana dari jauh yang begitu sedih dan menangis.
Hana, kamu menangis? Teddy tertegun dalam hatinya melihat wanita yang biasanya ia lihat begitu ceria mengeluarkan emosinya.
Saat itu juga Teddy melihat Ridwan yang terus memandang aneh wanita manis itu. Ia menebak-nebak apa maksud dari pandangan itu. Teddy pun menghindari memperhatikan Ridwan sebelum ketahuan.
Sedangkan Ridwan, ia kembali tidak dapat mencegah keterpukauannya kepada Hana. Dari lama memang ia sudah menaruh hati kepada Hana, namun belum bisa mendapatkannya. Sampai saat ini mereka bertemu lagi pun, perasaan itu seperti tidak hilang.
Teddy yang tak bisa menghindari untuk memperhatikan Ridwan merasa terganggu dengan pandangan lelaki itu kepada Hana. Ia terus saja memandang sinis kepada Ridwan, berharap lelaki itu berhenti memandang Hana. Teddy merasa ingin ikut berbincang di sana untuk mengalihkan perhatian Ridwan.
Tak lama, Alan kembali berbicara kepada Ridwan setelah mereka semua diam beberapa saat. Alan pun meminta detail alamat perusahaan tempat Sophian bekerja. Ridwan dengan sigap mengambil Hpnya dan memberikan detail kepada Alan.
“Sudah Hana, kita sudah mendapatkan banyak detail, pasti Rainan bisa bertemu ayahnya,” ujar Grizelle.
“Kita akan usahakan sebisanya, ya, kamu tenang saja,” ujar Alan.
Grizelle dan Alan berjanji akan membantu Hana semampu yang mereka bisa. Mereka juga akan menolong Hana untuk pergi ke Malaysia dan mencari ke tempat kerja kakak iparnya. Pencarian pun akan segera dilakukan.
***