Bab 14 Skandal yang Usai
Bab 14 Skandal yang Usai
Dari pembahasan yang dilakukan Daniel dan Abel, ada beberapa orang yang mendengar, dan mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya. Jika memang Anindya memiliki hubungan spesial dengan klien, ini akan membuat citra perusahaan menjadi buruk. Anindya juga akan terlibat masalah besar.
Ada beberapa orang yang sempat melihat Anindya dijemput oleh seseorang, dan pergi bersama dengan seseorang di luar kantor. Orang yang dilihat adalah lelaki yang sempat datang ke kantor untuk membahas proyek. Dari sini, terungkap nama, dan siapa sebenarnya lelaki yang memiliki hubungan dengan Anindya.
Kabar terkait Anindya juga sudah sampai kepada Syahreza Adhitama-Direktur Utama-bos besar-pemilik saham mayoritas dari perusahaan property tempat Anindya bekerja. Ia sedikit risih dengan kabar yang beredar di kantornya. Ia pun mengumpulkan kebenaran sebelum mengambil tindakan langsung untuk Anindya.
“Kirimkan saya data Anidya.” Syahreza meminta asistennya untuk mencari data Anindya.
“Anindya manajer pemasaran, Pak?” tanya asisten Syahreza mengkonfirmasi.
“Ya, benar.”
Syahreza sudah mengetahui semua tentang Anindya dan latar belakangnya. Gadis cerdas yang memiliki pesona itu terlihat biasa saja untuk Syahreza yang mana adalah seorang direktur utama sebuah perusahaan. Lelaki yang berusia setengah abad lebih ini merasa ia harus berbicara langsung dengan Anindya.
“Saya besok akan ke kantor. Panggilkan Anindya ke ruangan saya besok,” ujar Syahreza kepada asistennya.
“Baik, Pak.” Asistennya sudah mengetahui apa yang akan terjadi setelah ini.
“Langsung saja suruh dia keruangan, ya,” pesan Syahreza.
Asisten Syahreza memberitahu Anindya sehari sebelum pertemuan itu. Ia kaget bukan main, seorang direktur utama ingin bertemu dengannya? Ia merasa seperti mimpi. Anindya mencari tahu bagaimana Syahreza sebenarnya agar ia bisa bersiap.
Anindya mendapatkan profil dari Syahreza. Wajahnya cukup tampan, tetapi Anindya mendengar dari karyawan yang lain, istrinya sangat cantik dan menyayangi dirinya. Syahreza bahkan lebih menyayangi dan menghormati isterinya itu. Mungkin dia adalah salah satu dari sedikit manusia yang sangat sukses yang menempatkan keluarga di atas semuanya.
Dari profil yang Anindya baca juga, Syahreza mempunyai dua orang putra, anak tertua adalah Aliando Putra Syahreza sekarang menjabat pimpinan cabang Kuala Lumpur, menikah dan sudah mempunyai dua orang anak. Sedangkan anak kedua adalah Adrian Putra Syahreza, yang sedang melanjutkan S2-nya di Australia, menikah dan merintis bisnis di sana.
Dari semua yang Anindya ketahui ia mencoba memahami bagaimana karakter Syahreza. Rasa penasaran tetap saja menghampiri Anindya, sebenarnya apa yang akan dibicarakan? Ia teringat akan kinerjanya dan juga review dari penjualan perusahaan yang meningkat. Ia benar-benar penasaran sekaligus gugup.
*
“Kamu dipanggil Syahreza? Tumben sekali ia keluar dari sangkarnya,” ujar Dion.
“Kamu tahu dari mana?” tanya Anindya.
“Tidak sulit untuk mengetahui apa yang terjadi padamu.”
Dion banyak mengetahui Anindya dari Abel tentunya. Dion yang tahu bagaimana Syahreza memberikan sedikit masukan bagaimana menghadapi lelaki dingin itu. Apapun yang Dion katakan tidak dapat membuat hati Anindya tenang.
“Sudah tenang saja, dia tidak akan bisa memarahi gadis sepertimu,” ujar Dion.
“Rasaku tidak begitu. Aku mencari tahu dan membaca profilnya, dia sangat menyayangi keluarganya.”
“Lihat saja nanti. Dia lelaki dengan pembawaan yang tenang.” Dion kembali berusaha menenangkan Anindya.
Anindya mengabaikan Dion. Ternyata tidak ada gunanya juga menceritakan hal ini kepadanya. Namun Anindya tetap yakin, pasti ia dipanggil karena hal positif. Ia membuang jauh pikiran negatif yang terlintas.
*
Sepertinya kali ini Anindya tidak bisa menaklukan lelaki seperti para kliennya, yang ia hadapi berbeda. Anindya menarik nafasnya, dan berjalan menuju ruangan Syahreza. Ia sudah percaya diri, mungkin Dirut perusahaan tempat ia bekerja akan membahas tentang penjualan yang meningkat.
Anindya memasuki ruangan. Lelaki kharismatik itu mulai memperhatikan Anindya. Ia tidak tersenyum sama sekali. Ruangan Syahreza terbesar di kantor mereka, terasa bagaikan ruangan angker yang dingin.
Anindya memegangi tangannya yang mulai dingin. Awalnya Syahreza tidak memberikan duduk sama sekali. Anindya pun tidak berani mengeluarkan kata sedikit pun.
“Anindya?” tanya Syahreza.
“Saya, Pak,” jawab Anindya dengan suara yang lembut.
“Sudah dua tahun lebih ya kamu bekerja di perusahaan ini, dan dua kali naik jabatan dalam waktu yang cukup singkat. Kinerja kamu juga cukup bagus. Kamu banyak relasi?” Syahreza dengan datar bertanya kepada Anindya.
Anindya berusaha membaca situasi. Jika memang benar ia ingin melihat hasil kerjaku, rasanya harus ada pertemuan khusus, dan tampaknya ia tidak begitu senang melihat Anindya di ruangan itu. Syahreza beranjak dari duduknya.
“Silahkan duduk.” Syahreza mempersilahkan Anindya duduk di sofa.
Dengan duduk, Anindya mencoba menenangkan diri. Ia berusaha terus mengambil nafas dalam. Anindya tidak sedikitpun berani menatap Syahreza seperti yang biasanya ia lakukan kepada kliennya.
“Saya mencoba yang saya bisa, Pak, dan mencoba menjalin banyak koneksi, dan mencari relasi,” Anindya menjawab pertanyaan yang belum sempat ia jawab.
“Itu bagus. Hubungan yang kamu jalin membawakan banyak keuntungan bagimu, ya,” ujar Syahreza.
Anindya mulai merasa gugup. Nada bicara bos besarnya itu sudah mulai lain. Tatapannya juga berbeda. Anindya hanya bisa menunduk, dan tak berani menjawab perkataan Syahreza.
“Dion Shaquell Angyo, mengenal nama ini?”
Batin Anindya tersentak, ia menyadari panggilan ini bukan panggilan untuk membahas terkait dengan penjualan yang meningkat. Panggilan ini adalah untuk membahas rumor yang beredar terkait hubungan yang telah ia dan Dion jalani. Anindya berusaha tetap tenang, dan menjawab apa yang ditanyakan kepadanya.
Anindya tak bisa menutupi apa yang ia rasakan. Semakin lama ia semakin tertekan berada di ruangan itu. Ia tahu jika apa yang ia lakukan salah, dan ini membuatnya semakin frustasi. Matanya sudah mulai basah.
“Saya mengenalnya, Pak. Beliau memiliki proyek dengan perusahaan kita,” jawab Anindya.
“Sudah pasti kamu tahu. Bukankah kamu yang menangani proyek tersebut?”
“Benar, Pak,”
Banyak pertanyaan yang ditanyakan kepada Anindya, membuatnya tidak tahu harus bagaimana menjawab. Air matanya serasa akan jatuh, ia terus mengepaskan tangannya. Tampak sekali Anindya ketakutan.
Syahreza tidak banyak berbicara, ia hanya ingin kejelasan dari Anindya tentang hubungannya dengan Dion yang terjalin di luar urusan bisnis. Walaupun banyak link yang Anindya dapatkan untuk mendapatkan deal besar, namun bagi Syahreza cara itu sama sekali tidak berkelas. Anindya banyak mendapatkan wejangan yang berarti dari bos besarnya itu.
*
Semua hubungan Anindya dengan kliennya sudah terbongkar. Juga, hubungannya dengan Dion yang begitu intim. Anindya tidak menyangka akan jadi seperti ini, apa yang ia lakukan hanya untuk memberikan kontribusi yang baik bagi perusahaan. Jika memang caranya tidak baik, ia akan berhenti.
Di sisi lain, ia juga memikirkan, jika ia berhenti maka koneksi yang telah ia bangun akan hilang bahkan sulit terjalin kembali. Mereka, memang senang dengan Anindya, tetapi perusahaan mereka adalah jaminan investasi klien. Semua klien yang dekat dengannya memiliki keuntungan masing-masing bagi Anindya. Ia sama sekali tidak bisa berpikiran jernih kali ini.
Syahreza sudah melihat gelagat resah Anindya, namun ia masih ingin berbicara banyak. Ia tidak ingin perusahaan yang telah ia pimpin reputasinya akan hancur hanya karena karyawannya yang salah jalan. Syahreza melihat raut wajah Anindya yang memerah, dan matanya yang mulai berkaca.
“Jadi kamu paham apa maksud saya, bukan?” tanya Syahreza.
“Saya paham, Pak,” ujar Anindya.
Anindya terus menunduk. Rasa malunya tak tahu ingin ia sembunyikan di mana. Ia hanya bisa terus menunduk tanpa berani menatap kearah bos besarnya itu. Ia mendengarkan semua yang dikatakan oleh Syahreza.
Perkataan bos besarnya sangat jelas, semua batasan-batasan dalam dunia bisnis disampaikan. Anindya kembali mendapatkan ilmu, bagaimana menjalin relasi yang baik, tanpa harus memiliki hubungan di luar profesionalisme. Ia pun merekam peristiwa hari ini, sebagai peristiwa berharga dalam perjalanan karirnya.
Tetapi masih ada yang mengganjal dalam pikirannya. Ia berpikir mungkin ini adalah akhir dari perjalanan karirnya. Ia akan bersiap jika kembali dipanggil HRD, bukan untuk pemberitahuan kenaikan jabatan, melainkan untuk mengurus surat pengunduran diri.
Riwayat karir Anindya di perusahaan ini tampak sudah mencapai ujungnya. Entah apa yang akan terjadi setelah ia keluar dari ruangan Sayhreza. Semua fikiran negatif muncul, termasuk pertanyaan siapa yang mengadukan dirinya kepada Bos Besar.