Bab 16 Gebrakan Anindya
Bab 16 Gebrakan Anindya
Pertemuan makan siang yang dilakukan Abel dan juga Dion menjadi pertemuan untuk membicarakan Syahreza. Dion yang mengetahui bagaimana pengusaha itu menjalani hidup menertawakan pemikirannya yang tidak bisa menerima kedekatan Dion dan Anindya.
"Mengapa dia tidak bisa memiliki pemikiran yang terbuka, dan kolot. Padahal, di lingkungan bisnisnya pun sudah banyak yang menjalin hubungan seperti ini. Selagi masih mengingat istri tidak masalah, bukan?" ujar Dion.
"Kau tahu, dia sangat mencintai istrinya, tak mungkin dia akan melakukan hal seperti itu. Ya, bisa dikatakan jika dia orang yang bersih." Abel sedikit memuji Syahreza. Bagaimanapun orang yang sedang mereka gosipkan itu adalah atasannya.
"Bel, tidak ada orang yang bersih saat ini," tambah Dion.
Abel menyadari jika Dion tidak ingin disalahkan dengan apa yang telah ia perbuat. Walaupun begitu tetap saja apa yang ia lakukan salah. Abel hanya mendengarkan saja klien sekaligus temannya itu bercerita.
"Coba saja terus merayu Anindya. Wanita akan luluh jika terus dikejar." Abel memberikan saran seolah ia tahu Anindya akan luluh dengan lelaki seperti itu.
Setelah perbincangan dengan Abel, Dion menjadi bersemangat untuk terus mengejar Anindya. Mungkin saja, penolakannya kemarin hanya karena ia kesal karena baru dipanggil oleh bos besarnya. Kali ini, Dion mencoba mengirimkan hadiah kembali.
Kali ini hadiah yang dikirimkan melalui kurir, Dion yakin kali ini Anindya akan menerimanya. Dion sudah cukup lama memberikan waktu kepada Anindya, pasti saat ini suasana hatinya sudah cukup tenang. Dion mengirimkan bunga, dan juga sebuah perhiasan.
Selain hadiah, Dion juga menyelipkan surat di dalamnya. Ia berpikir karena Anindya susah dihubungi, maka surat ini akan membawakan pesan untuknya. Juga, akan lebih tampak romantis jika ada surat di dalamnya.
*
Hadiah dari Dion dititipkan ke bagian resepsionis, OB pun mengantarkan hadiah itu ke ruangan Anindya. Cukup terkejut dengan hadiah yang datang, Anindya sudah bisa menebak dari mana semua ini berasal. Anindya pun, bergegas meminta tolong supir kantor untuk mengirimkan hadiah itu kembali ke kantor Dion.
‘Jangan mengirimkan saya apapun lagi,’ chat Anindya kepada Dion.
Entah bagaimana caranya untuk menghindari Dion. Serigala itu terus mengincar mangsanya dengan agresif walaupun mangsanya sudah lari dengan kencang. Dion merasa sedikit kecewa, dan ia mulai menyadari jika Anindya memang benar-benar ingin putus hubungan dengannya.
Dion melihat ke arah bunga dan hadiah yang dikembalikan oleh Anindya. Ia tertawa melihat hadiah-hadiah tersebut. Dion merasa dirinya telah dicampakan oleh Anindya setelah apa yang telah ia berikan. Mungkin terkait dengan hadiah itu tidak masalah, namun Anindya sudah banyak memanfaatkannya dari link bisnisnya.
Dion yang menyadari jika ia dicampakan merasa sangat bodoh. Ia tergoda oleh Anindya dengan parasnya yang mempesona, dan juga setia mendengarkannya. Beberapa kali ia tertawa, tidak habis pikir dengan dirinya sendiri.
Ia juga jadi mengingat ucapannya dengan Abel tentang Syahreza yang tidak memiliki pemikiran yang terbuka dan kolot. Ia merasa pemikiran kolot Syahreza bermanfaat untuk membentengi dirinya dari penggoda seperti Anindya.
Mulai dari hari itu, Dion pun tidak akan lagi mengganggu Anindya. Ia akan menghubungi Anindya hanya untuk bisnis saja, atau menyuruh stafnya yang menghubungi Anindya. Ia juga merasa harus berhenti.
*
Anindya sudah fokus kembali ke pekerjaannya. Ia fokus dengan proyek yang diwacanakannya sendiri. Proyek ini akan ia presentasikan di hadapan petinggi perusahaan untuk mendapatkan izin. Kali ini Anindya yakin jika proyeknya akan menjadi gebrakan baru untuk perusahaannya.
Proyek ini akan menjadi sorotan bagi masyarakat menengah karena memang tujuannya adalah membantu mereka agar mendapatkan hunian kelas atas namun harga cukup miring. Beberapa minggu ini Anindya telah merancang, dan melakukan banyak survei, ia yakin dengan ini perusahaan akan mendapat untuk banyak. Juga, perusahaan akan dikenal luas.
Proyek ini juga sebagai pengalihan isu skandalnya bersama klien-kliennya. Dari nasihat yang diberikan oleh Syahreza, inovasi Anindya muncul. Ia juga sadar, tanpa bantuan Dion dirinya bisa melakukan hal luar biasa sendiri.
Pertemuan dengan petinggi dilakukan. Anindya dengan percaya diri mulai memperlihatkan slide demi slide. Ia menjelaskan dengan rinci terkait dengan proyek yang ia akan jalankan.
Tak disangka semua petinggi setuju dengan apa yang Anindya rancang. Menurut mereka, di zaman sekarang ini banyak milenial yang sedang membangun mimpi, dan mengukur keberhasilan dari membeli aset-aset bernilai seperti rumah. Juga, dengan adanya proyek ini, keluarga kecil dengan pendapatan menengah juga dapat memiliki rumah mereka sendiri.
Abel mengapresiasi apa yang telah Anindya kerjakan. Ia berharap ada gerakan lainnya dari Anindya yang dapat membangun perusahaan ini lebih baik. Sedikit candaan, Abel menyinggung tentang Dion. Anindya tidak marah, karena ia tahu jika skandalnya dengan Dion memang salah.
Walaupun ia sudah tidak lagi berhubungan dekat dengan Dion, namun ia merasa masih memiliki tanggung jawab. Beberapa hadiah besar, seperti perhiasan, dan barang mewah lainnya, Anindya merasa ia harus mengembalikannya. Ia merasa jika terus menyimpan dan menggunakan akan menjadi beban batin baginya.
*
Anindya pun mengumpulkan semua barang yang diberikan kepadanya. Ia membawa langsung ke kantor Dion. Dengan pengembalian barang-barang ini maka berakhir sudah semua hubungan dengan Dion, dan semoga tidak ada pengungkitan dikemudian hari.
"Mbak, ini titip ke Pak Dion, ya," ujar Anindya pada resepsionis.
"Dari siapa ya, Bu?" tanya resepsionis.
"Berikan saja, nanti dia akan tahu sendiri," ujar Anindya.
Setelah memberikan barang-barang itu Anindya bergegas pergi. Tak lama, Dion datang, namun sebelum turun dari mobil, Anindya telah memasuki mobilnya dan pergi. Dion penasaran apa yang Anindya lakukan di kantornya?
Saat memasuki kantor, resepsionis memberi tahu kepada Dion terkait dengan kedatangan seorang gadis yang mengantarkan sesuatu. Barang tersebut sudah diletakan di ruangannya. Dion semakin penasaran, barang apa yang diberikan kepadanya? Apakah sebuah kenang-kenangan?
Di meja Dion sudah tergeletak sebuah kotak cukup besar. Ia membuka kotak tersebut, dan sedikit terkejut, Anindya bisa melakukan hal sejauh ini. Semua perhiasan, dan barang mewah lainnya yang sempag ia berikan dikembalikan kepadanya.
Ia berpikir jika Anindya wanita yang naif, hanya karena kedekatan mereka terbongkar ia jadi seperti ini. Dion tertawa, namun juga menaruh sedikit emosi. Karena emosinya, Dion memberikan barang-barang itu kepada staff di kantornya.
*
Proyek yang diwacanakan oleh Anindya pun dijalankan. Semua orang bekerja sama untuk kelancaran proyek ini. Sepertinya isu miring tentangnya benar-benar teralihkan, tak ada lagi gunjingan tentangnya, semua sorotan hanya tertuju pada sesuatu yang sedang ia kerjakan.
Abel yang memiliki banyak relasi juga mulai menggosipkan proyek ini kepada rekan-rekan bisnisnya. Tak diduga, semua berita sampai ke telinga Dion. Ia kagum dengan Anindya, yang bisa berdiri sendiri. Terbukti jika gadis cantik dan sexy itu memang cerdas.
Senyum merekah dari wajah Anindya karena kerja kerasnya dihargai. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk terus seperti ini. Walaupun ia membutuhkan klien-kliennya, mungkin akan lebih baik jika hubungan profesionallah yang ia tunjukan.
Anindya sungguh tidak sabar menunggu peluncuran proyek ini di acara pameran property. Ia sudah membayangkan bagaimana antusias masyarakat dengan adanya proyek yang bermanfaat. Semangat kerjanya pun naik 1000 kali lipat.
"Saya rasa di acara pameran nanti semuanya akan dapat melihat bagaimana program yang kita luncurkan meringankan mereka," ujar Abel pada Anindya.
"Sudah pasti, Pak. Setelah saya perhitungkan ini tidak akan menguras kantong mereka terlalu dalam," ujar Anindya.
"Wah, ilmu keuanganmu tidak luntur ya," canda Abel.
Sedikit obrolan santai antara Abel dan Anindya membuat ketegangan menunggu hari pameran. Anindya berusaha menampilkan sesempurna mungkin. Ketelitiannya juga diuji agar semua berjalan dengan lancar.
Perusahaan sangat bergantung pada Anindya lewat gebrakan barunya. Acara pameran yang dirancang begitu mewah menimbulkan harapan besar. Namun, Anindya sudah sangat percaya diri dengan apa yang ia lakukan.
***