Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Sekolah

Bab 7 Sekolah

Sedang asyik menonton televisi, Abian dipanggil oleh mamanya untuk segera bersiap-siap dan mematikan televisinya. Papa Abian yang sedari tadi menunggu mama Abian di ruang makan, langsung beranjak keluar menuju mobilnya yang terparkir di teras rumah. Papa Abian pun memanaskan mesin mobilnya terlebih dahulu.

Abian mematikan televisinya dan meninggalkan ruang keluarga menuju ke depan rumah menyusul papanya yang sudah berada di depan rumah. Di depan rumah ia memasang sepatu dikedua kakinya. Sebenarnya, ia masih terheran-heran mengapa kedua orang tuanya pagi ini berbeda tidak seperti hari-hari sebelumnya.

Mama Abian dari belakang langsung menuju ke depan rumah dan mengunci pintu rumahnya. Ia melihat Abian yang sedang duduk di depan menunggu dirinya, tangannya menyentuh kepala Abian isyarat mengajak Abian untuk segera masuk ke dalam mobil.

Abian pun beranjak dari tempat duduknya dan menuju mobil bersama dengan mamanya. Di perjalanan menuju mobil, mama Abian bertanya, "Ada yang ketinggalan tidak?"

"Hem... Sepertinya tidak ada, ma," jawab Abian.

"Ya, sudah. Kamu masuk ya," ucap mama Abian.

Abian membuka pintu mobilnya, ia pun duduk di belakang kursi papanya. Sedangkan mama Abian duduk bersampingan dengan suaminya. Mereka bertiga pun pergi bersama menuju sekolah Abian.

"Ma, apa hari ini hari spesial?" tanya Abian memecah keheningan di dalam mobil.

"Hem.. Tidak ada. Mama hanya ingin kita sarapan bersama saja. Kenapa?" tanya mama Abian kembali.

"Seperti ada yang aneh saja," ucap Abian yang tidak terbiasa dengan sikap kedua orang tuanya yang hangat.

Mama Abian tidak menjawab lagi dan papa Abian fokus dengan jalannya. Abian pun duduk di belakang dengan memegang handphonenya tanpa berkata apapun kepada orang tuanya. Ia sedikit menikmati perjalanan menuju sekolahnya. Ia tidak merasa capek mengendarai motor ke sekolah.

Sesampainya di area jalan sekolah Abian, ia bertemu dengan Calya yang sedang berjalan sendirian menuju gerbang sekolah. Abian hanya melihat di dalam melalui kaca mobilnya. Mama Abian sedikit terheran mengapa anaknya tiba-tiba saja melihat ke arah luar. Sebelumnya, disepanjang perjalanan, Abian hanya melihat handphonenya.

"Ada apa Abian?" tanya mamanya.

"Oh, tidak ada, ma. Tidak ada apa-apa kok," ucap Abian dan kembali' pada posisi duduk seperti awal.

"Yakin?" tanya mamanya kembali.

"Iya, mama."

Sampailah Abian di depan gerbang sekolahnya, ia pun membuka pintu mobilnya dan turun dari mobil. Calya dari kejauhan melihat Abian turun dari mobil yang ia naiki. "Itu Abian? Tumben sekali dia diantar," ucap Calya.

Setelah Abian turun, ia pun salam pada kedua orang tuanya melalui jendela mobil dan berpamitan untuk masuk ke dalam sekolah. Abian pun menatap kedua orang tuanya meninggalkan sekolah dan dengan melambaikan tangannya.

Di depan gerbang sekolahnya, Abian tetap berdiri dan terdiam menunggu Calya menuju gerbang sekolah. Ia pun tersenyum pada Calya dari kejauhan. Sambil menunggu Calya sampai di depan gerbang, ia sesekali menyapa teman-temannya yang hendak masuk ke sekolah.

Salah satu temannya bertanya pada Abian, "Kenapa kamu masih disini? Ayo, kita masuk."

"Masuk dahulu saja. Aku sedang menunggu Calya," ucap Abian menolak.

Temannya pun melihat ke kiri dan kanan. Terlihat Calya mulai mendekati gerbang sekolah. Temannya Abian yang melihat Calya, temannya mendekat ke telinga Abian dan sedikit berbisik kepada Abian, "Harusnya kamu jemput dia, jangan kamu tunggu dia disini."

Abian hanya membalas dengan senyuman kepada temannya, "Ya, sudah, aku masuk dulu ya," teman Abian pun meninggalkan Abian sendiri di depan gerbang.

"Iya, hati-hati," ucap Abian.

Calya pun sampai di depan gerbang sekolah, ia pun menghampiri Abian yang sudah lama menunggu, "Diantar?" tanya Calya.

"Iya," jawab Abian.

"Tumben sekali?" tanya Calya kembali.

"Itu dia, Cal. Jangankan kamu, aku sendiri saja juga heran kenapa tiba-tiba orang tuaku mau mengantarkan aku ke sekolah. Padahal semalam tidak ada pembicaraan mau mengantar aku ke sekolah," ucap Abian membuka cerita.

"Hem... Kamu ini begitu saja dianggap aneh, harusnya senang dong kedua orang tuamu perhatian sama kamu," ucap Calya.

"Ya, aku sih senang Cal. Tapi, aku juga heran saja mendadak berubah dari biasanya," ucap Abian.

"Ya, sudah kalau gitu. Apalagi yang kita tunggu? Ayo, kita ke masuk dan ke kelas," ucap Calya.

Abian dan Calya pun meninggalkan gerbang sekolah dan pergi menuju kelasnya. Terlihat kelasnya sudah ramai dengan teman-temannya. Hari ini Calya tidak pergi terlalu pagi, dirumahnya sebelum berangkat ke sekolah, ia sibuk mempersiapkan sarapan dan peralatan sekolah yang lupa ia siapkan sedari malam.

Di perjalanan menuju ke kelasnya, Abian bertanya kepada Calya, "Kenapa kamu baru datang? Biasanya datang kepagian terus. Sudah seperti penjaga sekolah saja datangnya pagi-pagi sekali."

"Oh, iya, hari ini aku lupa memasukkan buku dan peralatan lainnya ke dalam tas ku. Jadinya aku pergi tidak seperti biasanya," jawab Calya.

"Oh, begitu," ucap Abian.

Abian dan Calya pun sampai di kelasnya dan menuju tempat duduk mereka masing-masing. Di sepanjang perjalanan menuju kelasnya, banyak perempuan-perempuan temannya melihat mereka berjalan berdua dengan tatapan yang tidak mengenakkan.

Bagi Calya sudah biasa dilihat dengan mereka dari tatapan yang tajam dan sinis. Menurutnya itu risiko berteman dengan laki-laki disukai dengan banyak perempuan. Ia pun tidak mempermasalahkan mereka semua melihatnya seperti itu. Namun sebenarnya, ia merasa hanya tidak nyaman berada di lingkungan tersebut.

Tidak hanya melihat dengan tatapan yang tidak mengenakkan, terkadang di depan Calya mereka seperti berbisik-bisik berbicara tentang dirinya dan Abian. Walaupun tidak terdengar, kegiatan itu membuat Calya tidak nyaman dan ingin segera berjalan cepat menghilang dari mereka. Namun Calya tidak pernah menggubrisnya, seperti tidak ada manusia di dekatnya.

Bel sekolah berbunyi menandakan siswa sudah harus masuk ke kelas dan memulai pelajarannya. Para siswa yang masih berkumpul di taman sekolah pada menuju kelasnya bersama teman sekumpulannya.

"Kamu membawa bekal?" tanya Abian.

"Kenapa?" tanya Calya balik.

"Basa basi aja, hehe," ucap Abian.

"Tidak bawa, kan aku sudah cerita tadi kalau aku saja pergi agak siang tidak seperti biasanya."

Abian hanya melihat Calya dan tidak bertanya ataupun menjawab lagi perkataan Calya.

Pelajaran pertama dimulai. Guru mata pelajaran pertama sudah datang dan sampai di kelas. Guru tersebut mengajar pelajaran matematika. Abian yang sudah senang dari pagi bersemangat mengikuti pelajaran matematika. Padahal sebelumnya, ia sangat malas sekali denga pelajaran matematika.

Calya yang disampingnya melihat Abian sangat berbeda dari hari sebelumnya. Terasa aura Abian sangat lebih baik dari sebelumnya. Calya hanya melihat Abian. Ia tidak bertanya pada Abian, ia takut pertanyaannya membuat Abian tidak bersemangat menyambut pelajaran pertama.

"Selamat pagi, hari ini kita belajar geometri ya. Ibu harap, kalian semua mendengarkannya dengan baik dan tidak ada yang berbicara dengan temannya," ucap ibu guru membuka pertemuan.

"Baik bu," jawab siswa satu kelas.

Ibu guru pun menjelaskan kepada murid-muridnya di depan kelas. Memberikan cara matematika termudah agar dipahami oleh siswa-siswanya. Abian yang duduk disamping Calya dengan serius mencerna apa yang ibu guru jelaskan di depan.

Sesekali Calya melihat Abian dan berkata di dalam hati, "Abian hari berubah, semoga perasaannya seperti ini sampai pulang."

Tidak terasa waktu pun akan berakhir, sebelum ibu guru meninggalkan kelas, ia memberikan beberapa tugas kepada siswanya. "Sebelum kita akhiri pertemuan kita hari ini, tolong semua anak-anak ibu di buka buku lembar kerja siswa halaman 25. Tolong dikerjakan dari nomor satu hingga sepuluh ya. Kalian bebas bertanya dengan temannya tetapi tidak menyontek. Ibu harap kalian semua mengerjakan dan mengerti caranya. Hari Kamis kita jumpa lagi dan akan kita bahas bersama. Sekian dari ibu, selamat istirahat," ucap ibu guru sebelum keluar dari kelas.

Ibu guru pun bersiap-siap merapikan tempat pensil dan buku yang ia bawa. Ibu guru pun keluar meninggalkan kelas. Abian dan Calya dan juga teman-teman lainnya menyimpan buku pelajaran pertama dan menunggu guru untuk belajar di pelajaran kedua.

.

Bersambung......

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel