Bab 6 Pertemuan Tak Terduga
Bab 6 Pertemuan Tak Terduga
Anindya berjalan dengan sangat anggun menggunakan high heels, dan rok span pendek sedikit di atas lutut. Blus berwarna merahmuda yang ia pakai hari ini menambah kewibawaan dari penampilannya. Tak jarang banyak teman wanita di kantornya yang membicarakan penampilan Anindya. Ia bagaikan tren mode bagi wanita-wanita di kantornya.
Sejujurnya, Anindya sedikit risih menjadi pusat perhatian, namun ia berusaha mengabaikannya. Tak jarang ia mendapatkan pandangan-pandangan aneh ketika bekerja. Banyak yang menilai jika ia sedang fokus, kecantikannya menjadi bertambah. Daniel juga sering memperhatikan hal tersebut.
"Ndy, keruangan saya sebentar," panggil Daniel.
Anindya membawa buku note dan penanya, dan bergegas menuju ruangan Daniel. "Ada apa ya, Pak?"
"Laporan yang biasa saya minta untuk meeting sudah siap?" tanya Daniel.
"Sudah pak, rincian terkait dengan hasil sebelumnya juga sudah terinci, dengan detail ...," jelas Anindya.
Daniel bukan hanya memperhatikan perkataan yang diutarakan Anindya, ia juga memperhatikan wajah Anindya yang sangat manis ketika menjelaskan laporan yang ia buat. Semakin bertambah tingkat ketertarikan Daniel pada Anindya. Namun, kali ini ia harus fokus untuk persiapan meeting.
Laporan yang Anindya buat kali ini adalah laporan untuk internal perusahaan. Catatan yang rapi, dan teliti membuat Daniel sangat terbantu. Setelah meeting selesai, tim internal juga meminta tim keuangan mempersiapkan berkas untuk ikut dalam meeting dengan klien besar di hari Jumat minggu ini. Tanpa pikir panjang, Daniel terpikirkan jika Anindya harus ikut dalam meeting ini.
Sekembalinya ia ke ruangannya, Daniel kembali memanggil Anindya. Ia menjelaskan terkait dengan meeting di minggu depan yang harus ia hadiri. Anindya tampak kaget, namun ia harus siap, ini kali pertama ia berhubungan dengan orang luar.
Setelah memberitahu Anindya terkait pertemuan dengan klien minggu depan, Daniel kembali mencoba membawa topik di luar pekerjaan. Ia ingin mencoba kembali, dan melihat apakah Anindya dapat ditaklukkan kali ini. Mungkin saja kali ini adalah hari keberuntungannya, sehingga Anindya merespons Daniel dengan baik.
"Oh iya, saya lihat di meja kamu ada kopi, apa itu kopi dari pantry?" tanya Daniel berbasa-basi.
"Tidak, Pak, saya bawa dari rumah, ini kopi dari Papa saya, beliau beli dengan temannya. Cukup enak pak, dan wangi. Bapak mau coba?" ujar Anindya.
Daniel seperti mendapatkan angin segar. Ia tak menduga respons Anindya akan seramah ini kepadanya. Ia pun merespons Anindya dengan senyuman hangat, "Boleh kalau masih ada."
*
"Klien ini cukup besar, tim penjualan meminta tim keuangan juga dapat ikut agar bisa membantu mereka," jelas Daniel.
"Baik, Pak, saya akan membantu semaksimal mungkin," jawab Anindya.
"Malam ini kamu ada acara?" tanya Daniel.
Sedikit curiga dengan pertanyaan atasannya, Anindya menjawab dengan hati-hati, "Belum pasti, ada apa, ya, Pak?"
"Tidak pa-pa." Daniel sedikit segan meneruskan percakapan.
Daniel dan Anindya berjalan berdampingan di kantor pertemuan dengan klien besar mereka. Tim penjualan menyadari mereka tampak serasi berjalan bersama. Daniel juga sesekali mencuri lirikan ke arah Anindya untuk sekedar melihat senyumnya.
Mereka dipersilakan masuk ke dalam ruangan, dan diminta untuk menunggu sebentar. Tak lama datang tiga orang ke dalam ruangan, salah satunya adalah Dion Shaquell Angyo yang memiliki proyek ini. Proyek pembangunan restoran di Nusa Dua, Bali. Dengan perkumpulnya semua tim, meeting pun dimulai.
Tim penjualan mulai membuka meeting, dan bertanya kebutuhan, dan keinginan mereka, juga mengkonfirmasi beberapa hal yang sudah mereka daptkan. Kemudian, kebutuhan, dan keinginan dijabarkan oleh tim terkait. Ketika masuk ke pengadaan juga anggaran, Anindya mulai banyak pertanyaan yang sebelumnya tidak ditanyakan oleh tim penjualan.
"Berarti semua detail sesuai dengan yang sudah dijabarkan ya? Kemudian, bagaimana dengan hal ini, Pak, ...," ujar Anindya.
"Yang ini sudah saya pikirkan, Bu, namun belum dapat perhitungannya."
"Sudah juga jika belum ada perhitungannya, Pak, nanti akan coba saya bantu terlebih dahulu," ujar Anindya.
Dengan aktifnya Anindya bertanya dan menjabarkan dengan detail, membuat tim penjualan merasa tidak dibutuhkan lagi. Bukan bermaksud untuk mengambil alih pekerjaan tim penjualan, Anindya hanya melakukan tugas untuk mendapatkan detail yang ia juga butuhkan. Hal ini juga dapat membantu tim penjualan ke depannya.
Namun, sepertinya Dion juga memperhatikan bagaimana Anindya bekerja. Selain ia menanyakan detail dari pengadaan, ia juga cakap dalam berkomunikasi. Hal tersebut yang menjadi daya tarik Anindya.
*
Seusai meeting, tim penjualan berpamitan untuk duluan pergi, Anindya dan Daniel kembali berdua saja. Semakin banyak kesempatan bersama, semakin Daniel memiliki peluang untuk mengajak Anindya jalan berdua. Daniel melihat Anindya tidak sedingin dulu lagi.
"Kalau kamu tidak acara, kita bisa makan bersama di restoran B, aku ingin mentraktirmu karena pertemuan hari ini," ajak Daniel.
"Hanya saya saja? Yang lainnya bagaimana, Pak?" tanya Anindya. Sebenarnya ia sudah tahu apa maksud dari atasannya itu, namun ia tak ingin terlalu mencolok.
"Tidak apa-apa, mereka bisa lain kali saja," jawab Daniel.
Anindya berpikir, tidak ada salahnya jika menerima penawaran ini. Lagipula, Daniel mengajaknya setelah jam kantor usai. Ia menerima tawaran Daniel, dan janjian bertemu di restoran B tersebut.
Anindya menceritakan kepada Sandra tentang tawaran traktiran di restoran B tersebut. Sandra bertanya apakah ajakan tersebut adalah kencan? Anindya baru tersadar akan hal itu, tapi ia tak menganggap ini adalah kencan, hanya traktiran biasa saja.
Jika memang ini adalah kencan, Anindya tidak mempermasalahkannya juga. Ia ingin banyak dekat dengan lelaki agar ia dapat membaca karakter-karakter mereka. Bagi Anindya, semakin banyak pengalaman semakin ia tidak dapat dipermainkan.
*
Anindya berdandan sangat cantik dengan dress biru cerah, dan sepatu dengan hak pendek. Ia juga mengenakan riasan yang dan tatanan rambut yang tidak biasa ia kenakan di kantor. Anindya tampak manis dengan gayanya seperti ini.
Seusai bersiap, Anindya bergegas menuju restoran B. Mereka janjian bertemu di tempat saja, karena Anindya tidak ingin di jemput oleh atasannya. Lagi pula mereka tidak ada hubungan spesial, dan Anindya menganggap ini hanya pertemuan pertemananbiasa.
"Pak," sapa Anindya.
"Anindya." Daniel berdiri dan membukakan kursi untuk Anindya duduk.
Daniel memberikan kesan yang baik untuk Anindya. Perlakuannya pada wanita yang baik membuat Daniel memiliki nilai lebih di mata Anindya. Namun, bukan berarti gadis cantik itu sudah tunduk oleh Daniel.
Melihat gaya Anindya yang tidak biasanya, Daniel mulai tersenyum, ia berusaha tidak mencolok karena memperhatikan Anindya. Ia mempersilahkan Anindya untuk memesan. Pandangannya tidak bisa teralihkan dari Anindya kali ini.
Setelah mereka memesan makanan, Anindya izin kepada Daniel untuk ke toilet. Anindya melewati meja-meja lainnya menuju toilet. Pandangan matanya tertuju pada satu meja tak jauh dari pintu masuk. Ia bertemu dengan seseorang yang sangat ingin ditemuinya, untuk menunjukkan bagaimana ia sekarang.
Anindya melihat seseorang tersebut beranjak dari duduknya. Anindya memperhatikan kemana ia akan pergi. Ternyata ia menuju toilet, sangat kebetulan. Anindya berjalan cepat agar dapat seperti tidak sengaja bertemu dengan orang tersebut.
"Maaf, silahkan duluan," ujar Anindya yang sengaja seperti menghalangi jalan masuk orang tersebut ke dalam toilet.
"Terima kasih," ujar Kenzo tersenyum ramah.
Orang tersebut dengan ramah tersenyum, dan seperti memperhatikan penampilan Anindya. Seseorang tersebut adalah lelaki dari masa lalu Anindya, Kenzo. Ia datang bersama istrinya yang menjadi duri dalam hubungan mereka.
Mereka tak sengaja keluar bersamaan dari toilet.Lagi-lagi Kenzo yang sepertinya belum sepenuhnya berkonsentrasi terhadap Anindya berbasa-basi membuka pembicaraan. Anindya hanya tersenyum ramah saja, ia ingin tahu apa yang akan dikatakan Kenzo padanya saat ini.
"Eh, kita pernah bertemu, ya?" tanya Kenzo.
"Kita juga pernah jalan bersama selama tujuh tahun," jawab Anindya.
"Anindya," ujar Kenzo terkejut. Ia benar-benar terpukau saat mengenali Anindya dengan penampilannya saat ini. Kenzo sampai tak dapat berkata apa-apa lagi.
"Masih ingat?" tanya ketus Anindya.
"Ini beneran kamu?" Kenzo dengan spontan memegang tangan Anindya.
"Apa, sih?!" ujar Anindya melepas tangan Kenzo.
Daniel tak sengaja melihat perdebatan Anindya dan Kenzo. Ia langsung berdiri dari duduknya bermaksud untuk menghampiri mereka. Namun, Anindya sudah berjalan menjauh dari Kenzo. Daniel pun duduk kembali.
Pertemuan dengan Kenzo membuat Anindya sedikit kesal. Walaupun ia ingin menunjukkan perubahan dirinya, namun rasa sakit hati yang ia rasakan tidak dapat disembunyikan. Ia kembali menemui Daniel dengan wajah tak bersahabat.