Bab 13 Keberuntungan yang Berulang
Bab 13 Keberuntungan yang Berulang
Setelah menjadi sorotan setelah pada presentasi hasil penjualan, Anindya terus melakukan yang terbaik yang bisa ia lakukan. Dengan memanfaatkan link Dion juga lah ia berusaha terus mendapatkan banyak deal besar. Keberhasilan Anindya pun membawa namanya diikutsertakan pada rapat direksi.
Abel selaku Direktur Operasional mengevaluasi kinerja Manajer Pemasaran yang baru tersebut di hadapan yang lainnya. Semua setuju jika Anindya memang dapat diandalkan untuk hal ini, di bawah pimpinannya semua dapat terkendali, bahkan perusahaan mendapat laba besar. Wacana pengangkatan Anindya sebagai General Manager Pemasaran pun dicanangkan.
Ada beberapa orang yang mempertimbangkan wacana kenaikan pangkat Anindya. Beberapa orang ini menilai Anindya belum sehebat itu untuk langsung menerima jabatan baru. Terlebih lagi, Anindya belum lama ini menduduki jabatannya yang sekarang. Keputusan akhir pun diambil direksi akan mengevaluasi pada pertemuan selanjutnya terkait dengan kinerja Anindya.
Anindya yang sudah percaya diri akan naik ke posisi berikutnya menunggu panggilan dari HRD untuk membahas kenaikan pangkatnya. Ia sudah yakin dari hasil presentasi sebelumnya direksi akan mempertimbangkan Anindya. Namun, panggilan yang ditunggu tidak kunjung Anindya terima.
*
Safa mulai kembali tidak bersahabat. Anindya yang menjadi atasannya saat ini sudah memberikan pekerjaan yang paling mudah untuk ia kerjakan, namun tak ada hasil yang Safa bisa dapatkan. Anindya cukup kesal awalnya, namun ia menahan amarah dan mencoba berbicara kepada Safa.
Anindya mencoba berbicara dan mengarahkan Safa untuk lebih profesional bekerja. Awalnya Safa tampak kesal, namun lama-kelamaan ia menyadari, Anindya tidak seperti yang ia nilai selama ini. Kebaikan Anindya membuatnya luluh, dan mencoba bekerja dengan profesional dan menyampingkan egonya terlebih dahulu.
Anindya meminta Safa untuk kembali mengerjakan pekerjaannya dan memberikan laporan kepadanya. Safa kali ini melunak dan bergegas untuk mengerjakan apa yang diminta oleh Anindya sebagai atasannya. Hal ini membuat teman grup WhatsApp-nya menjadi bingung, mengapa sekarang Safa tampak bekerjasama dengan Anindya.
‘Fa, kok kamu jarang nongol di grup sekarang?’ tanya Lara di grup WhatsApp.
‘Dia sudah sibuk sekarang di bawah pimpinan Nyonya Centil, Anindya,’ sahut rekan lainnya.
Safa hanya mendiamkan chat itu, ia tak ingin ada gosip lainnya yang muncul dari mulutnya lagi tentang Anindya. Ia berpikir lebih baik bekerja saja yang baik untuk karirnya kedepan. Menggosip hanya akan membuang waktunya saja.
Safa telah selesai mengerjakan laporan. Ia bergegas menemui Anindya di ruangannya. Dengan gugup ia masuk dan menyerahkan laporan.
“Laporan kamu cukup bagus. Nah, begini dong, kamu sebenanrya bisa bekerja lebih baik jika kamu fokus,” ujar Anindya memuji Safa.
Rasa bangga Safa pun muncul. Ia tersenyum malu dengan pujian yang diberikan Anindya. Mulai hari ini, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk fokus bekerja saja.
*
Direksi kembali mengadakan pertemuan. Mereka mengevaluasi kembali kinerja Anindya yang mereka pantau selama ini. Abel tetap pada pendiriannya agar Anindya dapat naik jabatan seperti yang telah ia sampaikan pada pertemuan sebelumnya.
“Lihat, penjualan kembali meroket bukan? Apalagi yang harus kita pertimbangkan?” ujar Abel.
“Ya, kamu memang benar. Sebaiknya wacana tersebut langsung dijalankan saja. Pak Abel bisa koordinasi dengan tim HRD untuk hal ini.” Direksi sudah memutuskan Anindya akan kembali naik jabatan.
Abel langsung mengurusi ke tim HRD untuk kenaikan posisi Anindya. Bagian HDR cukup terkesan dengan Anindya karena bisa secepat itu ia mendapatkan posisi baru. Pencapaian yang luar biasa tidak semudah yang bagian HRD bayangkan.
HRD kembali memanggil Anindya. Sudah cukup lama dari presentasi kemarin berlalu, Anindya juga sudah lupa akan ambisinya tentang kenaikan posisi. Ia khawatir ada sesuatu dengan dirinya yang merugikan perusahaan.
“Kita bertemu lagi, ya,” ujar Bu Elly, kepala bagian HRD.
“Benar, Bu.” Anindya memberikan senyuman hangat.
“Tahu mengapa kamu dipanggil?”
‘Tidak, Bu.” Wajah Anindya semakin tegang.
“Sama seperti sebelumnya, saya ingin menyampaikan hasil dari pencapaian yang kamu terima dari kerja keras yang telah kamu lakukan.”
“Maksud ibu bagaimana, ya?” Anindya tersenyum, tetapi bingung.
HRD memberitahu Anindya jika ia mendapatkan posisi baru lagi sebagai GM Pemasaran. Senyum Anindya merekah, ia tidak menyangka jika apa yang ia harapkan akan menjadi kenyataan. HRD memberitahunya jika kenaikan jabatan ini akan segera diumumkan.
*
Anindya sudah semakin di atas. Ia benar-benar merubah seluruh hidupnya. Penampilannya semakin berkelas dengan barang-barang mewah yang ia beli, maupun yang ia dapatkan dari Dion.
Bukan hanya karirnya yang melonjak, hubungannya dengan Dion juga semakin erat. Terbukti dari Dion yang sudah berani menjemput Anindya di kantor. Anindya tidak mempermasalahkan sikap Dion itu. Ada banyak alasan yang Anindya dapat pakai untuk mengelak jika ada yang melihatnya bersama Dion.
“Selamat atas kenaikan jabatanmu, aku ingin merayakannya. Bagaimana jika makan malam di restoran biasa?” ujar Dion.
“Seperti biasa, kamu bisa memanjakan wanita. Tapi rasaku itu tidak perlu.” jawab Anindya.
“Aku senang melakukannya untukmu.” Dion tetap membujuk Anindya.
Anindya pun luluh. Mereka janjian bertemu jam 7 malam di restoran mewah yang biasa mereka kunjungi. Kali ini, Dion memanjakan Anindya dengan menyuruh supir untuk menjemput Anindya.
Rambut bergelombang dengan warna coklat agak terang, dress hitam, dan sepatu hak tinggi membuat Anindya tampak seksi. Ia bagaikan ratu yang dijemput oleh kereta kencana. Supir membukakan pintu untuk Anindya, bagaikan nyonya semalam Anindya dilayani malam ini.
Dion sudah menunggu di restoran. Memang lelaki ini selalu lebih awal dalam hal apapun, pantas saja dia sukses dengan mudah. Kali ini pun Dion akan memberikan kejutan kepada Anindya. Hadiah yang cantik untuk gadis cantik.
*
Malam yang penuh romansa dengan alunan musik klasik. Dion kembali mengeluarkan kotak perhiasan. Tidak seperti awal Anindya menerima hadiah dari Dion, kali ini ia memberikan reaksi bahagia yang biasa saja.
“Aku tak bisa berkata apa-apa lagi padamu, Dion.”
“Sudah, aku hanya ingin melihatmu tampil semakin cantik.” Dion beranjak dari duduknya dan mendekati Anindya. Ia memakaikan kalung dengan liontin bunga bertahtakan berlian.
Anindya hanya bisa tersenyum bahagia. Lagi, ia merasa memiliki seseorang yang spesial dalam hidupnya. Namun, ia juga cepat tersadar jika yang ada di hadapannya adalah pasangan orang lain yang tak bisa ia miliki.
Setelah selesai menyantap makanan, dan pemberian hadiah, mereka pun pulang. Dion menunggu di restoran, dan supirnya kembali mengantarkan Anindya. Entah apa maksud Dion, ia seperti tidak ingin terlihat bersama Anindya malam ini.
Anindya bergegas menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil. Tak disangka Daniel sedang berada di dalam mobil dan melihat Anindya. Sedikit penasaran dengan siapa Anindya berada di restoran mahal ini?
Daniel memperhatikan, sepertinya yang mengantarkan Anindya adalah sopir dari mobil tersebut. Rasa ingin mengikuti, namun Daniel sedang menunggu kakak perempuannya. Ia pun hanya dapat menghafalkan bentuk mobil dan nomor plat dari mobil itu.
*
Seperti hari kerja lainnya, Daniel memilih untuk telat pergi makan siang untuk sekedar bersantai di ruangannya. Ketika lapar menyerang, ia bergegas keluar dari kantor. Pemandangan mengejutkan yang ia lihat. Anindya kembali dijemput oleh mobil yang ia lihat di malam sebelumnya.
Kali ini, rasa penasarannya membuat Daniel menjadi detektif dadakan. Ia bergegas menuju mobilnya untuk mengikuti Anindya. Sampailah mereka ke restoran yang tak jauh dari kantor mereka.
Daniel hafal dengan lelaki yang duduk berhadapan dengan Anindya. Ia adalah salah satu klien besar yang memiliki proyek dengan perusahaan mereka. Daniel merasa tidak senang, ia jadi teringat kembali dengan penolakan yang Anindya berikan.
Hubungan Anindya dan Dion tidak tampak seperti hubungan bisnis biasa. Juga, ia ingat di restoran malam sebelumnya, Anindya juga menggunakan mobil yang sama. Daniel merasa ini harus ia bicarakan kepada petinggi perusahaan.
Daniel mencoba membahas Anindya dengan Abel. Namun Abel tidak menanggapi serius, baginya itu hanya hubungan bisnis biasa. Sebagai seorang yang bekerja di bidang pemasaran memberikan entertain kepada klien itu penting.
*