Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Mood Calya

Bab 9 Mood Calya

Abian beserta kelompoknya setelah guru keluar dari ruangan mereka, mereka tidak langsung keluar dari kelas dan beristirahat. Mereka berlima berkumpul dahulu dan membahas ingin mengerjakan tugas kelompok di rumah siapa.

"Hei, jangan keluar dahulu," ucap Gita.

"Sisanya kita bahas dimana?" tanya Gita kembali.

"Terserah. Aku ikut saja," ucap Abian.

"Rumah Abian aja bagaimana?" tanya Wiko.

"Rumahku sangat kecil," balas Abian tersirat menolak untuk mengerjakan di rumahnya.

Calya yang disamping Abian menatap Abian seakan-akan Calya tahu Abian sedang berbohong. Abian yang melihat Calya seperti membalas melalui matanya agar jangan mengerjakan di rumahnya. Namun Calya dengan tiba-tiba berkata, "Aku setuju kita melanjutkan tugasnya di rumah Abian."

"Aduh, Calya kenapa tidak mau berkompromi denganku hari ini? Padahal dia tahu sendiri aku sangat malas sekali jika berada di rumah. Tapi, tidak apalah, ada Calya, hehe" tawa Abian dalam hati

"Eh.. Tapi......" ucap Abian yang belum selesai dan dipotong oleh Gita, "Baik, berarti kita membahas sisa tugasnya di rumah Abian."

Abian hanya pasrah dan membolehkan teman-temannya mengerjakan tugas kelompok di rumahnya.

"Kita melanjutkan tugasnya hari apa?" tanya Faki.

"Pulang sekolah ini bagaimana?" tanya Calya kepada teman-teman kelompoknya.

"Ya, sudah jika kalian sepakat pulang sekolah. Tetapi aku tidak menuntun jalan ke rumahku. Karena aku hari ini diantar oleh orang tuaku," ucap Abian.

"Ya, sudah nanti kirim saja lokasi rumah kamu. Kami tidak langsung ke rumahmu dengan menggunakan baju sekolah. Kami pulang terlebih dahulu," ucap Gita.

"Baiklah kalau begitu. Jadi sepakat ya hari ini datang ke rumah aku. Nanti jika aku sudah di rumah, aku kirim lokasi rumahku," ucap Abian.

Setelah selesai merundingkan akan melanjutkan tugas kelompoknya, Abian dan Calya pun meninggalkan kelompoknya dan menuju ke kantin. Di kantin sudah sangat ramai sekali siswa-siswa berkumpul membeli makanan.

"Cal, kamu beli makan apa?" tanya Abian.

"Aku juga bingung sekali mau makan apa. Aku jarang sekali membeli makanan di kantin. Menurut kamu, makanan yang mana paling enak? Setiap hari kamu membeli makan di kantin," ucap Calya.

"Sebentar, aku lihat dulu menu makanan di kantin hari ini apa saja," balas Abian.

Abian pun meninggalkan Calya sendiri untuk melihat menu makanan yang disajikan di kantin sekolah. Calya menunggu dibangku yang telah disediakan khusus untuk siswa-siswa yang ingin duduk di kantin sekolah.

Setelah lama melihat-lihat menu makanan di kantin, Abian kembali menuju ke tempat Calya duduk.

"Hari ini menu masakannya ayam digoreng tepung, sayur tumis kangkung dan sambal hijau. Sisanya gorengan tempe, tahu, dan ada juga donat. Kamu mau?" tanya Abian.

"Boleh deh, Bian. Tolong pesankan aku juga ya. Melihat kantin ramai sekali, mendingan kamu saja yang beli, hehe," ucap Calya dengan tersenyum.

"Hem... Baiklah. Ya, sudah, kamu tunggu disini. Aku yang kesana. Lalu uang kamu mana?" ucap Abian meminta uang Calya.

"Oh, iya, hampir saja lupa," ucap Calya. Ia merogoh saku di roknya dan memberikan uang kepada Abian untuk membeli makan siang.

Abian pun pergi lagi dan meninggalkan Calya sendirian. Calya pun memainkan handphonenya sambil menunggu Abian membeli makan siang. Kali ini, ia merasa lama sekali dilihat oleh perempuan-perempuan penggemar Abian dan terlihat sedang berbisik-bisik. Namun Calya cuek dan tidak memperdulikannya.

Tetapi lama kelamaan Calya mulai gelisah melihat mereka dan ingin segera pergi. Ia berdiri dari tempat duduknya dan melihat ke kanan dan ke kiri. Ia mencari Abian yang la tak kunjung datang kembali. Lama ia mencari-cari Abian, dari samping Abian mendekatnya.

"Kenapa kamu?" tanya Abian kebingungan.

"Kenapa lama sekali? Ayo, kita pergi dari sini," ucap Calya dan menarik tangan Abian.

Abian pun terseret oleh Calya dan tidak sengaja melihat perempuan yang duduk tak jauh dari Calya terlihat berbisik-bisik melihat Calya memegang tangan Abian. Dari penglihatannya, Abian mengerti kenapa Calya ingin sekali segera pergi dari kantin.

"Kamu tidak melihatnya kenapa aku lama sekali membeli makan siang?" ucap Abian membalas pertanyaan Calya sebelum Calya menarik dan mengajak pergi.

Calya hanya diam dan berjalan di depan Abian menuju tempat di bawah pohon biasanya mereka makan berdua. Abian pun tidak lagi berkata dan hanya terdiam mengikuti Calya di belakangnya.

"Cal, pelan-pelan saja jalannya. Kamu ini ngambek seperti perempuan yang cemburu," ucap Abian dari belakang.

Calya pun memelankan langkah kakinya dan menghela nafas yang panjang. Ia pun menunggu Abian yang ketinggalan dibelakangnya. Akhirnya pun mereka jalan bersama, bersamping-sampingan tanpa percakapan.

Mereka berdua pun sampai di bawah pohon tempat biasanya mereka makan bersama. Abian memberikan satu makanan bungkus yang ia pegang kepada Calya. Mereka pun makan bersama tanpa ada suara.

Sepanjang makan bersama, Abian sesekali melihat Calya makan di depannya. Namun, Calya tidak melihat Abian. Ia hanya tertunduk dan lahap memakan makanannya. Karena Abian tidak terbiasa diam dengan Calya, ia pun membuka percakapan.

"Hei, Calya. Aku minta maaf ya jika tadi kamu menunggu lama dan sendirian," ujar Abian.

Calya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya di hadapan Abian.

"Sudah, kamu jangan bete lagi. Aku tahu kenapa kamu begini. Jangan dipikirin, Cal," ucap Abian sambil mengunyah makanannya yang masih berada di dalam mulut.

"Iya," Calya membuka suaranya.

"Kalau begitu, ayo berbicara padaku. Aku tidak tahan jika tidak berbicara padamu," ucap Abian.

"Iya, iya. Aku juga minta maaf jika seperti ini. Padahal kamu tidak salah apa-apa," ucap Calya.

Walaupun Calya sudah berbicara, namun ia masih tetap melihat rerumputan di kakinya. Abian tetap masih kebingungan mengapa Calya tidak mau menatapnya.

"Cal, ada apa rumput di bawah?" tanya Abian.

"Tidak," jawab Calya singkat.

"Kamu kenapa? Bilang saja padaku," ucap Abian yang masih kebingungan.

Calya pun memberanikan diri melihat Abian. Terdiam sejenak Abian melihat Calya. Abian memberhentikan aktivitas makannya ketika melihat Calya dihadapannya. Calya pun hanya terdiam melihat Abian. Mereka pun cukup lama bertatap-tatapan.

Abian yang menyadari itu, mata Calya sudah berkaca-kaca namun belum menetes dari matanya. Dengan tangan kirinya yang tidak kotor akibat makan, ia sedikit melingkarkan tangannya dikepala Calya dan membiarkan Calya menghapus air matanya sedikit dibajunya.

"Hei, jangan menangis," ucap Abian.

Calya hanya terdiam di bahu Abian. "Sudah, sudah. Jangan dipikirkan," ucap Abian sambil mengelus kepala Calya.

Calya pun menjauhi bahu Abian dan menghapus air matanya yang sedikit tumpah. Ia pun kembali melanjutkan makan siangnya tanpa menggubris perkataan Abian. Abian pun tidak tega melihat Calya.

Abian pun mengulang kembali kalimatnya, "Jangan menangis dan dipikirkan lagi mereka-mereka itu."

"Bagaimana aku tidak memikirkan itu, mereka selalu saja iri padaku. Melihatku dengan tatapan yang aneh dan selalu saja berbicara berbisik-bisik dihadapanku. Aku tidak tahan jika terus-terusan seperti ini, Bian," ucap Calya tersedu-sedu.

"Mereka itu hanya iri padamu. Lama kelamaan mereka tidak akan lagi membicarakanmu dan menatapmu dengan tatapan yang aneh," ucap Abian.

Calya hanya mendengarkan Abian dan melanjutkan makannya suap demi suap.

"Percayalah padaku," ucap Abian meredakan kesedihan Calya.

Mereka pun terdiam dan kembali melanjutkan makan siangnya hingga habis. Setelah makan siang selesai, mereka pun duduk berdua memandang langit. Tidak ada percakapan diantara keduanya, hanya angin yang melintas mengisi kekosongan diantara mereka.

Bel pun berbunyi, Calya dan Abian pun beranjak pergi dari tempat duduknya dan pergi menuju ke kelasnya. Semua siswa terlihat berjalan menjauhi kantin dan memasuki kelasnya masing-masing. Setelah memasuki kelas, Calya tidak banyak berbicara kepada Abian. Ia hanya duduk terdiam di bangkunya dan menatap ke depan dengan pandangan yang kosong. Ia seperti terbebani dengan perempuan-perempuan itu. Namun Abian tidak berani menambah beban Calya. Abian takut suasana hati ya semakin memburuk dan tidak terkontrol. Mereka pun melanjutkan pelajarannya yang terakhir pada hari ini.

Satu setengah jam berlalu, pelajaran hari ini pun usai. Semua siswa membereskan perlengkapan sekolah mereka yang masih berada di atas meja dan guru mengakhiri pertemuan pada sore ini.

Bersambung..........

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel