Bab 8 Tim Abian dan Calya
Bab 8 Tim Abian dan Calya
Satu hari, Abian menjalani hidupnya dengan perasaan yang sangat berbeda. Semakin baik dari biasanya. Hingga pelajaran kedua dimulai, diri Abian tidak menunjukkan gejala perubahan yang terjadi.
"Hari ini, ibu mau kalian semua membuat kelompok belajar. Kelompok belajar ini akan digunakan hingga akhir semester ini selesai. Sehingga, tidak ada yang mau pindah kelompok nanti. Kelompok belajar ini mau ibu yang tentukan atau kalian yang tentukan sendiri?" tanya gurunya memulai pelajaran di kelas.
Siswa di kelas pada kebingungan, sebagian dari mereka ingin kelompok belajarnya ditentukan oleh guru dan sebagian dari mereka ingin menentukan sendiri kelompoknya. Siswa lain memikirkan hal-hal sebelum memilih kelompok belajar, seperti rumah yang sangat dekat dengan masing-masing satu kelompoknya.
"Jadi bagaimana?" tanya ibu gurunya kembali.
Dengan suara yang sangat keras, Abian dan beberapa temannya berteriak, "Kami tentukan sendiri saja Bu."
"Baik, jika kalian ingin menentukan sendiri kelompok belajarnya. Masing-masing kelompok lima orang ya! Setiap kelompok menunjuk ketua kelompoknya dan memberikan nama-nama teman satu kelompoknya ke ibu. Jadi, di kelas ini ada enam kelompok ya," ujar ibu guru di depan kelas.
Guru tersebut menunggu siswanya mencari kelompok belajar di meja yang berada di depan kelas. Sambil menunggu, ia mempersiapkan kertas tugas kelompok untuk dibagikan jika para siswa sudah selesai membentuk kelompok belajarnya masih-masing.
"Hai, Calya. Sekelompok dengan siapa?" tanya Abian.
"Belum tahu. Kamu sudah dapat kelompok?" tanya Calya kepada Abian.
"Belum dapat juga. Aku menunggu siapa yang kekurangan saja kelompoknya," ujar Abian.
"Jangan begitu. Ayo, kita tanya teman yang lain mereka semua sudah berkelompok atau belum," ucap Calya.
Abian dan Calya pun menanyakan kelompok belajar yang masih membutuhkan dua orang lagi. Terdengar suara gurunya memecahkan keributan di dalam kelas, "Sudah semua membentuk kelompok belajar? Jika sudah, ibu mau kalian semua duduk bersama dengan kelompoknya," ucap guru itu dengan menunjukkan dimana setiap kelompok membuat tempat kelompok belajarnya di dalam kelas.
Abian dan Calya tidak beranjak dari tempat duduknya dan melihat kelompok mana saja yang masih membutuhkan orang. Satu per satu mereka menghitung setiap orang di kelompoknya.
"Kelompok satu sudah cukup orang," ucap Calya.
"Kelompok tiga juga sudah cukup," ucap Abian membalas.
"Kelompok dua juga sudah," ucap Abian kembali.
"Sepertinya kelompok lima masih membutuhkan kita," ucap Calya kepada Abian yang masih menghitung satu kelompok lagi.
"Ya, sudah. Ayo, kamu berdiri! Kita menuju kelompok lima," ucap Abian meninggalkan meja dan kursinya.
Abian dan Calya beranjak mendekati kelompok lima, Calya membuka suara," Hai, kami gabung ya."
"Hai, silahkan. Kamu mau duduk dimana?" tanya salah satu temannya yang bernama Gita.
"Aku disini saja sana Calya. Terima kasih," ucap Abian kepada Gita.
Setelah semua siswa sudah selesai membentuk kelompok belajarnya, mereka menentukan ketua kelompoknya dengan kesepakatan bersama. Suasana kelas yang beberapa saat hening menjadi sedikit berisik.
"Kelompok kita ada tiga orang laki-laki, Abian, Wiko dan Faki. Menurut kamu Calya, siapa yang pantas menjadi ketua kelompok?" tanya Gita.
"Ehem...... Siapa ya?" Calya berpikir sejenak dengan tangan di dagunya.
"Kenapa tidak kamu aja, Git?" Tanya Abian.
"Kamu mau Gita jadi ketua? Yakin?" tanya Calya.
"Aku sih tidak yakin. Sudahlah, Wiko saja," ucap Faki.
"Ya, sudah. Siapa? Cepat katakan!" ujar Gita.
"Ya, sudah Wiko saja," ucap Calya.
Tanpa banyak alasan, Abian mengikuti suara Calya, "Aku ikut Calya."
"Heh, anda! Tidak bisa begitu. Kamu pilih dengan hati kamu sendiri jangan ikut orang maunya apa," ujar Gita meninggi.
"Iya, iya. Maaf, tapi aku Wiko saja sudah," ucap Abian.
"Eh, kenapa jadi aku? Aku Faki saja," ucap Wiko yang belum ditanya oleh Gita ingin memilih siapa.
Faki membalas Wiko, "Kok jadi aku?"
"Biar kamu saja," ucap Wiko tidak mau mengalah.
"Gita, kamu pilih siapa?" tanya Calya.
Dari depan kelas, ibu guru berteriak, "Ayo, segera dikumpulkan nama-nama kelompoknya beserta ketuanya. Ibu tunggu sekarang."
"Aduh, cepat kalian siapa yang mau mengalah?" tanya Gita dengan panik.
Kelompok lain telah memilih dan menetapkan ketua kelompoknya dan berjalan menuju ke depan kelas memberikan daftar nama-nama kelompoknya. Sedang kelompok Abian dan Calya masih memperdebatkan siapa yang mau menjadi ketua kelompok.
"Ya, Sudah. Tulis saja nama Abian," ucap Calya.
Sontak saja membuat Abian terkejut dan berkata, "Kenapa jadi aku?"
"Biar selesai masalah kita," ujar Calya.
"Ayo kelompok empat dan lima segera dikumpulkan nama-nama kelompoknya. Ibu mau memberikan tugas kelompok untuk kalian semua," ucap guru dari kejauhan.
"I... Iya, bu," jawab serentak kelompok empat dan lima.
Gita menulis dengan cepat nama-nama kelompoknya. Abian pun pasrah menjadi ketua kelompok karena tidak ada waktu lagi untuk menolak. Abian pun beranjak dari tempat duduknya dan mengantarkan daftar nama kelompok dirinya ke meja guru yang berada di depan kelas. Begitu pun dengan kelompok empat.
"Baik, sudah lengkap ya semua kelompok di kelas ini sudah mengantarkan daftar nama teman kelompoknya. Sekarang, ibu akan membagikan kertas tugas ini," sang guru pun mulai berjalan mengelilingi kelompok di kelas itu.
Setelah selesai membagikan kertas tugas tersebut, ibu guru berkata, "Mohon dibaca perintahnya sebelum membuat jawaban tugas ini. Kerjakan tugasnya sekarang, ya. Apabila tidak selesai, tugas ini boleh kalian bawa pulang dan kerjakan bersama. Tidak ada dalam satu kelompok yang tidak saling membantu. Apabila ada yang tidak membantu, boleh laporkan ke ibu."
"Baik, bu," jawab siswa di kelas dengan serentak.
"Baik, kalau begitu kalian semua bisa mengerjakannya sekarang," ucap ibu guru.
Terlihat semua siswa lainnya segera mengerjakan tugas yang baru saja diberikan. Kelompok Abian saling berbagi tugas. Setiap orang dikelompok Abian mendapatkan satu soal untuk menjawab pertanyaan yang ada dikertas itu.
"Supaya kita semua kerja dalam kelompok ini, setiap orang akan mendapatkan satu soal. Kalian kerjakan saja dulu sebisa kalian. Jika tidak bisa menjawab, nanti kita saling bantu jika sudah selesai," ucap Calya dengan pelan.
"Baik. Aku yang membagi rata soalnya ya," ucap Gita.
"Baik," balas temannya sekelompok.
"Nomor satu Wiko yang kerjakan, nomor selanjutnya Calya, selanjutnya aku sendiri, lalu Abian mengerjakan nomor empat, dan Faki yang terakhir ya," ucap Gita membagikan tugasnya.
"Ya, sudah. Langsung saja dikerjakan ya, sebisa kalian saja dulu," ucap Calya.
Kelas pun terasa hening dan sunyi. Tidak ada satu pun suara manusia yang terdengar, hanya suara goresan pena yang terdengar di dalam kelas tersebut. Setiap siswa fokus mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya.
Satu jam mengerjakan tugas kelompok, terdengar beberapa kelompok sudah mulai mengeluarkan suaranya. Mereka terlihat sedang berdiskusi tentang jawaban yang telah dikerjakan. Terutama kelompok Abian, mereka yang telah selesai mengerjakan tugasnya langsung membahas bersama terkait jawaban-jawaban yang dikerjakan masing-masing anggotanya.
"Sudah semua ya selesai mengerjakan, sekarang kita bahas bersama. Dimulai dari Wiko ya, karena kamu mengerjakan nomor satu," ucap Calya membuka sesi pembahasan.
"Jadi, ini hasil kerjaan ku. Menurut kalian jawabanku bagaimana? Apakah ada yang salah atau tidak?" tanya Wiko.
"Hem... " mereka berempat membaca jawaban Wiko.
"Menurut aku, ada beberapa kekeliruan sepertinya. Coba lihat dibuku, dihalaman 53 dibuku dikatakan seperti ini, tapi bagaimana pendapat yang lain?" ujar Faki.
"Menurutku, cukup mendekati dengan yang dibuku. Sepertinya benar jawaban Wiko," ucap Abian dengan cepat mengambil kesimpulan.
"Tunggu, Abian. Sepertinya memang ada kekeliruan sedikit pada jawaban Wiko," Jawab Gita.
"Menurut kamu bagaimana Cal dengan jawaban Wiko," tanya Abian ke Calya.
"Hem... Menurut aku sedikit saja kekeliruannya dari pengertiannya. Bagaimana jika kita mengganti kalimat Wiko yang keliru itu dengan kalimat kita, agar kalimatnya sedikit sesuai. Mungkin pemahaman Wiko begitu, namun kita pemahaman kita berbeda," ucap Calya.
Mereka pun akhirnya setuju dengan mengubah sedikit kalimat jawaban Wiko. Tampak kompak mereka melakukannya secara bersama-sama. Calya, Abian, Faki, Gita dan Wiko saling berbagi pendapat untuk menutupi kekeliruan itu.
"Bagaimana jawabannya? Sudah cocok dengan pertanyaannya?" tanya Gita.
"Sepertinya sudah bagus jawaban ini," ucap Wiko.
"Baik, kita lanjut ke jawaban yang dikerjakan Calya ya," ucap Abian.
Beberapa menit membaca jawaban Calya, bel sekolah berbunyi menandakan istirahat telah tiba dan pelajaran telah usai. Semua kelompok berhenti kegiatan belajarnya dan membereskan buku-buku yang ada di meja mereka.
"Sudah ada yang selesai?" ucap guru sebelum menutup pertemuan.
"Belum, bu," jawab siswa serentak.
"Kalau begitu, kalian kerjakan ya dirumah. Pertemuan selanjutnya dikumpulkan. Terima kasih sudah mengikuti pelajaran ini dengan baik. Silahkan istirahat," ucap ibu guru menutup pertemuan hari ini dan meninggalkan siswanya.
Bersambung.....